Bonsai

1.2K 79 3
                                    

Lokasi : Lautan
Waktu : Masa depan
________________________

Di bawah terik matahari dan di atas gelombang permukaan laut, sebuah kapal besar berbentuk persegi telah mengarungi samudra selama seratus tahun lamanya. Kapal itu memiliki kabin yang bertingkat-tingkat seperti gedung tinggi sebagai tempat tinggal permanen penumpang kapal yang belum pernah turun sejak seratus tahun lalu.

Kapal itu tidak pernah merapat ke daratan, karena tak pernah menemukan daratan yang layak untuk dihuni. Tinggal di daratan merupakan impian semua orang yang tinggal di kapal besar tersebut.

Sasuke lahir disana, ia besar dan tumbuh menjadi remaja tanpa tau rasanya menginjakkan kaki di daratan. Ketika ia berdiri di geladak, sejauh mata memandang hanya terlihat laut, tak ada satupun daratan yang nampak, Sasuke jadi ragu apakah benar daratan itu ada.

Matanya menyipit ketika matahari benar-benar terik. Angin selalu sepoi-sepoi ketika berada di lautan meski cuaca sangat panas. Sasuke memainkan sebuah miniatur pohon di atas pagar kapal di geladak, kedua lengannya berada di atas pagar, punggungnya sedikit berjongkok menyesuaikan tinggi pagar itu.

Seperti biasa, karena terjangan air laut kapal jadi sedikit bergoyang, namun mata hitamnya hanya terfokus memandangi pohon mini dalam toples yang ada didalam genggamannya.

Pohon itu hidup, Sasuke menamainya bonsai, bonsai itu memiliki daun-daun kecil yang rindang berwarna kehijauan, indah dipandang mata namun penuh misteri. Kata ayahnya, benda itu berasal dari daratan, ayahnya sendiri yang memberikan benda itu kepada Sasuke ketika ayahnya masih hidup. Sekarang ayahnya telah tiada, benda itu kini telah menjadi benda pusaka paling berharga untuknya, sekaligus sebuah harapan melihat daratan.

"Daratan itu benar-benar ada, kita pasti bisa menemukannya," gumam Sasuke pada tanaman kerdil itu dan pada siapapun yang mendengar. Sasuke tau kalau ada beberapa teman seumuran di belakangnya, termasuk Naruto teman Sasuke yang agak jail.

Tanpa Sasuke sadari ternyata Naruto telah memperhatikannya terus-menerus, sampai akhirnya remaja blonde berjalan di belakang Sasuke dan dengan sengaja menyenggol tubuh remaja berambut hitam hingga pegangannya pada bonsai cantik terlepas, bonsai itupun jatuh ke air, tenggelam dan terbawa air laut.

Sasuke terkejut setengah mati dan langsung memplototi Naruto, "Apa yang kau lakukan, bodoh, bonsaiku 'kan jadi jatuh!"

Sasuke sangat marah dan remaja jail yang bernama Naruto itu menyadari bahwa marah Sasuke kali ini bukan marah Sasuke yang biasanya.

"Dari tadi kau hanya memperhatikan benda kecil itu."

Sebenarnya alasan Naruto menyenggol Sasuke adalah karena Naruto sebal Sasuke tidak memperhatikannya, omega yang disukainya itu hanya perduli pada tanaman kecil bodoh miliknya itu.

Namun karena ulahnya itu Sasuke jadi kehilangan kenangan dari ayahnya, tapi alih-alih memaki Naruto Sasuke malah jadi sedih dan mulai terisak. Ia menundukkan kepalanya dan mulai mengusap-usap mata.

"Kau... menangis, ya?"

Naruto memang sering membuat anak lain menangis karena ulahnya, tapi tidak Sasuke, baru kali ini ia membuat teman masa kecilnya itu menangis.

Karena merasa bersalah dan ia tidak tau mesti berbuat apa, Naruto membuat suatu janji pada Sasuke, akan mengganti bonsai yang jatuh dengan pohon sungguhan.

Sejak saat itu Naruto termotivasi untuk menemukan daratan dan mengajak Sasuke melihat pohon sungguhan yang nyata.

***

Namun 7 tahun berlalu, mereka tak jua menemukan atau sekedar melihat daratan yang sangat mereka impikan itu, sampai-sampai mereka meragukan apakah daratan itu benar-benar ada.

"Sasuke, kau boleh meminta apapun padaku, asal bukan bonsai itu."

Sebagai anak tunggal kepala suku, Naruto sangatlah mudah mengabulkan permintaan Sasuke jika dia meminta, kecuali yang satu itu, bonsai kecil miliknya yang dulu telah dilenyapkan oleh Naruto semasa mereka remaja.

Benda itu tak pernah Naruto temukan dimana pun, termasuk di kapal penjual barang antik. Si penjual barang antik sendiri bilang kalau barang seperti bonsai sangat langka dan sangat sulit didapatkan, kalaupun ada harganya sangat tinggi. Naruto tidak masalah dengan harganya, semahal apapun akan ia beli, tapi karena memang barang yang ia cari tidak ada, maka ia tidak dapat berbuat banyak.

"Maaf, aku tidak bisa mengganti bonsaimu."
ujar Naruto setelah tujuh tahun berlalu.

Sebenarnya Naruto ingat bahwa ia berjanji akan mengganti bonsai dengan pohon sungguhan, tapi jangankan membawa pohon sungguhan, mengganti bonsai kesayangan Sasuke pun Naruto tak sanggup.

Namun Sasuke tidak masalah, sebetulnya ia sudah melupakannya, bukan bonsai itu yang berharga tapi kenangan dibaliknya, cerita mengenai almarhum ayahnya yang pernah ke daratan dan membawakannya bibit pohon yang kemudian tumbuh kerdil dalam sebuah pot kecil.

***

Suatu hari Naruto melihat Jugoo pergi bersama Sasuke ke sudut bangunan di atas kapal, Naruto mengikuti mereka dan mencoba mencuri dengar.

Jugoo memberi Sasuke sebuah bingkisan yang dibungkus dengan kain kecil berupa pita. Sasuke membuka bungkusan itu dan melihat isinya, pemuda berambut hitam itu nampak terpukau, Naruto jadi penasaran apa isinya.

Sasuke menyentuh bubuk coklat yang berada didalam sebuah mangkuk bening, Sasuke meraba-raba benda tersebut, benda itu nampak seperti tanah. Lalu Jugoo memberi sebuah biji dari sakunya.

"Apa ini?"

"Bibit, ketika kau taruh bibit didalam bubuk ini seperti ini," Jugoo membuat lubang kecil ditengah bubuk coklat dalam mangkuk dan mengubur biji kecil itu. "...Maka dia akan hidup lalu tumbuh."

Apakah ini cara ayahnya menumbuhkan bonsai yang dulu sempat dimilikinya? Sasuke jadi berpikir lebih jauh.

Naruto agak dongkol, wajahnya berkerut tidak suka, omega yang diincarnya sejak kecil malah dirayu oleh alpha lain.

***

"Apa itu?" Basa-basi Naruto ketika melewati tempat Sasuke merenung dengan memegang mangkuk berisi tanah dan bibit tanaman

"Keajaiban."

'Konyol.' dalam hati Naruto.

Ia berjalan dan bersandar dengan kedua siku di atas pagar kapal, tak berada jauh dari tempat Sasuke duduk. Angin sepoi-sepoi terus saja merusak tatanan rambut mereka.

"Sasuke, apa kau mau membuat suatu perjanjian lagi denganku, kalau aku bisa menemukan daratan dengan banyak pohon tumbuh di atasnya, apa kau akan membuang benda itu?"

Sasuke menatap Naruto, "Aku tidak tau seperti apa daratan itu."

Naruto sedikit kecewa dengan jawaban orang yang disukainya itu, ia berharap Sasuke menjawab iya.

"Ayahmu dan ayahku pernah melihat daratan, mereka bahkan pergi kesana. Kalau aku dapat menemukan daratan juga, apa kau mau..." Naruto agak malu mengatakannya, pipinya memerah, "...menikah denganku?"

Kedua mata Sasuke membulat sempurna, ia ditembak, tidak, bukan ditembak, tapi dilamar!

Sasuke membuang wajah karena malu, Seketika benda ditangannya pun terasa tidak berharga lagi, seakan-akan ia ingin segera membuangnya karena saking bahagianya.

"Kamu sebenarnya tidak perlu melakukan itu, Naruto, dari dulu aku sudah memaafkanmu, kamu tidak perlu cemas."

Setelah membuang rasa malunya, Sasuke memberanikan diri untuk melangkah maju mendekati Naruto kemudian memeluknya. Sekarang giliran Naruto yang syok dan mati kutu.

"I-itu berarti..." Naruto terbata.

"Iya, aku menerimamu. Dataran yang ditemukan ayah kita adalah daratan terakhir dimuka bumi, sekarang pasti daratan itu juga telah tenggelam di bawah air laut."

___________________

End.

Raging Instinct | (NARUSASU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang