Bab 2

19.1K 1.8K 25
                                    

Sekar melangkah keluar dari kamar mandi sembari mematikan lampu. Ia berjalan ke arah kasur dengan handuk masih di kepala. Meski udara pagi yang terasa sangat dingin, hal itu tidak membuat Sekar takut untuk menyentuh air. Bahkan ia keramas tanpa menggunakan air panas. Saat meraskan tubuhnya sedikit menggigil, Sekar langsung mengolesi minyak ke sekujur tubuhnya.

Sekar duduk di tepi kasur dan menggosok rambutnya menggunakan handuk dengan perlahan. Setelah rambutnya setengah kering, ia berjalan ke arah balkon untuk menjemur handuknya. Udara pagi langsung menyambutnya. Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat banyak Ibu-Ibu berjalan membawa tas belanjaan.

"Sekar."

Sekar mencari sumber suara, tenyata Gina yang memanggilnya dari bawah. Gina sedang mendongak dengan tangan memegang selang air.

"Sudah mandi?" tanya Gina sedikit berteriak.

"Sudah, Bi."

"Turun yuk, ikut Bibi cari sarapan," ucap Gina setengah berteriak.

"Cari sarapan dimana, Bi?"

"Di depan sana, yang biasa jual kue-kue basah," jawab Gina. "Bibi pagi ini malas masak."

"Tunggu bentar, aku turun ke situ." Sekar langsung menutup pintu balkonnya dan turun ke lantai bawah. Dengan rambut yang masih belum sepenuhnya kering, ia keluar menemui Gina.

Gina memperhatikan penampilan Sekar. "Kamu belum sisiran?" tanyanya dengan menahan senyum.

Refleks tangan Sekar memegang kepalanya. Ia langsung sadar kondisi rambutnya yang belum ia sisir. "Astaga, tunggu dulu Bi. Aku masuk ke kamar dulu buat sisiran." Sekar langsung melesat masuk ke rumah dan menuju kamarnya.

Di tempatnya, Gina hanya geleng-geleng dan tertawa pelan melihat kelakuan Sekar. Tak sampai lima menit Sekar kembali dalam keadaan rambut sudah tersisir rapi.

"Bibi gak mau cari asisten rumah tangga untuk pekerjaan sehari-hari?" tanya Sekar selagi mereka berjalan bersama.

Gina tersenyum mendapatkan pertanyaan itu. "Kayaknya kamu sering banget nanya soal itu," sahutnya yang membuat Sekar tekekeh. "Kalo Bibi punya asisten rumah tangga, nanti Bibi ngapain dong di rumah?" Gina balas bertanya.

"Bibi tinggal duduk santai aja di rumah," jawab Sekar asal. "Aku takut Bibi capek ngerjain pekerjaan rumah sendiri."

"Gak sendiri kok," sangkal Gina. "Semenjak ada kamu, semua pekerjaan rumah banyak yang kamu kerjain. Bibi jadi bingung mau ngelakuin apa."

"Habis aku bosan, di rumah cuma diam doang," sahut Sekar lirih.

"Oh ya, gimana pesanan topi rajut yang kamu buat?" tanya Sekar mengalihkan pembicaraan.

"Alhamdulillah, meskipun belum dikenal banyak orang, tapi ada beberapa yang sudah order," jawab Sekar tersenyum senang.

"Mereka pasti bakal repeat order atau rekomendasiin ke orang lain kalo memang mereka suka sama topi rajutmu."

"Doain ya, Bi. Cuman ini satu-satunya keahlianku yang bisa menghasilkan uang," ucap Sekar.

"Gak banyak orang seperti kamu," ucap Gina tiba-tiba. "Kamu berhasil membuka lapangan pekerjaan untuk dirimu sendiri. Meskipun terlihat sederhana, kalo kamu ngerjainnya bisa konsisten, pasti usaha rajutmu ini semakin besar dan dikenal banyak orang," lanjutnya.

Mendengar kata-kata yang Sekar tangkap sebagai pujian, hatinya mengembang bangga. Seperti ada suntikan semangat dari Gina untuk Sekar. "Kadang aku suka gak percaya diri sama kemampuanku," gumamnya.

Gina berdecak keras. "Helen sama Hesty tuh suka banget sama topi rajutmu," ucap Gina. "Sesuka itu sampai teman-temannya nanya mereka beli dimana. Waktu itu kamu belum jualan kayak sekarang, tapi sudah ada yang nanyain."

Turning Point [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang