Bab 1

24.7K 2.1K 35
                                        

Beberapa bulan kemudian...

"Mbak Sekar...." Hesty, anak kedua Gina berlari menghampirinya. Helen, anak pertama Gina berserta dengan Gina berjalan dibelakangnya.

"Hesty baru pulang?" tanya Sekar langsung menyambut sepupu kecilnya yang sudah naik ke pangkuannya.

"Iya, tadi dijemput Moma," jawab Hesty. Moma adalah panggilan Helen dan Hesty untuk Gina.

"Kamu udah makan, Sekar?" tanya Gina begitu sudah berdiri di dekat Sekar.

Sekar mengangguk pelan. "Sudah, Bi."

Gina beralih menatap kedua anaknya. "Anak-anak, sekarang ganti seragam kalian, jangan lupa cuci tangan terus langsung ke meja makan untuk makan siang!" perintah Gina menatap kedua anak perempuannya secara bergantian.

Hesty turun dari pangkuan Sekar langsung berjalan masuk ke kamarnya. Di belakangnya, ada Helen yang mengikuti langkah Adiknya.

"Helen," panggil Gina sebelum Helen benar-benar menjauh.

Helen berbalik menatap Gina. "Ya, Mom?"

"Bentar lagi Kak Yeni datang. Kamu ganti baju sama makannya jangan lama-lama," ucap Gina mengingatkan.

Wajah Helen berubah memelas. "Boleh gak sehari aja aku gak les?" tanyanya dengan wajah memohon.

Gina menggeleng tegas. "Bentar lagi kamu masuk SMA. Kamu mau nilainya jelek?" tanyanya yang dijawab gelengan kepala oleh Helen. "Makanya itu. Kalo disuruh belajar jangan malas. Emang kamu gak mau jadi pintar?"

"Mau," sahut Helen pelan. "Yaudah, aku ganti baju dulu," lanjutnya dengan nada pasrah. Ia langsung berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Sekar hanya diam saja ketika memperhatikan interaksi Gina ketika mengobrol dengan Helen.

Gina menatap sendu ke arah Sekar. Ia menepuk lembut pundak keponakannya. "Ngelamunin apa, Sekar?" tegurnya.

Sekar mendongak dan menatap Gina yang membungkukkan badan sedikit ke arahnya. Ia hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

"Kangen Bapak, ya?" tanya Gina pelan.

Sekar mengangguk dan menampilkan senyum sedih.

"Kalo kamu kangen, kamu bisa ke Surabaya," ucap Gina.

"Tapi aku sayang uangnya, Bi," balas Sekar pelan. "Aku kan belum dapat kerjaan, jadi belum ada penghasilan tetap. Uang yang aku dapatin cuma dari hasil pesanan topi rajut aja," lanjutnya.

"Astaga Sekar! Kamu kan bisa pakai uang Bibi. Kamu gak perlu sungkan buat minta ke Bibi," ucap Gina sedikit kesal.

Sekar menggeleng menolak. "Bulan kemarin Sekar sudah ke Medaeng, Bi. Bapak bilang gak perlu sering-sering ke sana."

"Tapi kan...."

"Aku mau fokus cari kerja dulu aja, Bi. Kalo Bibi tau ada lowongan, Bibi langsung kasih tau aku ya. Soalnya zaman sekarang susah banget cari pekerjaan," potong Sekar cepat.

Gina menghela napas pelan. Ia mengelus rambut Sekar dengan sayang. "Bibi tau kamu sudah usaha keras untuk bisa dapatin kerja, tapi memang cari pekerjaan itu gak gampang. Kamu gak perlu sungkan kalo memang belum dapat kerja," ucap Gina menenangkan. "Kamu tau kan, Bibi sayang banget sama kamu? Jadi jangan terlalu jadi beban ya."

Sekar mengangguk mendengar kata-kata dari Gina. Walaupun dibilangin seperti itu, tetap saja ia sering merasa sungkan dengan semua kebaikan yang sudah diberikan Gina.

"Kamu makan lagi sana, temanin Hesty sama Helen," ucap Gina sembari menarik Sekar berdiri dari sofa yang diduduki dan mendorong tubuh keponakannya menuju meja makan.

Turning Point [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang