00 : 07 - lingering feelings

972 182 17
                                    

◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈

◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantai 90

Tumbuhan yang mulai layu, menyebabkan hujan dedaunan berwarna merah kecokelatan. Udara yang lumayan dingin, dan langit yang terlihat lebih gelap karena matahari yang jarang bersinar. Hal itulah yang identik dengan musim gugur. Musim yang indah, walau hujan lebih sering menyapa.

Sebagian besar orang menganggap musim gugur adalah musim di mana mereka lebih suka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di sebuah festival perayaan, ataupun melakukan hal yang sederhana seperti piknik dan berjalan-jalan sore.

Tapi bagi para Irregulars yang mendaki Menara, musim gugur adalah musim yang paling pas untuk mengasah kemampuan mereka---karena hawa musim gugur memang membuat nyaman sehingga mereka lebih fokus untuk berlatih.

"Uwaww [Name]! Kau keren sekali!" Eduan bersorak sambil tepuk tangan ketika [Name] berhasil melemparkan tombak pada target yang telah mereka tentukan.

[Name] dan Eduan merupakan Spear Bearer di kelompok mereka. Yah benar, mereka memang seperti anak kembar, dari sifat maupun posisi bertarung, keduanya memiliki kesamaan.

"Oh jelas dooong~!" [Name] langsung berpose layaknya model sebuah majalah.

Eduan sebagai orang yang satu frekuensi dengannya juga langsung berlagak seperti fotografer profesional. "Satu...dua...tiga...!"

[Name] langsung nyengir, menunjukkan deretan giginya.

Kemudian Eduan berjongkok untuk mencari angle yang pas, masih dengan posisi jari tangan yang seolah tengah memotret. "Ayo ganti pose, Miss Model!"

Teman-teman mereka yang lain hanya menghela napas lelah, sudah tidak heran lagi.

Ketika [Name] tengah sibuk berpose, dia tidak sengaja menginjak sebuah batu, membuat kakinya terpeleset. Saat dia hendak terjatuh, [Name] langsung memejamkan mata, menunggu rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya.

Tapi ternyata hal tersebut tidak terjadi. Justru [Name] merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya, mencegahnya untuk terjatuh.

[Name] langsung menoleh, dan mendapati Arie Hon yang tengah memeluknya dari belakang.

"Apa kau baik-baik saja?"

[Name] langsung terdiam membeku, bahkan dari jarak sedekat ini, dia bisa mencium aroma Hon.

Bagaimana bisa ada lelaki yang aromanya semanis ini?

Ketika tenggelam dalam lamunan, retina mata [Name] menangkap eskpresi Jahad yang menunjukkan kemarahan. Wajah [Name] langsung pucat pasi, lantas dia mendorong Hon, membuat jarak di antara mereka.

"A- aku... aku baik-baik saja!" setelah itu [Name] langsung belari ke Eduan dan bersembunyi di belakangnya.

"Huhu Eduan... aku akan mati!"

𝗳𝗹𝗮𝘀𝗵 • ᥫ᭡ 𝗃𝖺𝗁𝖺𝖽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang