00 : 19 - dream

911 168 32
                                    

◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈

Seminggu telah berlalu, selama seminggu itu pula Jahad mengabaikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu telah berlalu, selama seminggu itu pula Jahad mengabaikannya. Tak lupa dengan Eduan yang menempel pada Jahad karena efek ramuan cinta.

Sudah seminggu, artinya efek ramuan cinta tersebut sudah hilang, jadi [Name] bisa dengan mudah menghampiri Jahad tanpa dihalangi oleh Eduan.

[Name] menggedor-gedor pintu Jahad tanpa memikirkan tindakannya yang dapat mengganggu. "Jahad, buka!" dia menggedor semakin keras, "buka pintunya!"

[Name] berdecak, sudah beberapa menit dia memaggil Jahad, tapi pintunya tidak kunjung dibuka.

Cowok sialan! Kalau marah ya bilang dong! Kenapa dia malah diam aja sih? [Name] bukan cenayang, jadi dia tidak tahu apa yang ada di pikiran Jahad hingga dia marah padanya!

[Name] membulatkan mata ketika akhirnya pintu itu terbuka dan menampilkan Jahad yang menatapnya kesal. Tanpa permisi, [Name] langsung menerobos masuk dan mengunci pintunya.

"Akhirnya..." [Name] duduk di tepi ranjang, kemudian menatap Jahad kesal, "dari tadi kek!"

"Mau apa kau ke sini?" tanya Jahad sembari menyandarkan tubuhnya ke dinding, tidak mau berdekatan dengan [Name].

"Kau marah padaku, ya?"

"Tidak."

"Terus kenapa mengabaikanku terus?"

"Aku tidak mengabaikanmu."

[Name] menatap Jahad lekat, lalu dia menepuk-nepuk ruang kosong di sebelahnya, mengisyaratkan lelaki itu untuk duduk di sebelahnya.

Jahad terdiam sebentar, kemudian dia melangkah mendekat dan duduk di sebelah [Name], menuruti permintaannya.

"Bohong..." [Name] menyembunyikan wajahnya di bahu Jahad, tidak ingin lelaki itu melihat raut wajahnya saat ini. "Beritahu aku."

Jahad diam.

"Aku melakukan kesalahan ya?"

Jahad tetap diam. Walau begitu tangannya terangkat---mengelus kepala [Name].

"Aku memang brengsek, aku selalu bersikap seenaknya padamu. Wajar kalau kau ingin meninggalkanku..." [Name] mengoceh sendiri, sementara dia mencengkeram baju Jahad untuk meredakan tangannya yang bergetar akibat luapan emosi yang ditahannya. "Kau pasti membenciku, ya? Tidak apa kalau kau ingin kita berpisah sekarang."

Setelah berhari-hari mendapat wejangan dari Yurin dan Hana, akhirnya [Name] mulai belajar mengalah dan mengakui kesalahannya. Walaupun terasa sangat canggung karena dia bukan tipe orang yang gampang minta maaf.

Tak kunjung mendapat respon dari Jahad, [Name] merasakan matanya memanas. Tidak, dia tidak boleh menangis! Dia sudah merendahkan harga dirinya untuk mengakui kesalahannya dan minta maaf pada Jahad, dan kalau dia sampai menangis---harga dirinya akan benar-benar lenyap.

𝗳𝗹𝗮𝘀𝗵 • ᥫ᭡ 𝗃𝖺𝗁𝖺𝖽Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang