Ketiduran

1.3K 211 11
                                    


Lala berjalan menuju kelasnya, dia juga menaiki beberapa anak tangga karena kelasnya berada di lantai 2. Sekolah masih sangat sepi, Lala jadi parno. Saat masuk ke dalam kelasnya, matanya membelalak kaget karena sudah ada satu siswa di dalam kelasnya. Itu Harsa, yang sedang fokus dengan laptop di depannya.

"HARSA?!"

Yang dipanggil langsung menoleh, mengernyit bingung karena Lala yang berjalan ke arahnya tergopoh-gopoh, "Ini beneran Harsa?"

Harsa berdiri dari kursinya lalu mengangguk.

"Bukan hantu kelas yang lagi nyamar jadi Harsa kan?" tanya Lala sekali lagi.

Harsa hanya menggeleng sebagai jawaban.

Lala menyipitkan matanya, "Beneran? Coba gue tanya, bunyi hukum Hess apa?"

Walaupun bingung, Harsa tetap menjawab, "Kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan tidak bergantung pada jalannya reaksi, tapi bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir reaksi."

Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya, "Oke percaya."

Harsa tertawa kecil, bukan, dia bukan menertawakan Lala, tapi dia tak bisa menahan tawa karena gadis lucu itu. Bisa-bisanya Lala mengira bahwa Harsa adalah hantu kelas. Bahkan menanyakan soal kimia untuk menguji apakah dia benar-benar Harsa bukan hantu disaat orang lain biasanya berdoa dengan kencang untuk mengusir hantu.

Lala terpana dengan Harsa yang tertawa kecil, terlalu manis dan terlampau tampan untuk dilewatkan. Hingga ia sadar karena Harsa memanggilnya, "Lala?"

"Ah iya? Lo kenapa ketawa tadi?" balasnya gugup.

"Lo lucu." Jawab Harsa singkat.

Jawaban singkat Harsa memberikan reaksi kupu-kupu bertebangan di perut gadis itu, Lala mencoba mengendalikan dirinya, "Lo-lo emang biasanya udah ada di sekolah jam segini?"

Harsa mengangguk sambil tersenyum, masih belum kembali duduk di kursinya.

Lala menutup mulutnya kaget, dia gak melihat Harsa saat masuk gerbang sekolah, berarti Harsa udah ada di sekolah jauh sebelum Lala datang, "Pagi banget dong berangkatnya?"

Harsa menaruh kedua tangannya ke belakang, lalu mengangguk lagi dengan kaku.

"Rumah lo jauh dari sekolah ya?" tanya Lala kepo.

Harsa diam sebentar, lalu menjawab, "Rumah ke sekolah 12 menit,"

"TRUS KOK PAGI BANGET KE SEKOLAHNYA?" Lala shock, ia yang rumahnya yang berjarak 10 menit dari sekolah saja berangkat sekolah selalu sengaja mendekati waktu bel berbunyi.

Harsa mengerjap matanya beberapa kali, menjawab pelan, "Kebiasaan."

Lala mengangguk, kalau ia pikir-pikir lagi, pasti ada orang yang punya kebiasaan bangun pagi dan berangkat pagi-pagi buta, dan mungkin Harsa salah satunya. Lala tersenyum, "Yaudah, gue ke meja gue dulu."

Karena tidak sempat untuk sarapan dirumah, Lala membawa bekal roti sandwich. Saat membuka kotak bekalnya, Lala menatap punggung Harsa dari belakang, ia bingung, haruskah ia menawari Harsa atau tidak. Lala memberanikan diri untuk memanggil laki-laki itu, "Harsa."

Harsa langsung menoleh ke belakang. Lala mengangkat kotak bekalnya, "Lo dateng pagi banget, Udah sarapan belum? Kebetulan gue bawa 2 sandwich, lo mau?"

Yang ditanya hanya mengerjap, ia biasanya memang tak pernah sarapan sebelum berangkat sekolah. Mamanya yang telah tiada, papanya yang sibuk bekerja, dan karena ia malas untuk mericuh di dapur di pagi hari menjadi alasan Harsa tak pernah sarapan. Tapi kali ini, entah kenapa perutnya terasa lapar, kepalanya pun mengangguk mengiyakan.

Lala memberikan satu sandwichnya kepada Harsa yang kini duduk di sampingnya, "Nih buat lo."

"Itu...." Harsa menunjuk wajah Lala.

"Kenapa? Belepotan yaa?!" Panik Lala. Langsung mencoba lap ujung bibirnya dengan tangan.

Harsa merogoh saku celananya dan menyadari kalau ia juga lupa membawa sapu tangannya, lalu Harsa mendekatkan tubuhnya, membersihkan ujung bibir Lala yang terkena sedikit saus dengan jempol tangannya.

Lala mengerjap beberapa kali,"Ma-makasih."

Harsa mengangguk, lalu menegakkan kembali duduknya. Takut Lala mendengar detak jantungnya yang menderu kencang jika jarak mereka terlalu dekat.

"Bentar-bentar." Lala mencari tissue dari tasnya, lalu mengambil tangan Harsa, membersihkan jempol cowok itu hingga bersih.

Harsa mematung, sebelum akhirnya tersenyum melihat Lala, lalu menyatukan tangannya dengan tangan Lala yang juga tak menolak hal itu. Mereka saling bertatap, dan akhirnya sadar dan saling melepas tangan satu sama lain.

"Sorry." Ucap Harsa pelan.

Tubuh Lala jadi duduk tegap menghadap lurus ke depan, ia mengangguk tanpa menoleh ke Harsa, mencoba mengendalikan jantungnya yang seperti ingin keluar. Lama mereka saling diam walau duduk bersebelahan. Lala menatap langit-langit kelas dan matanya memutari seluruh kelas dengan canggung, perutnya tiba-tiba nyeri karena hari ini merupakan hari pertamanya haid, kepalanya terasa pusing, mata Lala menutup menahan sakit sampai dia ketiduran.

--

Samueel melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, namun ia kembali keluar untuk memastikan kalau ia masuk ke ruangan kelas yang benar, namun saat masuk kembali ke kelas, Samueel menganga kaget karena pemandangan yang ia lihat masih sama, Lala yang tidur bersandar di bahu Harsa dan Harsa yang hanya diam.

Samueel mengerjap, mengucek matanya beberapa kali. Dero mengangguk paham dengan keterkejutan Samueel, "Lo masih di dunia kok, belom mati, belom di surga juga. Belum tentu juga sih lo masuk surga."

"Kurang asem." Samueel menatap Dero dengan sinis lalu buru-buru berjalan menuju Harsa yang duduk di kursinya, "Sa.." Panggilnya pelan.

Harsa menaruh telunjuknya di depan bibir, "Shuut."

Samueel melihat pada gadis yang tidur seperti putri sambil bersandar pada Harsa, lalu melihat Kembali pada Harsa, "Trus gue duduk dimane?"

Harsa menunjuk tempat duduknya yang berada di baris paling depan.

Samueel melotot mengikuti arah tangan Harsa, lalu menghela napas mengalah, berjalan ke tempat duduk Harsa sambil mencibir, "Cih dasar bucin." Setelah beberapa langkah, Samueel berbalik kembali, "Bangunin aja sih Sa Lalanya, pake lagu lingsir wengi."

Harsa menggeleng, lalu mendekatkan sedikit wajahnya pada kepala Harsa, "La.....wake up."

Lala perlahan membuka matanya karena mendengar bisikan halus tepat di telinganya, "Eung?"

Dia mengangkat kepalanya, tangannya ingin mengucek mata, namun langsung ditahan oleh Harsa, "Jangan dikucek, nanti merah."

"CIEEEEE." Sorak seluruh murid di kelas, pagi mereka diawali drama romantis yang diperankan oleh Harsa dan Lala.

Lala mengerjap sadar, melihat ke seluruh penjuru kelas yang telah penuh dengan para siswa, seingatnya tadi hanya ada dia dan Harsa di kelas. Lala menoleh pada Harsa yang masih duduk di sebelahnya, "Sa, gue mimpi ya?"

Dara yang duduk tepat di depan Lala mencubit tangan temannya itu, "Makan noh mimpi."

"Lo ketiduran sambil nyender di bahu Harsa La." Jelas Chyntia pada Lala.

"Hah?" Lala kaget, langsung menoleh lagi pada Harsa, "Beneran sa?"

Harsa mengangguk membenarkan kata-kata Chyntia tadi.

"Enak ya La tidurnya nyender di bahu seluas Samudra?" Goda Dara.

Ketos | Sungchan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang