Happy Reading❤️
⛅️⛅️⛅️
Nada merapikan selembar kertas yang baru saja ia tanda tangani untuk ia masukkan kedalam ransel. Kemudian bergegas keluar dari kamar setelah beberapa kali berkaca di cermin. Matanya bengkak sekali. Dan itu membuat Nada sedikit tidak pede.
"Kenapa muka lo?"
Tiba-tiba didepan pintu kosannya ada Langit yang berdiri di samping motor dengan memasang wajah serius. Tumben sekali kakaknya itu muncul tanpa ada chat terlebih dahulu. Mau heran, tapi itu Langit.
"Kenapa sih? Pagi-pagi muka lo serius amat." Oceh Nada sambil mengunci pintu kosan.
"Lah elo kenapa? Pagi-pagi muka udah bengep begitu. Ketauan kan lo habis nangisin orang." Ejek Langit balik sambil memberikan salah satu helmnya pada Nada.
Nada cuma bisa mendengus karena ledekan kakaknya. Tidak bisa mengelak juga karena memang realitanya begitu.
"Nad." Panggil Langit sebelum Nada naik kejok motornya.
"Hah?"
"Lo tau Keira pindah?"
Nada mengangguk, "kenapa? Lo baru tau ya. Haha,-ADOH!" Kepalanya langsung dijitak Langit.
"Kenapa sih!" Kesal Nada memegangi kepalanya kemudian segera mengenakan helm agar kakaknya tidak bisa menjitak kepalanya lagi.
"Kenapa lo gak kasih tau gue." Langit juga tidak kalah kesal.
"Cih. Mau Kak Keira pindah atau engga, emang lo peduli gue tanya? Lo suka Keira?"
Langit langsung diam setelah kalimat itu. Entah kenapa kalimat adiknya sama persis dengan apa yang dikatakan sahabatnya, Ganza. Bahkan Neyna juga bicara hal yang serupa.
"Langit! Lo tuh bodoh atau apasih. Gak sadar ya kalau lo tuh gak mau pisah sama Kak Keira?"
Langit diam lagi.
"Ck. Terus aja lo gak peka sampe Kak Keira tembus ke Amerika. Say goodbye dah lo." Nada langsung naik ke jok motor Langit tanpa aba-aba.
"AYO JALAN!" Teriak Nada untuk menyadarkan Langit dari lamunan.
⛅️⛅️⛅️
Ardan : Tipsen.
Nada : Lo dimana somplak?
Nada mengerutkan kening ketika melihat layar ponselnya. Pesannya tidak kunjung dibalas oleh Ardan, entah sahabatnya itu kemana. Yang jelas, sejak semalam, lelaki itu tidak memberi kabar padanya. Dan tiba-tiba pagi ini memberikan pesan cuma untuk titip absen.
Sebenarnya kemana Ardan pergi? Setelah semalam memberikan kejutan pada Nada, memberikannya kesempatan untuk bertemu dan bicara dengan Bian. Memang, Nada tidak pernah bisa menebak apa yang direncanakan sahabatnya itu.
Gara-gara memikirkan Ardan bolos kemana, Nada jadi tidak sadar kalau kakinya sedang melangkah ke ruang siaran. Sialan! Kenapa juga dia ke tempat itu.
"Ri!"
Nada menghembuskan nafas panjang sembari mengatur detak jantungnya yang jujur saja sudah tidak karuan. Tentu saja dia hafal suara orang yang memanggilnya, tidak ada suara yang menyerupai Bian. Asal tau saja.
"Hai." Sapa Nada melambaikan tangannya dengan senyum lebar. Dilihatnya langkah Bian mengarah padanya dengan senyum kecil. Senyum hangat yang selalu Nada sukai.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Bian.
Meski agak canggung, namun Nada bisa melihat kalau Bian berusaha untuk mengakrabkan diri kembali padanya. Begitu juga dengan Nada yang tidak mau kalah, sebisa mungkin dia akan berusaha memperbaiki hubungannya dengan Bian.
Meskipun hanya sebagai teman. Setidaknya tidak ada lagi kesalahpahaman diantara keduanya.
"Gak tau." Jawab Nada jujur sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Mungkin ekspresinya sudah terlihat seperti orang bodoh sekarang.
Bian terkekeh geli, diusapnya kepala Nada dua kali. "Mau makan siang bareng?"
Sungguh! Nada tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar tawaran itu. Ditahannya senyuman girang agar tidak malu dilihat Bian, sambil kepalanya mengangguk menyetujui.
⛅️⛅️⛅️
Saat sampai di kantin, sudah bisa ditebak, kalau suasananya akan ramai. Nada dan Bian memilih tempat duduk yang masih tersisa dipojok. Setelah baru saja memesan dua mangkuk bakso dan es teh manis.
Bian menopang dagunya dengan satu tangan. Dilihatnya Nada sibuk melihat ponsel tanpa mau mendongak, entah apa yang sedang dilakukan gadis itu sejak perjalannya ke kantin. Tidak mau mengganggu aktivitas Nada, Bian hanya memandangi wajah gadis itu dengan senyum kecil. Sudah lama dia tidak melihat Nada tersenyum seperti tadi, rasanya rindu sekali melihat keekspresifan gadis itu.
Setelah semalam keduanya bertukar cerita, akhirnya Bian mengerti. Ia mulai memahami Nada. Bian tau, Nada hanya ingin menyelamatkan acara podcastnya dengan usaha yang gadis itu punya. Namun bodohnya, Bian malah melampiaskan semuanya pada Nada karena semua masalah yang menimpanya waktu itu.
Masa sekolah yang Bian sangat sesali, dia gagal melindungi dan memahami Nada.
Dan di masa sekarang, Bian tidak ingin mengulangi hal yang sama.
"Terima kasih."
Bian tersadar dari lamunan ketika makanannya sudah diantar di meja. Dia melirik Nada yang masih sibuk memainkan ponsel. Segera dia sodorkan mangkuk bakso kedepan gadis itu. "Ri, makan dulu."
Nada mendongak dengan senyum kecil, "thanks."
"Kamu lagi mikirin apa?" Tanya Bian sibuk mengaduk baksonya dengan saus dan sambal. Sesekali melirik kearah ponsel Nada yang sudah tergeletak di meja.
Nada mengerutkan kening, kemudian menggelengkan kepala. "Oh enggak, itu si Ardan gak ada kabar."
Bian menghentikan aktivitasnya, matanya melurus menatap Nada. Rupanya gadis itu sedang menatapnya balik. Disitu Bian berakhir terkekeh kecil. Padahal dia ingin menanyakan perihal Ardan, karena sepertinya Nada sangat khawatir. Namun urung karena cengiran Nada.
"Kenapa? Kok ketawa sih." Dengus Nada mengaduk es teh manisnya untuk kemudian dia minum.
Bian menggelengkan kepala masih dengan kekehan, "cuma baru sadar aja, ternyata kamu makin cantik."
"Uhuk-uhuk!" Nada langsung tersedak mendengar kalimat Bian.
"Pelan-pelan Ri." Bian berdiri untuk membantu menepuk pelan punggung gadis itu. Nada ini memang selalu berhasil membuatnya khawatir, selain itu, tingkah Nada memang selalu menggemaskan.
"Udah gue gakpapa." Kata Nada malu.
Bian mengangguk kemudian memberikan sendok dan garpu pada Nada, "kamu makan dulu."
Setelah selesai makan, keduanya menetap di kantin yang sudah mulai sepi karena jam mata kuliah selanjutnya sudah dimulai. Beberapa sama seperti mereka, tidak ada jam mata kuliah lagi.
"Ri, soal radio kamu beneran mau terima tawaran itu?"
⛅️⛅️⛅️
KAMU SEDANG MEMBACA
After Break Up {SEQUEL Podcast Bian}
Novela Juvenil"Sequel Of Podcast Bian" Semua orang pasti berubah. Entah itu kehidupannya, sifatnya, atau soal kisah romantisme percintaan. Tapi yang tidak berubah dari Nada setelah lulus SMA dan sekarang kuliah adalah perasaannya, perasaannya pada Bian. Mantan...