-04 Silly 🥨

119 10 0
                                    

-----------------------------------------------------------
нαρρу яєα∂ιng ❤
-----------------------------------------------------------

Tak kusangka akan bertemu dengannya.

.
.
.
.
.

Jangan lupa vote yaa ( ꈍᴗꈍ)🌟
Vote = Lanjut

.
.
.
.
.

"Tadaaa! Ohagi by Watson! Saat beliau memakannya ia tak akan pernah lupa dengan rasanyaa! Hwahahahaha!" girang gadis itu menyanjung-nyanjung benda ungu itu.

"Aku sudah selesai!"


"Begitu juga denganku."


Makomo dan Senjuro juga sudah selesai dengan ohagi mereka. Tapi, garis wajah mereka tiba-tiba berubah setelah melihat ohagi sang gadis.


"I-itu apa Watoson chan?" Gadis bermanik biru menunjuknya.


"Seperti yang kau lihat ini ohagi. Kenapa? Apa tidak seperti ohagi pada umumnya?" Gadis itu menopang dagunya.


"Ah, i-itu sudah bagus. Walaupun bentuknya seperti itu, rasa nomor satu." Senjuro mencoba menghibur Watson.


"Be-begitukah?! Hmm... Dimana salahnya ya? Padahal aku sampai sampai memakai deduksiku." Ia mulai menuil nuil benda ungu ciptaannya.


Senjuro dan Makomo hanya tersenyum aneh. Kerutan di dahi mereka mendalam. Mencoba ingin menghiburnya namun, tak tau apa yang harus dikatakan.


"Mungkin harus kucicipi dahulu." Sesendok bagian dari ohagi itu masuk ke mulutnya. Mengunyah perlahan dan beberapa kali mengecap dengan lidah merahnya.

Wajahnya berbunga-bunga sampai ia menopang tubuhnya dengan kedua tangannya di meja.

"Apakah aku yang menciptakan sampah ini?"

Ia menunduk. Aura gelap berjalan jalan di kepalanya.

"Kau pasti bisa Watoson chan! Ayo kita buat lagi. Aku akan membantu-"

"Tidak sekarang Makomo. Biarkan aku yang menyelesaikan masalahku sendiri. Kalian bisa pulang sekarang."

"Tapi Wat-"

Makomo menyadari saat melihat raut wajah temannya itu. Wajahnya sangat serius. Memegang dagunya sambil berjalan bolak balik.

"Baiklah kalau begitu. Semoga sukses." Makomo tak ingin mengganggunya lebih jauh lagi.

Senjuro hanya kebingunan di tempat.

********

"Haahh..." Gadis detektif itu mengatur napasnya. Berpikir bagaimana cara memberi benda ungu yang ia pegang kepada guru matematika itu.

Ia berjalan mencari cari orang itu sembari sorot matanya bergerak kesana kemari.

Terheran mengapa ia tak kunjung menemukannya. Padahal, saat orang itu tak diinginkan datang malah datang. Saat ingin menjumpainya malah entah kemana.

"Guru matematika bodoh," desisnya.

Lelah mencarinya ia bersandar di depan pintu ruang kesenian. Sudah dicari kemana mana, bahkan gadis itu sampai memasuki toilet pria tak tampak batang hidung si pemilik helaian putih.

Grak...

Tak sadar pintu tempat tubuhnya bersandar terbuka. Dan akhirnya ia tersandar pada seseorang di belakangnya.

Jika tubuh bagian depan orang itu mampu menangkap seluruh tubuh gadis itu maka, dan tak lain ialah pria di atas usianya.

"Hm?" lirih pria itu. Ternyata pria itu...

"Shi-shinazugawa sensei!" seru gadis itu.

Bingung harus senang akan menemukannya atau takut akan raut wajahnya itu. Yang pasti, sekarang ia mengindra aroma Citrus darinya.

"Apa yang kau lakukan, bodoh?"

Gadis itu sadar dirinya masih tersandar di dada bidang orang itu. Sontak ia mundur beberapa langkah menjauhinya.

Kepala gadis itu ia dongakkan guna melihat paras dari pria itu. Manik mereka berpandangan.

Seperti tupai berhadapan dengan singa lapar.

Hanya beberapa detik untuk menangkap wajah dari gadis itu. Mengingat siapakah dia apakah pernah bertemu.

"Ah, kau si bodoh yang bersin itu." Yap. Mungkin itu kesan pertamanya dengan gadis itu.

Kedua alis gadis itu mengerut.

"Ano sensei, aku ini memiliki nama."

"Bagaimana lagi, hanya itu yang kuingat. Lagipula kau dengan bodohnya bersin di wajahku." jawab pria itu dengan malasnya. Sepertinya ia sekarang berada di mood yang buruk.

Pria itu sejak awal menyadari apa yang di tangan Watson. Ia tak kaget kalau si gadis itu harus membayar apa yang ia perbuat.

"Ini sensei. Permintaan maafku. Mungkin ini sedikit berbeda dengan rasa ohagi yang biasa sensei rasa. Namun, inilah yang terbaik." Ia menodorkan sebuah benda berbentuk persegi yang diyakini isinya adalah ohagi.

"Kau tahu diri juga ya, you little brat." Terima benda itu dengan salah satu tangannya. Ia tersenyum miring dan
menyipitkan salah satu maniknya.

Manik gadis itu menangkap momen itu.

"What? Bahasa Inggris sensei bagus juga ya. Padahal untuk orang Jepang bahasa ini sangat sulit. Tapi bukankah itu sedikit kasar? Maksudku aku ini muridmu."

Gadis itu membalas dengan tenang. Maniknya menatap seksama pada pria itu. Raut wajahnya tak menunjukkan ekspresi senang, sedih, maupun marah.

"Ho... Kau begitu bodoh mengharapkan perlakuan baik dari orang sepertiku ini." Kini terukir ukiran urat di dahinya. Ia menekan sedikit keras kepala gadis itu dengan telapak tangannya.

Namun, pria itu membungkam. Dilihatnya iris mata gadis itu. Tampak tatapannya serius, tak menunjukkan kerapuhan dari sorot matanya.

"Hei! Shinazugawa, apa yang kau lakukan disana? Bisa tolong aku sebentar?"

Suara seseorang memecah atmosfer kedua insan itu. Suara itu berasal dari ruangan yang barusan Shinazugawa muncul keluar.

"Tidak melakukan apapun, hanya ada seekor tupai yang tersesat disini!" sindir pria itu dan membalikkan punggungnya itu.

"Begitukah? Lempar saja tupai itu ke luar jendela!" Pekik orang yang menjadi lawan bicara Shinazugawa.

"Kau dengar? Pergilah dari sini sebelum aku melemparmu dari jendela. Apa kau ingin insiden "itu" terulang kembali?" Pergi orang itu dan menjadikan pintu sebagai penghalang mereka berdua.

'You are such an asshole!'

___________________________________________

Heii para anda!! Gimana chapter kali ini?

Selamat menikmati ༼ つ ◕‿◕ ༽つ
Jangan lupa untuk vote ( ꈍᴗꈍ)🌟

またね
Mata ne

~ Salam Author

The Detective Girl | Sanemi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang