-05 Violin 🎻

122 10 1
                                    

--------------------------------------------------------------
нαρρу яєα∂ιng ❥
--------------------------------------------------------------

.
.
.
.
.

Jangan lupa untuk vote yaa ( ꈍᴗꈍ)🌟

.
.
.
.
.

"Noguchi."

"Hadir."

"Okada."

"Hadir."

"Sato."

"Hadir.

"Takahashi."

"Hadir."

Begitulah yang dilakukan pemilik helai putih itu. Suara beratnya menyebut satu persatu nama muridnya. Mungkin sekitar dua puluh orang telah disebut namanya.

Namun, ada satu hal yang menjanggal ketika suaranya melafalkan nama dari seorang gadis.

"Watson."

...

Tak dapat sahutan dari pemilik nama tersebut, pria itu mengulang perkataannya.

"Watson."

...

Ia menyipitkan matanya. Muncul perempatan di dahinya. Mencoba sekali lagi untuk melisankan nama itu.

"Watson!" ucapnya dengan penekanan.

...

Untuk sekian kalinya tak ada sahutan. Ia berdecak kesal. Mengakas rambut putihnya dan mengertakkan giginya.

"Maaf sensei, di-dia ti-dak ada." lirih salah satu seorang murid.

Mendengar itu ia menghentikan aktivitasnya. Memejamkan matanya dalam beberapa waktu.

"Dimana dia?" interogasinya. Kalimat yang singkat namun terdengar seperti ancaman.

Siswa yang mendengarnya hanya menelan ludah. Bahkan, bila perlu dahaga yang mereka derita dari tadi menghilang.

Mereka melongok satu sama lain. Ke kanan ke kiri. Tak kunjung dengar bagaimana kabar dari gadis itu.

"Apa dia absen atau semacamnya?"

Pria itu melontarkan pertanyaan sekali lagi. Memastikan apakah gadis itu alpa, sakit, izin ataupun bolos.

"Di-dia hadir tadi pagi. Tapi, kami tidak tahu mengapa dia tidak ada disini. Dia tidak bilang apa-apa." beberapa kalimat terucap dengan gugupnya.

Awalnya Shinazugawa diam. Ia mengawat keras bolpoinnya. Urat tanda kesal muncul di dahinya.

"Akan kubunuh dia."

***

"Hatchuu! Hks... Mengapa belakangan ini aku sering kali bersin." gerutu dari gadis yang dicari cari oleh Shinazugawa.

"Ada apa?" tanya seorang pria paruh baya.

"Ti-tidak apa apa. Jadi, apa memang benar anda melihat seekor anjing berwarna hitam?"

"Benar. Awalnya aku hanya tidur sebentar di rerumputan hijau akibat mabuk. Lalu, saat aku terbangun di depanku sekilas ada seorang wanita yang sedang mengajak jalan dengan anjingnya. Dan anjingnya itu berwarna hitam." jelas pria itu.

Gadis itu menopang dagunya. Memikirkan bagaimana melepaskan pria itu dari tuduhan pembunuhan.

Ia harus berpikir cepat. Karena dalam waktu 24 jam ia harus membuktikan pria paruh baya itu tidak bersalah. Kalau tidak, pria itu harus bersemayam di ruangan interogasi.

The Detective Girl | Sanemi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang