-----------------------------------------------------------
нαρρу яєα∂ιng ❤
-----------------------------------------------------------"Itu lho, yang pohonnya banyak, terus dihiasi lampu lampu yang indah. Lebih bagus jika dilihat saat malam hari. Apalagi bareng doi~" semangat seorang siswi yang membahas topik para gadis SMA biasanya.
"Apa nya pohon banyak? Lalu lampu lampu? Malam hari? Doi? Aku tidak mengerti dan lagi pula kau tidak punya doi kan'?" jawab gadis lainnya.
"Maksudmu pertunjukan cahaya di Ginza?" Gadis bernama depan Watson menengahi mereka.
"Nah iya, itu! Itu!"
Ia tak sengaja merekam pembicaraan mereka dengan telinganya. Mulutnya penuh dengan kunyahan roti lapis.
Begitulah suasana disana. Hangat. Penuh dengan senda gurau. Sebelum ada manusia berselimut iblis memasuki kelas mereka.
"Ah, kurasa pembicaraan kalian hanya sampai situ. Karena cepat atau lambat kita akan merasakan simulasi penyiksaan." Tawa kecil dengan gurauan dari pemakan roti lapis itu.
Brak!
Pintu terbuka keras. Saat saat yang terfavorit penghuni kelas pun tiba. Yang terdengar hanyalah hentakan kakinya.
"Mari kita mulai." Sepenggal kalimat pertama dengan suara yang berat mengawali kegiatan hari ini.
Uknown's POV
Para guru di sekolah ini cukup unik. Dari yang menakutkan sampai yang paling disenangi.
Yang lembut? Ada
Yang kasar? Ada
Yang populer? Ada
Yang paling diam dan kesepian? Ada, eh ada ada.Salah satu kejadian yang sama sekali tidak kuduga adalah dia menjadi guruku.
Ya, dia.
Jika seseorang mendengar namanya, ia langsung merasakan hawa yang mencekam. Keringat dingin.
Bahkan terkadang ucapannya itu mirip sebuah pisau silet.
Ingin aku deskripsikan secara fisik? Oh tentu. Dasar.
Dia memiliki helaian rambut berwarna putih. Aku bahkan pernah mengira dia seorang kakek kakek saat kulihat sekilas.
Kerah lehernya sengaja ia buka. Kurasa ia merasa sesak jika dipaksa dikancingkan.Ah ya, dia juga penuh dengan bekas luka di beberapa bagian tubuhnya seperti wajah, lengan, dan dadanya.
Dan lagi, aku bahkan pernah mengira ia dulunya seorang bos mafia. Bodohnya.
Manik matanya besar ketika dia melotot. Bulu matanya panjang bahkan kau bisa melihatnya secara jelas.
Perlukah aku menyebutkan namanya? Mm.. mungkin tidak perlu, karena DIA ADA DI BELAKANGKU SEKARANG!
Tapi tak apa. Aku tetap dalam pose yang anggun sekarang. Pura pura mengerjakan soal padahal yang aku lakukan hanya corat coret dengan gimik menulis.
Aku bisa fokus jika dia tidak di dekatku. Yaa... Aku tidak bisa fokus karena aku tidak tahan dengan bulu matanya itu.
Setiap dia mendekat, lalu aku melihatnya tepat pada bulu matanya rasanya aku ingin tertawa.
Mati matian aku menahannya, apalagi jika mereka tertiup angin-
"Pft-"
"Gawat! Suaranya hampir terdengar olehnya. Aku lebih baik makan wasabi daripada lelah menahan tawa ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Detective Girl | Sanemi x Reader
Romance"Kau seperti Mr. Holmes, jenius dalam hal apapun. Namun, untuk cinta kau adalah nol." Berkisah bagaimana seseorang yang selalu mengandalkan logikanya memahami perasaan suka atau bahkan cinta. Apa berakhir manis atau kandas? Hanya cerita ringan, sila...