Part 21

449 39 4
                                        

"assalamualaikum" ucap Flo yang baru saja masuk di rumah mewah bernuansa putih. Rumah Flo dan Zen.

"Waalaikumussalam" jawab seseorang dari dalam rumah.

"Ehhh bidadari" gombal Zen.

"Paansih kamu, nggak jelas banget jadi orang"

"Coba kamu putar badan"

"Kayak gini?"

"Iya"

"Emang kenapa"

"Ternyata benar yah kalau bidadari di depan aku ini nggak punya sayap"

Flo hanya bisa tersenyum malu karena ulah dari sang suami. Dalam hati Flo masih ada rasa kecewa dan jengkel pada suaminya. Namun, ia juga tak bisa memungkiri bahwa gombalan Zen membuat hatinya mencair.

"Ihh nggak jelas"

"Bilangnya nggak jelas tapi hatinya kayak ada kupu-kupu berterbangan"

"Mana ada, sok tau banget"

"Tuhkan senyum-senyum gitu"

"Enggak-enggak" karena Flo sudah tak bisa menguasa senyum malunya di depan Zen, ia pun meninggalkan Zen dan beranjak ke kamar mereka untuk menetralkan rasa deg-degan dan malunya.

"Uhhhh, jantung tolong berkompromi dong sama aku. Tarik nafas, hembuskan"

"Yaa Allah tuh suami emang bisa aja cairin hati istri yah"

Tok,tok,tok

(Klek)

"Halo istri bocil" serunya pada istrinya.

"Bocil-bocil"

"Benar kan kalau Lo tuh bocil"

"Aku tinggalin jadi duda kamu tuh"

"Jangan dong, masa iya orang yang Lo cinta mau di tinggalin sendiri"

"Siapa juga yang cinta sama kamu?"

"Yang bicara lah"

"Kemarin tuh cuman boongan, jangan Geer"

"Hilihhhh,, nggak usah nutupin kali dek. Udah bisa gue rasain rasa cinta Lo ke gue"

"Main rasa-rasa aja. Emang caranya gimana?"

"Tuh suara jantung Lo udah berdegup cepat banget"

"Duhhh nih jantung emang nggak bisa diajak kerja sama nih" ucapnya dalam hati.

"Sok tau banget jadi orang"

"Tuhkan pipi Lo jadi merah. Ihhhh bocil gue mulai baper sama gue"

"Sana keluar" usirnya.

"Nggak mau, inikan kamar gue juga. Bebas dong gue disini"

"Ishhhh nyebelin banget"

"Ishhhh imut banget deh" gombal Zen lagi.

"Bisa diam nggak?"

"Sayangnya nggak bisa nih"

"Aku tempelin perban baru tau rasa"

"Coba aja kalau berani" tantang Zen. Flo menerima tantangan itu dan ia mengambil sebuah perban di laci mejanya. Satu tarikan perban mulai ia tempelkan di mulut Zen. Zen hanya diam tak berkutik. Saat Flo sedang serius menempelkan beberapa helai lakban, mata Zen tak hentinya mengagumi wajah cantik istrinya dari dekat. Ia seakan terhipnotis oleh wajah itu.

"Selesai" seru Flo Menang.

"Hmmmmppp" teriak Zen namun tak terdengar jelas di balik lakban yang ada di mulutnya.

"Enakkan di mulutnya di lakban kayak gini?hahahha"

Tangan Zen yang masih bebas karena tidak diikat sama sekali, mulai berlari mengejar dan berusaha menangkap istrinya yang telah berhasil menjahilinya.

"Happ" Zen berhasil menangkap Flo dalam dekapannya.

"Ehhhh"

Zen kemudian membuka lakban pada mulutnya.

"Berani-beraninya yah Lo perban mulut gue

"Yah beranilah"

Zen kemudian mempererat dekapannya pada Flo.

"Lepasin Zen"

"Nggak bakalan"

"Lepas"

"Masa iya Lo berani perban mulut gue dan gue nggak berani dekap Lo"

"Ehhhh nggak gitu"

"Yang gimana, heh?"

"Emmmm"

"Gini dulu yah 5 menit doang" Zen merasa ia menemukan kenyamanan pada situsi seperti itu. Ia merasa nyaman bahkan sangat nyaman. Ia belum pernah berada di situasi seperti ini dan senyaman ini kecuali berada pada dekapan mamanya.

Flo hanya bisa pasrah. Ia juga merasa nyaman. Tanpa Flo sadari, tangannya mulai memeluk Zen. Keduanya berada pada perasaan nyaman.

5 menit lamanya, keduanya mengurai pelukannya. Mereka diselimuti rasa canggung satu sama lain. Tak ada lagi yang memulai pembicaraan. Hingga Zen memberanikan diri memulai.

"Emmm Flo gue mau bicara sesuatu sama Lo"

"Apaan?"

"Gue mau jujur tentang perasaan gue"

"Iya"

"Gue udah suka dan sayang sama Lo. Gue juga nggak tau kapan semuanya mulai. Tapi gue nggak bisa bohongin lagi perasaan gue ini. Maaf jika selama ini gue sering nyakitin perasaan Lo dan buat Lo nangis. Gue akan berusaha jadi suami yang baik buat Lo"

"Makasih sudah mau mencintai aku dan sayang"

"Aku akan berusaha memberikan yang terbaik buat kamu"

"Terimakasih Mas" ia pun berhambur ke pelukan suaminya. Zen kemudian menerimanya dan sama-sama menerima pelukan satu sama lain. Malam itu juga menjadi saksi bahwa kesabaran akan menghasilkan hasil yang baik pula. Dan panggilannya pun mulai berubah sejak malam itu.

Gimana nih Part ini? Penilaiannya tulis di kolom komentar yah dan jangan lupa meninggalkan jejak di pojok kiri bawah🐾

Flo dan Zen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang