Yoongi baru saja pulang, kembali larut seperti malam-malam sebelumnya. Kali ini jarum jam menunjukkan pukul 11 malam, dan rumah besar itu sudah sepenuhnya sunyi. Kegelapan menyelimuti setiap sudut, hanya cahaya redup dari luar yang menembus lewat celah-celah jendela. Beruntung Yoongi telah memberi kabar kepada ibunya sebelumnya, sehingga sang ibu tak perlu merasa cemas menunggu kepulangannya.
Ia masuk ke rumah dengan tenang, seperti sudah menjadi rutinitasnya—melewati pintu belakang sambil mengendap-endap agar tak mengganggu ketenangan yang sudah tercipta. Yoongi hanya ingin segera membersihkan tubuhnya setelah seharian penuh di kampus, lalu berusaha menyelesaikan beberapa tugas sebelum akhirnya beristirahat.
Setelah mandi, ia berdiri di depan cermin, menyapukan lipbalm merah ke bibir tipisnya—satu ritual sederhana yang selalu dilakukan setiap selesai membersihkan diri. Pakaian tidur yang ia kenakan, pajama dress sederhana berwarna lembut, adalah hadiah dari ibunya di ulang tahunnya yang ke-17. Gaun itu punya makna khusus baginya, mengingat pengorbanan sang ibu yang rela menyisihkan uang bulanan demi memberikan sesuatu yang indah untuk putrinya.
Malam itu, Yoongi merasa sedikit bosan belajar di kamar. Suasana yang itu-itu saja membuatnya memutuskan untuk mencari tempat lain. Ruang tengah rumah, yang jarang ia gunakan untuk belajar, tiba-tiba tampak seperti pilihan yang menarik. Dengan langkah pelan, ia menyalakan lampu gantung besar yang menggantung di langit-langit, menerangi ruangan luas dengan cahaya lembut. Sofa kulit berwarna krem di pojok ruangan tampak nyaman, tapi Yoongi lebih suka duduk di lantai berkarpet tebal, merasa lebih bebas dan santai di sana.
Ia menata buku-buku tebal dan laptopnya di atas meja kaca, siap untuk menyelam ke dalam tugas-tugas yang menunggu. Namun, sebelum ia mulai, Yoongi merasa ada yang kurang. "Kopi," gumamnya sambil menatap meja yang kosong. Ia bangkit dan menuju dapur untuk membuat secangkir kopi susu instan. Tak lama kemudian, ia kembali dengan cangkir di tangannya, aroma kopi yang hangat mengisi udara.
Setelah menyeruput sedikit kopi panas itu, Yoongi menyelipkan earphone ke telinganya. Volume musik yang ia putar cukup kencang—sebuah kebiasaan yang sulit ia hilangkan meski seringkali membuatnya tidak mendengar hal-hal di sekitarnya. Ia tenggelam dalam alunan musik, membiarkan dunianya menyusut menjadi hanya laptop, buku catatan, dan tugas-tugas kuliah yang harus segera diselesaikan.
Jari-jarinya mulai bergerak cepat di atas keyboard, mengetik kata demi kata. Pikiran Yoongi berlari kencang seiring dengan suara ketikan yang memenuhi ruang tengah. Sesekali ia berhenti, menggaruk kepalanya dengan pena, lalu segera kembali menulis sesuatu di buku catatan kecil yang tergeletak di samping laptopnya. Tulisannya tidak terlalu rapi, tapi itu bukan masalah besar bagi Yoongi. Yang penting, semua ide dan pemikiran yang harus dituangkan dalam tugas ini tetap mengalir lancar.
Waktu terasa bergerak lambat saat Yoongi fokus dalam pekerjaannya. Lampu besar di atas kepalanya menerangi sekeliling, tapi Yoongi hanya melihat layar laptopnya. Dengan secangkir kopi susu yang mulai dingin di sampingnya, ia terus mengerjakan tugasnya, meski malam semakin larut.
Yoongi begitu tenggelam dalam tugas-tugasnya hingga tidak menyadari bahwa ada suara deru mobil berhenti di luar rumah. Ia hanya fokus pada layar laptop di hadapannya, jarinya mengetik cepat, tak peduli pada suara di sekelilingnya. Namun, ketika tiba-tiba pintu depan diketuk keras dan berkali-kali, Yoongi terkejut. Dengan cepat, tangannya bergerak melepaskan earphone dari telinganya. Musik yang tadinya memenuhi pikirannya kini lenyap, digantikan oleh ketukan pintu yang terdengar semakin mendesak.
Jantung Yoongi berdegup kencang. Ia berdiri, berjalan pelan menuju pintu depan, mencoba menenangkan dirinya. "Siapa yang datang di tengah malam seperti ini?" pikirnya sambil berhenti sejenak di dekat jendela besar yang terletak di samping pintu. Ia mengintip keluar, berharap bisa melihat siapa yang mengetuk, namun sayang, pencahayaan di luar tak cukup jelas. Sebelum Yoongi sempat berlama-lama berpikir, sebuah suara berat memanggil namanya dari luar, memaksa dirinya untuk bergerak cepat dan membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey
Nouvelles[genderswitch] Cerita fiksi tentang seorang pembantu dan majikannya. Tidak ada salahnya menginginkan kehidupan seperti di dongeng. Yoongi gs Jungkook x Yoongi gs