Blue and Grey 3 : Let It Burn

244 37 30
                                    

Hari ini adalah hari Minggu, waktu yang biasanya dimanfaatkan orang-orang untuk bersantai, melepaskan diri dari segala rutinitas yang melelahkan. Namun, bagi Yoongi, Minggu bukanlah saat untuk beristirahat. Mendekati ujian akhir yang menumpuk tugas-tugas, ia merasa terjepit antara kewajiban sebagai mahasiswa dan tanggung jawabnya di rumah. Ditambah lagi, ia harus membantu ibunya mengurus mansion mewah ini, yang kadang-kadang membuatnya berpikir kenapa tuannya yang kaya raya hanya mempekerjakan satu pembantu, alih-alih menyewa banyak maid untuk membantunya.

Setelah menyelesaikan mandi pagi, Yoongi berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya yang sedikit basah. Ia menyadari, walau begitu banyak tugas yang menanti, ada satu hal yang bisa ia nikmati—memasak. Beranjak keluar dari kamar, ia berjalan menuju dapur di mana ibunya sudah sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan.

"Sayang, tolong bantu ibumu di sini," ucap ibunya sambil mengaduk panci yang berisi bahan masakan. Yoongi segera mencuci tangannya, siap mengambil alih tugas ibunya agar wanita itu bisa menyelesaikan pekerjaan lainnya.

"Baik Bu," jawabnya sambil mengambil sayuran dan daging yang sudah siap dicuci. Yoongi memfokuskan diri pada sayuran segar di depannya, matanya bergerak cepat dari satu bahan ke bahan lain, tangannya mahir memotong-motong sayuran dengan cekatan. Dia menyukai saat-saat ini—merasa seperti seorang chef yang sedang meracik hidangan spesial meski sebenarnya hanya sarapan sederhana.

"Jika masakan sudah siap, segera bangunkan Tuan ya Sayang," titah Ibunya kemudian segera pergi ke depan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Baik Bu."

Setelah beberapa saat, masakan pun siap. Yoongi menyiapkan piring, alat makan, dan serbet dengan teliti, memastikan semuanya rapi sebelum meletakkan masakan di atas meja makan. Ia membersihkan meja dari sisa-sisa yang mungkin mengganggu. Setelah selesai, ia membuka kulkas, meminum sedikit air mineral untuk menghilangkan dahaga yang mengganggu. Dengan perasaan campur aduk di dalam hati, ia melangkah menuju lantai dua.

Ketika kaki Yoongi melangkah ke arah kamar tuannya, ia merasakan kembali kecemasan yang tak terdefinisikan. Namun, kali ini ia berusaha menenangkan diri, memaksa rasa takut itu menghilang. Mengambil napas dalam-dalam, ia mengetuk pintu kamar tuannya.

Namun, tanpa diduga, saat ia mengetuk, tangannya justru menempel pada dada bidang yang teramat dikenalinya. Yoongi terkejut, refleks mundur selangkah. Di depannya, tuannya sudah berdiri, tampak lebih santai dengan sweatpants berwarna abu-abu tua dan kaos serupa, penampilan yang jauh berbeda dari gaya formalnya sehari-hari.

"Maaf, Tuan! Saya—saya tidak sengaja," katanya dengan cepat, wajahnya memerah, merasa canggung dan panik.

"Tak masalah," jawab Jungkook, suara tenangnya seakan menenangkan kebisingan di dalam hati Yoongi. "Apa sarapan sudah siap?"

"Iya, Tuan," balas Yoongi singkat, dan secepatnya mundur beberapa langkah, memberikan jalan bagi tuannya untuk menuruni tangga. Dia tidak bisa menahan rasa gugupnya saat melihat Jungkook bergerak mendekatinya, jantungnya berdegup kencang. Dengan setiap langkah tuannya, Yoongi merasa ada yang aneh di antara mereka—perasaan yang sulit untuk dijelaskan.

Ketika Jungkook melewati dirinya, aroma musk yang familiar menyeruak di antara mereka, mengusik ketenangan yang sudah susah payah ia bangun. Yoongi menundukkan kepala, berusaha meredakan detak jantungnya yang tak karuan, berdoa agar semuanya berjalan lancar hari ini.

Yoongi berjalan mengikuti tuannya, Jeon Jungkook, dalam diam. Dengan tinggi badan yang lebih pendek, Yoongi hampir tak terlihat saat berjalan di belakang pria itu, tampak seakan menyatu dengan bayangan. Tiba-tiba, langkah Jungkook terhenti, dan tanpa bisa menghindar, dahinya menabrak punggung tuannya. Kesakitan sejenak melanda, dan Yoongi mengeluarkan suara kecil, "Aduh!" yang membuat Jungkook berbalik menatapnya.

Blue and GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang