Blue and Grey 5 : Mirror Mirror on The Wall

231 35 14
                                    

Yoongi tidak percaya ini akan terjadi padanya. Dalam pikirannya, ia seperti Cinderella yang tiba-tiba diundang ke sebuah pesta megah. Ia, yang notabenenya adalah putri seorang pembantu di rumah tuan Jeon, yang kaya raya, seolah disulap menjadi sosok menawan dalam semalam. Meskipun begitu, ia merasa tidak pantas menyebut dirinya sebagai putri. Rasa ketidakpantasan itu kian menggerogoti hatinya ketika Jungkook, tuannya, memerintahkannya untuk mengikuti semua ini, seolah semua yang terjadi adalah sebuah perintah yang tidak bisa ia tolak.

Ketidakpastian memenuhi benaknya. Mengapa pria tampan dan mapan seperti Jungkook justru mengajaknya, bukan salah satu wanita yang sering mengelilinginya? Pertanyaan itu melayang di udara, tetapi ia tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Kini, ia duduk di depan cermin di kamar tamu yang megah, dikelilingi oleh dua orang yang sedang berusaha mengubah penampilannya.

Seorang perempuan berpenampilan modis, rambutnya tergerai indah, sedang menata rambut Yoongi dengan penuh kesabaran dan keahlian. Sementara itu, seorang laki-laki cantik dengan kulit seputih salju dan mata malasnya tengah mendandaninya. Dengan jari-jari terampil, laki-laki itu mengaplikasikan riasan pada wajah Yoongi, membuatnya merasa semakin tertekan.

Jungkook hanya memberi perintah untuk menuruti kedua orang ini dan ia akan menjemput Yoongi ketika semua ini sudah selesai. Ini akan menjadi kali pertamanya menghadiri sebuah pesta, dan ketakutannya membayangi: Apa yang terjadi jika ia melakukan kesalahan dan mempermalukan Jungkook?

"Tolong tetap buka matamu dan lihatlah ke atas," ucap laki-laki yang tengah mewarnai kelopak matanya, suaranya lembut namun tegas.

Sejak tadi, kedua orang ini hanya fokus pada pekerjaan mereka, sementara Yoongi terjebak dalam pikirannya sendiri, membayangkan semua hal yang bisa salah. Tiba-tiba, suara perempuan itu kembali memecah lamunannya. "Semuanya sudah selesai. Saatnya memilih gaun."

Yoongi membuka mata, dan tatapannya jatuh pada bayangan di cermin. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bayangan itu bagaikan langit dan bumi, sangat jauh dari dirinya yang biasa. Wanita dewasa yang menawan dengan mata tajam yang memikat memandang balik padanya. Rasa tak percaya memenuhi hatinya. Ia menggigit bibirnya. "Saya rasa warna gold akan tampak bagus dengan kulit Anda," suara perempuan itu memberikan pendapatnya.

"Tidak, aku rasa maroon yang terbaik. Kulitnya putih sekali," sanggah laki-laki itu dengan tegas.

Kepala Yoongi mendadak pening, kesulitan untuk memproses semuanya. Dalam sekejap, dia sudah dihadapkan dengan dua gaun yang tidak kalah indahnya. Yang satu berwarna emas dengan potongan di atas lutut, formal namun berkilau dengan permata-permata cantik yang mengelilingi lehernya. Sementara yang lainnya berwarna maroon, panjang hingga mata kaki dengan belahan hingga paha, sederhana namun memukau, menonjolkan kaki jenjang, leher, pundak, dan tulang selangka.

Gaun mana yang harus ia pilih? Pertanyaan itu membayang-bayangi pikirannya, tetapi ia tak diberi kesempatan untuk memilih. Sebelum dia bisa merespon, tubuhnya sudah dibalut dalam gaun maroon tersebut. Saat gaun itu menempel di tubuhnya, Yoongi merasakan sensasi aneh yang campur aduk: rasa bangga dan sekaligus tidak layak.

Ini kali pertama Yoongi mengenakan gaun semahal, secantik, dan seterbuka ini. Rasa was-was menggerogotinya, menambah beban pikirannya. Ia benar-benar takut akan melakukan kesalahan yang bisa mempermalukan majikannya. Dalam hati, ia merutuki permintaan Jungkook yang terasa tidak masuk akal. Seharusnya saat ini aku mengerjakan laporanku, pikirnya, bukannya berdiri menunggu sang pangeran datang dengan kudanya.

Kedua orang yang bertugas mendandaninya sudah pergi, meninggalkan Yoongi sendirian di ruangan itu. Ia terus menatap cermin, tak hentinya merasa takjub dengan penampilannya yang sama sekali berbeda. Mungkin ibuku pun tak akan mengenaliku. Tangan Yoongi mengipasi wajahnya yang mulai terasa panas. "Ah, aku perlu bernafas," gumamnya, berusaha menenangkan diri. Namun, jam terus berjalan, dan tuannya belum juga datang.

Blue and GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang