Pukul 10 malam, suasana hening menyelimuti rumah kecil itu saat Yoongi baru saja tiba. Kegelapan menyelimuti tiap sudut, menandakan bahwa seluruh penghuni rumah telah terlelap. Dengan langkah sangat pelan dan hati-hati, Yoongi memutari bagian luar rumah untuk masuk lewat pintu belakang. Ia sengaja memilih jalur ini agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan sang ibu.
Tangannya menyentuh gagang pintu, memutarnya perlahan-lahan. Dentingan kecil terdengar ketika kunci terbuka, tapi Yoongi bergerak dengan hati-hati. Setelah berhasil masuk, ia segera melepaskan sepatu dan menaruhnya di rak kecil di samping pintu, menggantinya dengan sandal putih yang lebih mirip sandal hotel. Gerakannya sangat teratur, seperti sudah menjadi kebiasaan yang ia lakukan setiap malam.
Keheningan di rumah begitu kentara. Tak ada suara, tak ada lampu yang menyala. Rumah itu terasa begitu sunyi, hanya sesekali terdengar detik jam dari ruang tamu yang mengiringi langkah Yoongi menuju kamarnya. Dia tidak menyalakan lampu, hanya mengandalkan ingatannya yang sudah hapal dengan setiap sudut ruangan. Kamarnya terletak tak jauh dari pintu belakang, sebuah kamar kecil yang dia bagi dengan ibunya. Begitu tiba di depan kamar, ia meletakkan tasnya di atas meja belajar dengan pelan, seolah takut mengganggu ketenangan malam itu.
Yoongi menyempatkan diri untuk mengintip ibunya yang sudah terlelap di atas ranjang kecil mereka. Ranjang itu mungkin tak terlalu besar, namun cukup untuk menampung mereka berdua. Melihat wajah ibunya yang damai, Yoongi merasa sedikit lega. Rasa lelah yang menumpuk sejak tadi pagi sedikit mereda saat ia tahu bahwa sang ibu bisa tidur dengan tenang.
Setelah memastikan bahwa ibunya tak akan terbangun, Yoongi memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Di sana, ia membersihkan tubuhnya dari keringat dan debu setelah seharian penuh beraktivitas. Kepalanya dipenuhi berbagai pikiran, terutama tugas-tugas kuliah yang tak pernah berhenti datang. Belakangan ini, dosen-dosen memberikan begitu banyak proyek dan tugas yang menumpuk. Belum lagi kegiatan kampus yang tak ada habisnya, membuatnya nyaris tak punya waktu untuk beristirahat.
Setelah membersihkan diri, Yoongi keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang segar dan bersih. Rambutnya masih basah, dan ia sibuk menggosoknya dengan handuk, mencoba mengeringkannya secepat mungkin. Udara malam yang dingin menyentuh kulitnya, namun ia merasa nyaman setelah mandi. Sesekali ia menunduk, membiarkan handuk menyerap air dari helai-helai rambutnya yang hitam dan tebal.
Setelah merasa cukup kering, Yoongi meraih ponselnya dari dalam tas yang ia letakkan di meja belajar. Ia memeriksa pesan-pesan, email, dan beberapa pengingat penting yang harus diperhatikan. Beberapa detik ia terdiam, melihat notifikasi tugas-tugas yang belum tersentuh. Rasa lelah segera kembali menyergapnya, tetapi kelaparan lebih mendesak. Ia segera membungkus rambut basahnya dengan handuk yang dililitkan di kepalanya, lalu keluar dari kamar menuju dapur yang berada tidak jauh dari tempatnya.
Dapur itu tampak sederhana dan rapi, namun tetap dalam kegelapan. Yoongi menolak menyalakan lampu untuk menjaga keheningan malam. Dengan langkah pelan, ia membuka pintu kulkas. Di dalamnya, terlihat beberapa sayuran segar, daun bawang, dan bahan-bahan sederhana lainnya. Perutnya yang kosong sejak siang menggeram lirih, seolah mendesaknya untuk segera makan. Meski siang tadi sempat menyantap setangkup roti, itu jelas tak cukup mengisi tenaganya.
Mengambil beberapa sayuran dan daun bawang, Yoongi menutup pintu kulkas dengan hati-hati, lalu beralih membuka kabinet di atasnya. Satu bungkus ramen instan segera ia ambil, memilih makanan cepat saji itu karena ia tak ingin ribet memasak sesuatu yang lebih rumit. Tangannya terampil menyiapkan masakannya. Dalam waktu singkat, uap panas ramen yang baru matang menguar dari mangkuk, dan aromanya memenuhi dapur.
Setelah memastikan segalanya rapi, Yoongi menarik kursi dengan perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara berisik. Duduk di meja makan dengan mangkuk ramen di depannya, ia menyempatkan diri kembali ke kamar sebentar, mengambil ponsel yang tadi ia letakkan di meja. Cahaya ponsel terlihat samar, redup di tengah kegelapan, saat Yoongi mengecek kalender dan daftar tugas yang belum ia kerjakan. Jadwalnya penuh, dan itu mengingatkannya betapa sedikit waktu yang ia miliki untuk beristirahat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blue and Grey
Historia Corta[genderswitch] Cerita fiksi tentang seorang pembantu dan majikannya. Tidak ada salahnya menginginkan kehidupan seperti di dongeng. Yoongi gs Jungkook x Yoongi gs