Happy reading...
Suara riuh yang terjadi sekarang kembali terdiam, para anggota OSIS sudah meninggalkan area lapangan, tinggal satu orang yang tadi membawa mic.
"Gimana adik-adik? Sudah cari kelompok nya?"
"SUDAH KAK!!" jawab mereka serempak.
"Nice!! Sekarang kalian semua ikutin arah panah itu dan cari clue di sana, sampai jumpa," katanya. Dan pergi dari tempat tersebut dengan sembunyi-sembunyi.
Vera dan kelompoknya bergegas berjalan ke arah tanda panah itu, dan tibalah di sini di kantin yang nampak kosong, di situ banyak di tempeli kertas berisikan clue.
Ia melangkah mendekati kertas itu, dan clue pertama adalah berupa sambung kata.
Sambung kata dari berbagai clue di bawah:
1. Aku itu sangat susah di baca oleh anak kecil, terkadang itu terlalu sulit, tetapi lambat laut anak kecil itu dapat membacanya, apakah aku?
2. Aku suka di buat beli berbagai barang, semacam tv, kulkas, kasur dll, semua orang membutuhkan aku, tanpa aku orang-orang kesusahan. So aku ini apa?
3. Lukisan itu sangatlah bagus, kadang lukisan yang terukir unik dan ada makna dalam lukisan tersebut, kalau di jual harganya bisa sampai 1jt lebih, apakah aku?
Vera membaca clue itu, otak encernya langsung terpakai, Jan diragukan ingat, Vera itu sangat pandai. Dia sudah menemukan jawaban itu dan memanggil kelompoknya untung bergegas ke tempat yang dituju.
"Heh? Kita mau kemana? Kita belum tau jawabannya apa," ungkap Vara melangkah di belakang Vera.
"Gue tau jawabannya apa, sekarang kita ke ruang seni dulu,"
"Ruang seni?" beo Vara.
Vera mengangguk, sebagai jawaban, mereka sekelompok masih bingung dengan clue itu, akhirnya Vara mengajukan pertanyaan.
"Kok bisa? Darimana? Lagian lo cepet kali jawabannya,"
Vera mengehela napas, menutup mata sejenak dan berhenti membalikan badan.
"Yang pertama, kalian tau anak kecil susah baca huruf apa?" tanya Vera, Mereka berempat mengangguk sebagai jawaban.
"R kan?" jawab mereka serempak.
Vera mengangguk, "Yang kedua, kalian tau kalau mau beli barang pakai apa?"
Mereka mengangguk lagi "Uang," kata Vara.
"Yang ketiga itu lukisan, udah jelas ada kata lukis ya pasti ruang seni dong," jelas Vera
"Nah tuh kata sambungin coba jadi apa?"
"Ruang seni," balas mereka serempak, melotot sebagai jawaban. Vara bertepuk tangan bangga.
"Beh gile, temen gue pandai juga ya, haha." Vara ketawa. Yang lain memerhatikan dan melihat satu sama lain.
"Itu lo aja yang goblok," ujar salah satu dari kelompok mereka.
Vara yang mendengar kata itu, mendelik tidak suka, "Ya suka-suka gue lah, orang yang goblok gue, kok situ yang sewot, huh?"
"Udah-udah ayok kita lanjut, biar cepet selesainya."
Mereka semua mengangguk serempak, melangkah ke koridor yang sepi, mungkin mereka ambil jalur yang agak sepi biar cepet sampainya, mereka sebenarnya belum tau ruang musiknya dimana, sebab nih sekolahnya luas banget, jadi mereka masih mencari keberadaan nya dimana,
Di tempat lain.
"Gue jamin, anak beasiswa itu bakal bisa nemuin kita," ujar anggota OSIS yang bernama Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERRA
Teen FictionSeorang gadis yang hidupnya bisa di bilang miskin atau lebih kesan baiknya sederhana, dengan tempat tinggal yang layak di tempati. Kedua orangtuanya berkerja sebagai petani, meskipun uangnya hanya bisa di buat beli nasi, kadang ada lauk kalau uangny...