Happy reading...
Suasana di kampung sangatlah nyaman, apalagi seorang gadis yang masih bergulat dengan selimut yang sederhana, matahari belum menampakkan diri, mungkin itulah suasana yang tepat untuk tidur.
Jam menunjukkan pukul 04.00, si gadis yang bernama Vera akhirnya terbangun dari mimpi tidurnya, menyibak selimut dan turun dari kasur, melangkah ke kamar mandi dan mencuci muka.
Setelah beberapa menit, Vera keluar dengan wajah segar, ia memakai baju yang sedikit longgar dan memakai sepatu khusus buat olahraga, Vera setiap pagi selalu akan berlari dari jam setengah lima sampai setengah enam, barulah dia berangkat sekolah.
Vera yang sudah selesai dengan kegiatannya melihat jam di dinding menunjukkan pukul setengah lima, dan waktu yang tepat untuk mengelilingi kampung yang ada dalam halamannya.
Vera keluar rumah setelah mendapat izin ibunya, ia berlari kecil menikmati udara di pagi hari, kebanyakan orang pagi buta begini masih bergelayut pada kasur empuknya, beda sama Vera kalau tidur cuma pakai kasur kapuk yang keras, itupun udah sangat usang buat di pakai, tapi dia tetap aja bersyukur.
Satu jam berlari akhirnya ia sampai rumah dengan keadaan langit sudah terlihat awan. Vera memasuki rumah menenteng sepatu yang tadi lepas di halaman depan rumah.
Vera melangkah menuju kamarnya dan melanjutkan ritual mandinya, setengah jam selesai lah kegiatan ritual mandi, hari ini adalah hari di mana Vera akan menjadi murid SMA Merkurius. Ia sekarang akan menjalankan MOS yang di adakan, jadi Vera memakai kresek buat hiasan, dan pita yang berada di rambut kuncir kuda itu. Kenapa Vera bisa dapat sekolah yang notabenenya sekolah elit di kawasan kota? Karna Vera mendapatkan beasiswa dan Vera mempunyai prestasi yang cukup tinggi.
Vera melangkah keluar kamar, menuju dapur untuk mengambil makanan, tapi setiba di dapur tidak menemukan sesuatu untuk mengganjal perut, akhirnya ia pun tak makan apapun, cuma sebatas minum air.
Vera berjalan ke arah terminal bus untuk berangkat ke sekolahannya yang agak jauh untuk di tempuh, selama setengah jam, sesampai di depan gerbang yang menjulang tinggi, ia kagum dengan sekolah nya ini, dulu waktu SMP tidak sebagus ini.
Vera melihat banyak anak-anak pakai rok smp, kebetulan sekali masih di depan gerbang, ia melangkah memasuki dengan langkah pd nya, saat di tengah lapangan, banyak siswa yang sedang berbincang-bincang, satu tepukan di bahu Vera, membuat sang empu menengok ke arah kiri terdapat anak yang sama seperti dirinya.
"Hei? Kenalin gue Vara," sapa orang tersebut sembari mengulurkan tangannya. Vera dengan senang hati menyambut uluran tersebut dan memperkenalkan diri nya juga.
"Salken juga, gue Vera," balas Vera tersenyum ke arah Vara, ngomong-ngomong Vera juga bisa pake lo-gue, karna sering baca aplikasi berwarna oranye.
"Eh, nama kita hampir sama," ucap Vara antusias.
Vera hanya menggaruk tengkuk yang tidak gatal, "Ah, iya juga ya, hehe."
"Duh! Lo masih canggung ya? Sokapin aja sama gue mah," seru Vara merangkul Vera yang diam. "Oke, sekarang kita sahabat, semoga nanti kita sekelas," lanjut Vara.
Vera hanya mengangguk pertanda jawbaan, dia terlalu bingung harus menjawab gimana lagi, sesampai suara peluit terdengar nyaring di telinga para siswa, para siswa yang mendengar itu, sontak terdiam menunggu apa yang akan di ucapkannya. Vera melihat semua anggota OSIS, eh matanya malah tertuju pada seorang cowok yang mukanya tidak ada senyum-senyumnya, Vera sempat kagum, tapi setelahnya tidak, karna yang Vera pikirin adalah kesuksesan.
~~~
Semua anggota OSIS sedang mempersiapkan acara untuk siswa baru, suasana di ruangan sangatlah riuh, mencari pendapatan yang cukup akurat.
"Gimana kalau kita ngadain misi gitu? Biar seru?" usul salah satu dari mereka.
"Misi gimana dulu?" seru sekretaris.
"Jadi gini, kita semua nih, anggota OSIS semuanya pada kumpul pada titik dimana petunjuk terakhir, kita buat clue dan nanti yang bisa nyelesain sampai misi clue berakhir, salah satu kelompok akan menemukan keberadaan kita, dan akan mendapatkan hadiah berupa tanda tangan, jadi semua tuh ada yang nggak dapat, karna tidak bisa menemukan kita. Nanti kita buat kelompok cukup 5 orang aja."
Semua menimbang-nimbang dengan acara tersebut, pada akhirnya keputusan nya sudah mutlak dan di setujui semua anggota. Ketos sama waketos nya? Dia hanya menyimak, apa yang bisa di lakukan maka lakukanlah.
"Yaudah, yuk sekarang kita buat," ungkap salah satu dari mereka.
Semuanya pun akhirnya mempersiapkan apa yang akan di kerjakan, beberapa menit akhirnya misi yang di buat terselesaikan juga.
Semua anggota OSIS melangkah menuju lapangan yang sudah terisi berbagai siswa dengan pakaian yang sangatlah lucu.
Salah satu mereka mendapatkan giliram MC.
Tes
Tes
Tes
Suara mic yang terdengar di penjuru lapangan, yang awalnya riuh seketika diam, mendengar suara dari tengah lapangan, MC pun tersenyum ke arah adik-adiknya itu.
"Oke adik-adik jadi, kita hari ini akan mengadakan tantangan berupa misi, yang harus di selesaikan, agar kalian bisa mendapatkan tanda tangan semua anggota OSIS, caranya nanti kalian membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang, dan kalau sudah dapat kalian ikuti panah yang sudah tertera di dinding, nah setelahnya menuju ke arah yang dituju, kalian akan mendapatkan clue yang berupa sandi atau sejenisnya, nah terus kalau sudah mendapatkan jawaban nya letak di mana jawaban itu, kalian datengin tuh tempatnya, Sampai clue terakhir, jadi akan ada 3 clue di setiap tempat, dan tempat terakhir adalah semua anggota OSIS berada di situ dan kelompok yang bisa memecahkan clue itu akan mendapatkan tanda tangan serta hadiah. Pertanyaan nya adalah, carilah semua anggota OSIS."
"Paham semuanya?" lanjutnya.
"Paham kak!!" ucap mereka serempak.
Para anggota OSIS tersenyum ke arah para adik-adik, tapi tidak dengan ketosnya, menatapnya datar tanpa da kata senyum, beda sama wakilnya yang selalu tebar pesona.
"Oke, sekarang mulai mencari kelompok masing-masing."
Suara kembali riuh hanya untuk mencari kelompok, Vera celingak-celingukan mencari keberadaan Vara, Vera melangkah kecil melihat ke arah kanan dan kiri, rambutnya yang di kucir kuda ikut menari kanan dan kiri, terlihat sangat lucu, Vara yang ada di belakangnya bersama kelompoknya menatap gemas ke arah Vera yang bingung mencari keberadaannya.
Vara pun tak tega, akhirnya menghampiri, menepuk pundak Vera.
"Hayo? Cari gue ya?" kekeh Vara.
Vera yang merasa pundaknya di tepuk membalikkan badan, kaget menatap Vara, dan apa dia bilang? Cari dia? Ya emang si cari dia.
"Nggak tuh, pd banget Lo," jawab Vera menatap angkuh, dengan pipi di gembungin, ke arah Vara.
Vara yang ditatap dengan keangkuhan, terkekeh melihat wajah lucu Vera, merangkulnya melangkah menuju ke arah kelompoknya yang tadi dibuat.
"Nih, akhirnya pas kelompoknya," ujar Vara.
Mereka berempat, tersenyum ke arah Vara. Dan mereka berlima saling tatap-menatap. Vera anak sederhana yang selalu mementingkan prestasinya. Dia bahkan tidak iri sama sekali pada temannya yang punya rumah bagus, punya mobil, dia pasti bisa mendapatkan itu sesudah sukses.
°°°
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
VERRA
Novela JuvenilSeorang gadis yang hidupnya bisa di bilang miskin atau lebih kesan baiknya sederhana, dengan tempat tinggal yang layak di tempati. Kedua orangtuanya berkerja sebagai petani, meskipun uangnya hanya bisa di buat beli nasi, kadang ada lauk kalau uangny...