Part 5

6.1K 555 13
                                    

"Dedek, awas Lilynya ketinggalan. Mama nanti gak mau ya balik buat ambil Lily," tukas Nalla.

Hari liburan itu datang. Jangan tanyakan seberapa senangnya Gaia dan Giva. Apalagi saat tau liburan kali ini tidak hanya salah satu orangtuanya melainkan keduanya ikut.

"Ini, Mama. Lily sama Dedek." Giva memeluk boneka berbentuk Gajah dalam dekapannya.

Boneka pemberian Karan sejak Giva berumur 6 bulan yang tidak pernah Giva lepas. Karan sudah datang dengan barang bawaannya. Ia memang mengatakan akan pergi bersama menuju bandara. Tujuan mereka adalah Bintan.

Destinasi liburan yang cukup dekat dan memiliki banyak pilihan tujuan wisata di dalamnya. Juga beberapa destinasi yang ramah keluarga. Mereka akan menghabiskan 5 hari bersama di sana. Sebuah resort yang tengah dalam pengembangan besar-besaran.

Awalnya Nalla mengusulkan Bali atau Labuan Bajo tapi Karan memiliki usul lain. Mereka sudah pernah berlibur ke Bali puluhan kali bersama kedua putri mereka. Lalu Labuan Bajo pun sudah. Kini saatnya mereka mencoba hal baru.

Di ruang tengah, Karan sudah siap menunggu. "Gue titip mobil, ya, Bun," ujar Karan yang datang sembari membawa mobilnya.

"Kuncinya kasih Mas Adjie aja. Biar dipanasin sama diurusin dia. Nanti gue juga ngomong ke Mas Adjie," saran Nalla.

"Daddy! Daddy! Lily mau ikut." Giva menunjukkan boneka gajah kesayangannya pada Karan.

Senyum Karan terukir. Ia mengusap puncak kepala Giva dengan lembut. Tanda seorang Karan yang tengah memberikana afeksi pada sang putri.

"Lily mau ikut? Nanti Lily duduk sama siapa di pesawat? Daddy gak beli tiket buat Lily," tanya Karan pada putrinya.

"Giva pangku Lily, Daddy. Lily jangan ditinggal." Mata anak itu memohon pada Karan.

Ia sampai mengekori ayahnya yang sibuk memasukkan koper ke bagasi mobil. Giva harus memastikan jika Lily ikut atau dia akan sedih nanti. Mata bulat yang bentuknya mirip dengan mata Nalla itu tampak mengemis pada ayahnya. Agar Karan mau mengiyakan permintaan Giva. Si bungsu yang selalu tau bagaimana mencuri hati ayahnya.

"Daddy, boleh, ya?" pinta Giva lagi.

Karan menoleh sejenak. Rasanya lucu melihat wajah memohon putrinya yang menggemaskan ini. Setelah ia selesai membereskan kopernya, Karan menggendong Giva. Membawa gadis kecil itu ke dalam dekapannya.

"Boleh. Lily boleh ikut. Tapi Giva janji, ya, harus pegang Lily jangan sampai Lily hilang." Anak itu mengangguk lalu memeluk ayahnya erat.

"Dedek loves you, Daddy," bisik Giva pada ayahnya.

Perjalanan menuju Bintan hanya memakan waktu satu jam empat puluh menit lamanya dengan menggunakan pesawat. Sepanjang penerbangan, Karan tampak sibuk dengan Gaia yang duduk bersamanya. Sedangkan Giva yang terlelap di samping Nalla sambil menggenggam tangan ibunya.

Sesekali Nalla melirik Karan yang bermain dengan Gaia. Nalla tidak tau buku apa yang tengah dibicarakan kedua orang itu tapi Karan dan Gaia tampak sangat menikmati pembicaraan mereka. Bahkan sesekali sampai melepas tawa cekikikan. Untungnya area kelas bisnis menuju Bintan hanya diisi oleh mereka berempat dari 10 bangku yang disediakan.

Penerbangan mereka berakhir setelah mencapai Bandara Raja Haji Fisabilillah. Sebuah mobil sudah menunggu kedatangan Karan, Nalla, dan kedua putrinya.

"Bapak Dinarta, saya Bimo, yang jadi driver Bapak dan Ibu selama di Bintan. Selamat datang di Bintan, Bapak, Ibu, dan Adik-adik," sapa pria itu ramah.

Sebuah mobil telah menunggu untuk menjemput mereka. Tampaknya Karan cukup dekat dengan driver bernama Bimo ini. Sependengaran Nalla dari perbincangan di jalan, Bimo bekerja untuk sebuah ressort mewah yang akan mereka datangi di Bintan dan pemilik ressort itu merupakan kenalan Karan.

Setelah Kita Berpisah [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang