Part 6

5.4K 535 7
                                    

Malam hari datang. Giva dan Gaia bersemangat menunggu kedatangan ayah mereka di depan campfire. Campfire private yang ada di bungalow mereka.

Ada sofa putih bundar melingkari api unggun kecil. Juga tusukan khusus dari besi untuk memanggang daging, ataupun sosis serta jagung. Rambut kedua anak itu masih basah karena baru saja mandi.

Mereka dengan sabar menunggu ayahnya yang tengah pergi ke bangunan utama penginapan untuk membeli marshmallow kesukaan Gaia dan Giva.

"Kakak, Dedek, jangan deket-deket api." Suara Nalla terdengar.

Ia baru selesai mandi dan ikut keluar menunggu kedatangan Karan. Tadi juga Nalla sudah memesan makan malam untuk mereka berempat yang akan diantar ke kamar mereka.

Tak lama, Karan datang dengan satu kantong kertas besar berwarna cokelat. "Marshmallow seharga 300 ribu," celetuk Karan memancing tawa Nalla.

Jelas saja mahal. Bintan adalah tempat rekreasi yang ditujukkan untuk wisatawan asing. Bukan untuk target domestik. Meski mahal, Karan tetap berbesar hati membelinya. Dia tidak akan jatuh miskin hanya karena marshmallow tak masuk akal ini. Hanya sedikit terkejut dengan harga tak normalnya.

"Oh, itu pas banget makan malamnya juga dateng," tunjuk Nalla pada sebuah golf car yang membawa makan malam mereka.

Samar suara deburan ombak bercampur dengan suara kayu ranting rapuh yang terbakar. Lalu ada kedua anak mereka yang sibuk menceritakan semua hal. Malam yang menyenangkan bagi Karan. Tidak terasa sepi seperti biasa.

"Habisin dulu, Kakak, Dedek. Kalo gak, gak boleh makan marsmallow-nya," titah Nalla pada kedua anaknya.

"Tapi Mama, kita mau marshmallow sekarang," pinta Gaia lagi.

Daging yang menjadi makan malam mereka tidak begitu menarik ketimbang rasa marshmallow bakar yang manis. Tapi Nalla tetap gigih pada keinginannya. Anak-anak itu harus menghabiskan makanan mereka.

"Kita gak boleh buang-buang makanan, benerkan, Daddy?"

Kini Nalla berpindah pada Karan. Meminta pria itu menyetujui ucapannya. Nalla sangat tau jika kedua putri cantik ini akan lebih mudah mendengar ayah mereka.

"Daddy setuju sama Mama. Kalau makannya habis, boleh ya, Ma buat makan marshmallow banyak?"

Nalla mengangguk membenarkan. Dua pasang mata bulat milik Gaia dan Giva menatap ayah ibu mereka bergantian. "Janji, ya?" tanya Gaia lagi.

"Iya, Mama sama Daddy janji," jawab Nalla.

Kedua anak itu langsung dengan cepat menghabiskan daging panggang di piring mereka. Tidak butuh waktu lama sampai salad dan saus pun habis tak bersisa. Tampaknya Gaia dan Giva tak mau membuang-buang waktu untuk marshmallow kesukaan mereka.

"Oh, wow. Kayak nelen air cepetnya," gumam Karan memancing tawa Nalla.

"Sama kayak daddy-nya kalo udah dikasih martabak manis," tambah Nalla.

Jika kedua putrinya adalah seorang sweettooth, maka itu hasil karya seorang Karan. Jangan tanyakan seberapa gilanya Karan akan martabak manis.

Dia bisa menelan dua porsi martabak manis dalam satu malam. Padahal satu porsi saja sudah membuat muntah. Karan juga menggemari banyak makanan manis lainnya. Seperti dodol, klepon, dan banyak jajanan pasar manis lainnya.

"Mereka kan babies gue, Bun."

"Iya tapi ada juga penyakit diabetes di dunia ini," balas Nalla.

Setelah Kita Berpisah [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang