JERVIS

14 5 2
                                    

Malam yang sunyi, debu beterbangan membuat mata perih, dan kenangan masa lalu yang terlintas di pikiran

"Hay, kangen gak?" Tanya Jervis pada kuburan di hadapannya

Tepat pukul 12 malam, ia berada di kuburan orang yang ia sayang

Tanpa sadar air mata mulai memabasahi pipi Jervis "Gue tau lu belum tenang, gue janji cari pembunuh lu" Kenangan indah terlintas sesaat di pikiran Jervis

Jervis menghapus air matanya, mencium batu nisan yang bernama 'Devi' berulang kali sebelum meninggalkan pemakaman

Jervis mengatur penafasannya sampai lega, sampai ia mendengar tangisan seorang cewe di belakangnya

Suasana mendadak tegang, Jervis tercekat tidak bisa bergerak

"Yaelah paling suara ranting" Gumamnya, Saat sudah tak terdengar suara apapun, Jervis kembali melanjutkan langkahnya sampai ke dalam mobil

"Bye devi friendzone" Jervis melihat ke arah pemakaman sekilas lalu melajukan mobilnya

***

"BANGUN CIL" Teriak Ferisca —Kakak perempuan Jervis yang kini sedang membanting guling ke punggung Jervis

Jervis tidak bangun justru menganggap guling yang di banting seperti tepokan maminya saat kecil

"Punya adik gak ada yang bener, oke kalo gak bangun, uang bulanan dari papi gue ambil semua ya bye" Ucap Ferisca sebelum pergi dari kamar Jervis

Jervis yang masih mendengarnya langsung bangun dan berlari menahan kakaknya

"Bunting boleh rakus jangan" Peringat Jervis menatap tajam Ferisca

"Bunting pala lo" Ferisca menatap Jervis tak kalah tajam

"Makanya gak usah ngambil uang bulanan gue lagi"

"Iya, yaudah sana mandi!" Ferisca mencubit pipi jervis, ia selalu gemas saat melihat wajah adiknya yang baru bangun

"Hm" Jervis berbalik untuk melakukan kebiasaan paginya

***

Meja makan sudah di penuhi oleh keluarga Agrosfreddy, ada Herlino —Papi, Glenca —mami, Jervis, dan Ferisca

"Jervis, sekolah kamu masih aman kan?" Tanya Herlino sembari mengahabiskan sarapannya

"Yaelah pi, selagi ada regovax ya aman - aman aja" Jawab Jervis enteng

"Bukannya apa - apa, tapi sekolah kamu itu udah papi lepas jadi rawan geng lain yang nyerang" Peringat Herlino

"Iya papi"

"Apasih bahas geng sekolah, mending bahas calon menantu" Ujar Glenca membuat Jervis dan Ferisca menatap satu sama lain

"Mba ferisca dulu mi, katanya baru dapet nomer ceo tau" Ferisca menatap Jervis tajam, nyesel juga memberitahu

"Mami gak peduli jabatannya, mami cuma mau menantu yang bisa bikin anak mami bahagia aja udah cukup" Ujar Glenca penuh arti

"Boro - boro nyari pasangan mi, di deketin guru penjas aja malu - malu" Sindir Jervis melirik Ferisca

"Pengen gue plintir lehernya, tapi itu adek gue" Batin Ferisca menghela nafas sabar

"Sama kayak mami ya" Cetus Herlino membuat Glenca menabok punggungnya

"Diem papi!" Jervis dan Ferisca terkekeh melihat tingkah keduanya

"Jervis berangkat ya pi, mi" Jervis menyalimi Herlino dan Glenca sebelum berangkat

JERVISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang