Seorang pria berwajah datar dengan rambut sebahu yang tidak tertata rapi sedang berjalan menaiki tangga. Ia berjalan dengan santai sehingga tidak menimbulkan suara langkah kakinya.
Pria itu menggunakan seragam sekolah yaitu kemeja lengan pendek berwarna putih dan celana jeans panjang berwarna hitam. Sepatu yang ia pakai banyak bekas jahitan karena sudah sobek.
"Hei lihatlah rambutnya sangat berantakan, pemalas sekali dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri."
"Sepatunya juga sudah berapa tahun itu tidak di ganti."
"Bukannya dia teman sekelasmu ya?"
Saat Ia berjalan di lorong menuju ke kelas, banyak perkataan dan bisikan yang tidak mengenakan kepada pria itu.
Namun Ia bersikap seolah tidak mendengar perkataan buruk dari orang lain terhadap dirinya dan dengan santainya Ia memasuki kelas lalu menuju ke meja barisan paling belakang yang berada di samping jendela.
Tatapan orang-orang di kelasnya sangat sinis ketika Pria tersebut memasuki kelas dan duduk dikursinya.
"Uwaahh ... Seperti biasa dia terlihat seperti seorang pemulung." Ejek seorang pria yang sedang berkumpul bersama teman-temannya di satu meja.
Sebagian orang ada yang mengalihkan pandangannya kearah lain, ada yang pura pura tidak mendengar ejekan Pria itu, dan ada juga yang tertawa dengan lantang.
Selang beberapa detik terdengar suara bel sebanyak empat kali menandakan jam pelajaran akan segera dimulai. Semua orang yang berada di kelas bergegas menuju tempat duduknya masing masing.
Tak lama datang seorang perempuan paruh baya. Berambut hitam panjang berpakaian jas rapih dengan rok pendek.
"Selamat pagi semuanya, sebelum di mulai akan ibu absen terlebih dahulu," Sapa perempuan itu kepada semua muridnya sambil meletakan buku absensi di atas meja.
"Aca!"
"Hadir Bu!"
"Accel!"
"Hadir!"
"Adrei!"
Pria berambut panjang yang tidak tertata rapi itu hanya mengacungkan tangannya.
"Aiko!"
"Hadir!"
"Aisha!"
Ketika nama itu di sebutkan tidak ada jawaban atau lambaian tangan. Saat perempuan itu melihat ke arah para siswa ternyata ada satu kursi kosong yang berada di depan tempat duduk pria berwajah datar itu.
"Kemana Aisha? apa dia sakit atau memang belum datang?" Tanya perempuan paruh baya itu.
"Tidak tahu bu, mungkin dia kesiangan," Jawab salah satu siswa yang berada di kelas.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh kilat, cuaca mulai gelap dan turun hujan yang deras.
"Haduh ... Masih pagi cuaca sudah tidak mendukung," celetuk salah satu siswa.
"Hei! semangat dong. Aisha mungkin tidak akan datang jadi ibu lanjut saja absennya."
Absen terus berlanjut sampai selesai semua siswa di panggil. Kemudian berlanjut ke mata pelajaran pertama yaitu sejarah.
Saat pelajaran di mulai Adrei terus melihat deras hujan dari balik jendela dengan penuh rasa penyesalan,kesal,sedih, dan amarah yang ada di hatinya.
Saat di tengah-tengah pelajaran tiba-tiba datang seorang gadis basah kuyup membuka pintu kelas dengan kuat.
"Maaf bu aku terlambat!" Teriak gadis itu dengan nafas terengah-engah.
"Ya ampun, Aisha kalau memang tidak membawa payung lebih baik neduh dari pada basah kuyup begini. Apa salah satu dari kalian ada yang membawa seragam olahraga?" Tegur Bu guru sambil menatap Aisha dengan nada tinggi lalu ia lanjut bertanya pada semua orang yang berada di kelas.
Tidak ada yang membawa seragam olahraga karena hari ini tidak ada pelajaran Penjas.
Adrei yang memiliki kebiasaan tersendiri, dia selalu menaruh seragam olahraganya di loker karena setiap selesai mencuci seragamnya dia pasti menaruh ke loker. Alasannya adalah karena dia tidak ingin repot-repot memenuhi tas yang dia bawa.
Saat Adrei memberanikan diri mengangkat tangannya untuk meminjamkan seragam olahraga. Beberapa orang langsung menatap tajam.
"Ehh ... Serius dia ingin meminjamkan nya? Kasihan sekali Aisha jika memakai seragam bekas gembel."
"Uwaahh pasti dia sengaja meminjamkan seragam setelah itu dia pasti tidak mencuci karena ingin mencium bekas aroma tubuh Aisha yang menempel dipakaiannya."
"Ihh menjijikan sekali."
Bisikan orang orang terdengar jelas oleh Adrei membuat ia ragu untuk meminjamkannya karena ia takut membuat Aisha di jauhi atau jadi bahan ejekan.
"Ahh tidak Bu, Aku minta ijin pergi ke toilet," Elak Adrei sambil berdiri dan pergi keluar kelas.
Adrei merasa sudah berhasil menyelamatkan Aisha karena dia tidak akan di jadikan bahan ejekan oleh teman-teman sekelasnya. Saat di dalam toilet ia berpikir agar mendapatkan pekerjaan sampingan yang lebih banyak menghasilkan uang.
Ia berpikir selama sepuluh menit, namun tidak menemukan yang cocok dan setelah itu dia bergegas kembali kedalam kelas.
Saat tiba di dalam kelas Adrei melihat Aisha sudah berganti pakaian menggunakan seragam olahraga. Adrei pun duduk di tempatnya dan lanjut mengikuti pelajaran sampai pelajaran terakhir.
Bel pulang berbunyi. Semua siswa langsung merapikan buku-bukunya untuk bergegas pulang meninggalkan kelas.
Hujan sudah berhenti sejak jam istirahat, namun masih banyak air yang tergenang di jalan. Adrei berjalan keluar gerbang sekolah dan bergegas pulang kerumah yang jaraknya lumayan jauh dari sekolah. Setiap hari ia berjalan sekitar 20 menit menuju kesekolah.
Rumahnya berada di pinggir sungai samping jembatan. Rumah kecil dan sempit hanya ada dua ruangan yaitu kamar tidur dan dapur. Kamar mandi pun bersebelahan dengan dapur. namun itulah satu satunya tempat tinggal yang ia miliki.
Adrei tinggal sendirian karena kedua orang tuanya sudah meninggal sejak lama. Meskipun begitu dia terus berjuang untuk hidup sampai sekarang dia berusia 17 tahun.
Namun baginya hidup itu tidak memiliki arti. Dunia yang di milikinya hanya berwarna abu-abu. Tidak ada kebahagiaan di hidupnya sejak ia di tinggal oleh kedua orang tuanya. Ia hidup tidak memiliki tujuan. Seperti daun yang jatuh dari pohon ke air sungai, terus mengalir mengikuti arus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Ketika Hujan
RomanceMenceritakan kisah seorang pria bernama Adrei yang berusia 17 tahun dan seorang gadis bernama Aisha, yang kini keduanya duduk di bangku kelas dua SMA. Adrei seorang pria pendiam dan memiliki penampilan yang berantakan. Tidak ada satu pun teman sekel...