㋛︎
Benar,
Kita memang tidak pernah meminta untuk dilahirkan.
Tapi, terkadang kalimat itu terdengar egois. Lantas kenapa tidak tanya Tuhan, kita juga tidak meminta untuk diciptakan?
Seperti orangtua yang menanam banyak ekspektasi pada anaknya, kita semua--sebagai anak-- samanya. Menanamkan ekspektasi tinggi pada orangtua, yang mungkin, tidak bisa mencintai dengan cara yang kita inginkan.
Lantas siapa yang salah? Tidak ada.
Entah orangtua atau anak, kita sama. Sama-sama manusia yang tengah menjalani kehidupan.
-R E C A K A-
.
.
.㋛︎
Gata tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Tungkai kakinya berhenti, diam cukup lama di depan halaman rumahnya. Membeku tak ada kekuatan untuk melanjutkan langkah lebih masuk ke dalam. Padahal lagi-lagi di luar mendung, awan hitam pekat itu berarak tepat di atasnya. Hendak menurunkan bulir bening itu lagi.
Angin berembus pelan. Membiarkan anak rambutnya berkibar. Gata menarik napasnya sekali lagi berharap rasa takut yang menyambar segera pergi. Apalagi saat mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari Mamahnya. Atas dasar apa Mamahnya menghubungi Gata padahal wanita itu tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya? Apakah para polisi itu sudah datang ke rumah?
Gata menelan saliva kasar, entah untuk keberapa kali. Suara seretan daun-daun kering terbawa angin pada badan bumi membuat nyalinya semakin menciut. Ia ingin pulang, tapi tidak pada rumah di hadapannya. Gata ingin pergi, ke tempat di mana ia bisa berlindung dari amukan sang Mamah. Ia gigit bibirnya frustrasi, gerimis mulai datang dan Gata tak kunjung bergerak barang sejengkal pun.
Sampai petir bersama kilatnya menyapa daya penglihatan laki-laki itu, menyadarkannya bahwa ia harus menegapkan bahu seperti biasa. Menghadapi segala ketakutan seperti sebelumnya. Gata hanya perlu melakukannya, sampai amukan sang Mamah berakhir. Dan sampai saat itu tiba, semuanya akan balik seperti biasa. Semuanya akan baik-baik saja.
Tungkai itu mulai bergerak pelan. Ia buka knop pintu rumahnya, netranya menelisik. Rumah besar itu masih sama, sepi, bahkan lebih bisa disebut sebagai ruang hampa yang tiap dinding sudutnya hanya tersimpan dingin. Gata menuntun dirinya semakin dalam masuk pada bangunan yang selama ini ia anggap rumah.
Sampai akhirnya hening itu kembali hilang.
PRAKK!
Suara benda terjatuh mengejutkan Gata. Laki-laki itu berhenti sebelum menaiki tangga. Ia memutar tubuhnya dan mendapati Sandra tengah bersidekap menatapnya nyalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECAKA
Mystery / ThrillerTentang kematian beruntun dari jajaran murid berprestasi SMA Swasta Anindita. Pembunuhnya ada di antara mereka. Ini bukan kisah manis. Hanya setapak kisah singkat dari mereka yang ingin hidup dengan cara sesederhana mungkin. Tentang Dafi dan ketakut...