Jam 5 pagi setelah Advaya selesai melaksanakan sholat subuh, Ia memasuki kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Matanya tidak begitu mengantuk tapi Advaya bingung apa yang harus dilakukannya di hari libur seperti ini selain diam di rumah menjaga adiknya, Atharrizki.
"Advaya, kamu sudah sholat 'kan?" tanya Bunda masuk ke kamar Advaya yang pintunya memang sengaja tidak ditutup.
"Sudah, Bund. Kenapa?" jawabnya.
"Jangan tidur lagi. Bantuin Bunda aja tungguin penjual tempe keliling ya di luar. Nanti kalau sudah lewat beli 3 aja sepuluh ribu," kata Bunda.
"Oke, Bund." Advaya bangkit dan keluar dari rumahnya setelah menerima uang dari Bundanya.
Sesuai yang diperintahkan oleh Bundanya, Advaya duduk di pekarangan rumah dengan memainkan ponselnya seraya menunggu penjual tempe keliling. Jam segini, tidak banyak orang akitf memainkan sosial media, maka dari itu Advaya memilih untuk menonton beberapa video lucu di sebuah aplikasi.
Tak lama kemudian setelah itu, penjual tempe keliling sudah datang dan Advaya membelinya lalu kembali ke rumahnya untuk menunggu waktu pagi dan beraktivitas di hari libur.
Setelah Advaya sampai rumah, Ia melihat dan mendengar Adiknya yang menangis dan Bundanya yang sibuk mengentikan tangisannya seraya memasak untuk sarapan keluarga.
"Ini Bund tempenya, sini Rizki biar Advaya yang gendong." Advaya mengambil Adiknya dari gendongan Bundanya dan membawanya ke kamar.
Setelah tangisan Rizki berhenti, Advaya menidurkannya di atas kasur dan Ia juga ikut berbaring di sampingnya. Menatap langit-langit lalu mengambil ponselnya. Advaya membuka aplikasi instagram dan melihat kabar beranda pagi hari.
Melihat banyak foto dari orang-orang yang dikenalnya, terlihat keren dan menarik enak dilihat, bisa bergaya dan pandai memilih outfit, bahkan sempat melihat beberapa komentar yang mengatakannya ganteng, tampan dan lain sebagainya berbagai pujian.
Advaya bangkit, berdiri di hadapan cermin besar melihat dirinya yang begitu tinggi dan tidak menarik. Jelek dan berpenampilan orang rumahan. Siapa coba yang mau dengan manusia spesies seperti Advaya?
Advaya ternyum melihat pantulan dirinya di hadapan cermin. "Pantesan gak ada yang mau sama gue. Bahkan, berteman pun tidak ada yang mau," ucap Advaya.
Advaya melangkah menuju lemari dan membukanya melihat baju yang dipunyainya. Tidak ada yang menarik menurutnya, terlihat sama saja tidak ada kesan apapun. Tapi Advaya mencoba memilih baju yang menurutnya sedikit memiliki kesan menarik.
Sebenernya Advaya ingin perawatan juga, tetapi Advaya tidak tahu-menahu jenis-jenis skincare dan apa kegunaannya. Sebenarnya juga, Advaya sudah terlihat cukup menarik, tidak memiliki kecacatan apapun alias bisa dikatakan ganteng. Hanya saja, saya merasa insecure ketika melihat beberapa postingan foto dari orang-orang yang dikenalnya yang terlihat menarik hasil editan.
Lagipula, Advaya tahu harga skincare tidak seperti harga kerupuk. Mana mungkin Advaya memiliki uang untuk membeli skincare. Jika saja ada hujan uang, mungkin Advaya akan membawa baskom berukuran besar untuk menampung uang yang jatuh dari langit.
Advaya kembali menghampiri si Kecil, duduk disampingnya dan mengelus kepalanya menyalurkan rasa kasih sayang sebagai seorang kakak. Kemudian membuka aplikasi belanja online dan mengetikkan jenis-jenis skincare.
Toner, booster, ampoule, cream, serum, facial wash, face oil, sleeping mask. Advaya tidak mengerti dengan itu semua yang muncul dihasil pencariannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Screen
Teen FictionAdvaya Nayaka Atharrazka, seorang remaja berusia 17 tahun, yang merasa canggung di dunia nyata dan lebih nyaman terhubung melalui layar ponselnya. Kesehariannya dipenuhi dengan rasa kesepian dan keterasingan di lingkungan sekolah, hingga suatu hari...