SMA Serang Victory High sudah menunjukkan waktunya pulang. Advaya kini berada di sekre untuk mengikuti kegiatan rapat hari ini. Selaku ketua pelaksana dalam kegiatan nanti, Advaya menjadi lebih aktif dalam diskusi forum ini, memberikan beberapa ungkapan dan saran untuk berjalannya kegiatan nanti.
"Dan untuk sekertaris segera selesaikan proposal permohonannya biar langsung gue kasih ke guru, biar cepet cair nanti anak logistik tinggal beli keperluan buat kegiatan nanti," ujar Advaya.
"Tinggal sepuluh hari lagi kan acara kita mulai, gue minta kerjasamanya sama kalian, jangan ada yang egois nanti, jangan ada yang ambil keputusan sepihak," ujarnya lagi.
Sebenarnya Advaya memiliki jiwa kepemimpinan, akan tetapi hal itu tertutup oleh rasa introvert nya. Sehingga ia selalu merasa tidak percaya diri saat ingin mengungkapkan sesuatu.
"Advaya kalau gue boleh ngasih masukan, gimana nanti untuk outbound kita adakan di malam hari?" Alfareza yang merupakan salah satu dari panitia dalam kegiatan nanti, memberikan saran yang ditolak langsung oleh Advaya. Karena menurut Advaya kegiatan outbound di malam hari itu sangat berbahaya, ia tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
"Thanks masukannya, Al. Tapi gue pribadi gak setuju, kalau outbound diadakan di malam hari, nanti siang harinya bakalan kosong," jawab Advaya menolaknya. Alfareza hanya menganggukkan kepala saja, sama seperti Alfareza teman-teman yang lain juga menganggukkan kepala seolah berkata 'iya juga,' karena pasalnya tidak ada yang berpikiran seperti Advaya.
"Malam kita kan bakalan ngadain jurit malam, itu juga udah cukup kok. Kalau outbound malam, nanti waktu istirahat para peserta bakalan terganggu," ujarnya lagi Advaya.
"Oke, Ad. Gue paham," jawab Alfareza.
Forum diskusi sudah berlangsung sekitar 1 jam, kini waktu sudah menunjukkan pukul 17.45, anak organisasi memang sering disebut penghuni sekolah, mereka cenderung lebih memilih untuk berlama-lama di sekolah daripada segera pulang ke rumah.
Athar Rizky, dia pernah menginap di sekre karena keusilan temen-temen yang lain, kala itu ia tertidur saat selesai latihan pramuka, dan ide jahil Alister muncul, meminta yang lain agar tidak membangunkannya dan segera meninggalkan Athar Rizky sendiri yang tengah bermain di alam mimpinya.
Athar Rizky sempat terbangun di malam hari, melihat sekitar hanya ada beberapa lampu saja yang menyala membuatnya mengurungkan niat untuk pergi, dan memilih bermalam di sekre sendirian dengan rasa takut.
Selang beberapa menit sebelum azan maghrib berkumandang, forum diskusi telah ditutup dan masing-masing kembali ke rumahnya. Advaya yang hari ini kebetulan tidak membawa kendaraan, menunggu ojek online yang telah dipesan dari 5 menit yang lalu. Hanya tersisa Advaya di sekolah ini, mungkin bersama penjaga sekolah tapi entahlah Advaya tidak melihat keberadaannya.
Teman-teman yang sudah pulang meninggalkannya, sebelumnya mengajak Advaya untuk pulang bareng saja, namun Advaya menolaknya dan memilih memesan ojek online.
@advaya.nkzk_ 'Lama banget driver aku :('
Advaya mengirimkan awal percakapan kepada Nayaka sejak siang tadi ia tidak menghubunginya, dan Nayaka pun sama tak menghubungi Advaya.
Tak menunggu lama, icon titik hijau pada direct message Nayaka muncul yang menandakan bahwa pemilik akun sedang aktif.
@nayamhrniptri_ 'Emang mau ke mana jam segini?'
@advaya.nkzk_ 'Baru pulang sekolah, habis rapat.'
@nayamhrniptri_ 'Oh anak organisasi rupanya. Betah banget di sekolah wkwk.'
@advaya.nkzk_ 'Aslinya gak betah, tapi mau gimana lagi.'
Mengobrol dengan Nayaka melalui ponsel, membuat waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa driver Advaya telah datang untuk menjemputnya. Advaya mematikan ponselnya dan segera naik ke boncengan untuk segera pulang.
Rasanya ia ingin langsung berenang saat sudah sampai di rumah, tapi ia teringat bahwa di rumah tidak ada kolam renangnya dan mandi pun menggunakan gayung.
***
Indurasmi memencarkan cahayanya untuk menerangi gelapnya malam, Advaya sedang duduk di kursi belajarnya dengan jari-jemarinya yang menari menuliskan sebuah kata untuk mengerjakan tugas bahasa Inggris.
Tidak sendirian, namun Advaya ditemani oleh sang kekasih dari kejauhan melalui ponselnya. Sembari fokus mengerjakan tugas, Advaya juga mengobrol dengan Nayaka melalui video call di Instagram.
Terlihat Nayaka di layar ponsel Advaya, sedang tersenyum melihat Advaya yang begitu fokus dengan apa yang dikerjakannya.
"Lucu banget deh mukanya, pengen nyubit, hahaha," kata Nayaka, yang berhasil mengalihkan atensi Advaya untuk melihat layar ponsel.
"Cubit aja kalau bisa," balasnya. Kemudian fokus kembali untuk mengerjakan tugas.
Ini adalah momen pertama kali Advaya ditemani oleh seseorang saat mengerjakan tugas, ya meskipun tidak secara langsung. Biasanya hanya ada kesepian dan kesunyian yang menemaninya di kursi belajar ini, namun sekarang ada canda dan tawa yang terukir.
Advaya merasa beruntung ada seseorang yang menerimanya, karena selama ini ia selalu merasa tidak percaya diri saat mendekati seorang wanita. Di sekolah sebenarnya Advaya memiliki crush, akan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan perasaannya itu karena ketakutan yang ia miliki. Dan Advaya lebih memilih untuk menjadi temannya saja daripada harus asing pada akhirnya.
"Vaya, Bunda mau bantu-bantu di rumah teh Yaya, kamu lagi ngapain?" Suara bunda Advaya terdengar dari balik pintu kamarnya, Advaya dengan segera mengecilkan volume ponselnya karena tidak mau hubungannya ini ada yang mengetahuinya.
"Lagi ngerjain tugas, Bund. Tapi udah selesai kok," jawab Advaya yang kemudian beranjak untuk membuka pintu.
"Sini Bund, biar Rizki sama Vaya aja kalau Bunda mau ke rumah teh Yaya." Melihat Rizki adiknya itu berada di gendongan bundanya, Advaya berinisiatif untuk mengambil alihnya karena ia kasihan jika harus ditelantarkan nanti di sana. Advaya mengetahui bahwa bundanya akan sibuk.
"Kalau nangis bawa ke sana aja ya, gak lama juga kok Bunda di sana." Bunda Advaya memberikan Rizki kepada Advaya.
Bunda Advaya sebagai tetangga yang harus saling tolong-menolong, ia akan bantu-bantu di rumah tetangganya, teh Yaya, yang akan mengadakan syukuran untuk khitan anaknya.
Setelah bundanya pergi, Advaya kembali menutup pintu, dan kembali untuk duduk di kursi belajar dan mengobrol dengan Nayaka, namun kali ini ada keberadaan Rizki di gendongan Advaya. Nayaka baru mengetahui hal itu bahwa ternyata Advaya memiliki adik perempuan yang lucu dan cantik.
"Itu adik kamu? Ih lucu banget gemes deh," ucap Nayaka saat melihat Advaya kembali dengan menggendong seorang anak kecil.
"Bukan, ini anak aku. Sebenarnya aku udah punya anak," jawab Advaya mengada-ngada.
Obrolan antara Advaya dan Nayaka berlangsung begitu lama hingga larut malam, keduanya saling berbagi cerita, canda dan tawa. Saling melepaskan beban yang ada di pundaknya masing-masing. Hingga Rizki sampai tertidur di kasur Advaya sendirian di sana. Sebenarnya Advaya merasa takut untuk meletakkan adiknya itu di kasurnya, karena ia mengetahui bahwa Rizki sedang tidak mengenakan popok bayi.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Screen
Novela JuvenilAdvaya Nayaka Atharrazka, seorang remaja berusia 17 tahun, yang merasa canggung di dunia nyata dan lebih nyaman terhubung melalui layar ponselnya. Kesehariannya dipenuhi dengan rasa kesepian dan keterasingan di lingkungan sekolah, hingga suatu hari...