5. Menunggu Kepastian

15 3 0
                                    

       "Nanti jangan lupa kasih Rizki makan." Bunda Advaya kembali bekerja setelah 1 jam dari jam 12 siang pulang sejenak.

       "Iya, Bund," jawab Advaya seraya menggendong si Kecil. Advaya terlihat seperti bujang beranak satu ketika sedang mengasuh Rizki.

       "Jangan nangis ya bentar Kakak ke kamar dulu ambil hape." Advaya meninggalkan si Kecil di ruang tengah dengan permainannya.

       Setelah itu Ia kembali dengan sebuah ponsel di genggamannya. Advaya duduk di sofa mengabaikan adiknya yang kini tengah asik bermain sendiri.

       "Gak ada balasan," gumam Advaya ketika tidak ada notifikasi pesan dari orang yang diharapkannya.

       "Padahal aktif empat menit yang lalu," tambahnya. Kemudian Ia memutuskan untuk melihat-lihat status orang yang diikutinya.

       "Orang-orang ganteng gini gimana caranya sih," ucap Advaya ketika Ia melihat postingan cowok ganteng nan hits di berandanya.

       "Aduh Ikky jangan ke luar hey. Sini aja sama Kakak di dalam mainnya." Advaya tidak menyadari ternyata adiknya itu hendak keluar. Ia pun tadi lupa menutup pintu.

       "Mau ke mana, hm?" Advaya menggendongnya.

       Tidak ada jawaban dari si Kecil karena memang Rizki belum bisa berbicara. Advaya mengambil ponselnya lalu membawa Rizki keluar.

oOo

       "Makanya jangan main hape terus! Kebanyakan main hape sih disuruh tidur juga susah!" sarkas sang Bunda.

       "Iya, Bund. Naya bakalan kurangi deh main hape-nya. Udah ya kepala Naya pusing banget ini Naya ke kamar dulu." Setelah mengeluarkan kata-kata untuk menghentikan Bundanya Nayaka berlenggang masuk kamar.

       "Obatnya nanti diminum. Bunda mau ke kantor ayah kamu dulu mau anterin makan siang. Gara-gara kamu ini Bunda jadi telat, kasihan ayah kamu belum makan." Wanita paruh baya itu rupanya belum cukup untuk mengomeli anaknya setelah mengetahui sebabnya karena sakit.

       "Iya, Bund. Naya bakalan minum kok obatnya. Bunda kalau mau nganterin makanan buat ayah sana gih." Telinga Nayaka sudah panas mendengar celotehan bundanya itu dan kepalanya yang pusing malah tambah pusing.

       Setelah bundanya keluar, Nayaka pergi ke kamarnya. Dan sembunyi-sembunyi ia mengambil ponsel dan memainkannya.

       Melihat pesan yang dikirimkan Advaya namun belum sempat Nayaka membalasnya, Nayaka meletakkan jarinya di dagu. Berpikir positif tentang Advaya

       'Kayaknya si Advaya cowok baik sih. Udah kelihatan dari statusnya. Tapi apa beneran dia nembak gue? Omaigat cewek kayak gue ada yang suka juga ternyata,' gumam Nayaka senang.

       "Tapi masalahnya kita virtual, gimana ya? Kalau si Advaya tiba-tiba ngilang gak online terus gue gabut gimana?" ucap Nayaka memandangi foto profil Advaya.

@nayamhrniptri_ 'Hm, gimana ya.'

       Nayaka bingung akan menerima Advaya sebagai cinta virtualnya. Ia memang sedikit ada rasa kepada Advaya sosok fiksi yang entah di mana keberadaannya. Tapi Advaya selalu membuatnya tertawa sepanjang hari meskipun itu dilakukan via chatt.

@advaya.nkzk_ 'Apa yang gimana? Ya itu kan tentang perasaan kamu hehe. Emang kamu gak ada perasaan gitu sama aku?'

       Setelah menerima balasan dari Advaya. Nayaka segera membuka ponselnya dan melihat isi pesannya. Hari Nayaka ingin sekali mengatakan iya. Tapi raganya menolak dan mengatakan jika Advaya itu lelaki fiksi.

Behind the ScreenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang