Hari ke-4
Antrian panjang para siswa yang mengantri untuk sarapan pagi memenuhi kantin di penginapan itu. Koji tersenyum bangga saat ia bisa makan dengan tenang tanpa harus mengantri panjang seperti itu.
"Apa kataku? Untung saja kita datang lebih awal." Ucap Koji sambil menyendokkan bubur ayam ke dalam mulutnya.
Menghiraukan ucapan Koji, Haru bertanya-tanya di dalam pikirannya. Dimana Sakura berada? Sedaritadi ia mengawasi pintu masuk kantin, berharap menemukan gadis itu. Sampai ia menghabiskan buburnya pun Sakura belum datang.
"Meiko!" Panggil Haru ketika melihat Meiko yang memasuki area kantin.
Haru menghampiri Meiko untuk menanyakan sesuatu. "Kau tidak bersama Sakura?"
"Sakura menolak untuk sarapan bersama. Katanya ia ingin melihat ikan koi di pekarangan pengin—"
"Terima kasih!" Potong Haru yang langsung berlari pergi.
Meiko tertawa kecil, "Dasar budak cinta."
Larinya terhenti saat melihat punggung kecil Sakura yang tengah duduk di depan kolam ikan. Perlahan ia mendekati Sakura diam-diam, lalu mengelus kepalanya pelan.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya yang membuat badan Sakura tersentak kaget. "Maaf, aku mengagetkanmu."
Sakura tersenyum lega saat melihat wajah Haru, "Bagaimana kau bisa tahu aku disini?"
"Meiko memberitahuku. Kau belum menjawab pertanyaanku, apa kau baik-baik saja? Kenapa kau tidak datang ke kantin untuk sarapan?"
"Ah itu. Aku hanya sedang tidak ingin sarapan. Dan juga kolam ikan ini menarik perhatianku." Jawab Sakura.
Haru menghela nafasnya berat, "Kau ini ada-ada saja. Nih." Haru memberikan sebungkus permen rasa buah pada Sakura.
"Permen?" Bingung Sakura.
"Permen ini mengeyangkan, tahu. Ibuku selalu memberikanku ini setiap ia tidak sempat membuatkanku sarapan. Untung saja aku bawa." Lega Haru.
"Haru ini bisa melihat masa depan, ya?" Tebak Sakura bercanda.
"Eh?"
"Kemarin sudah siap bawa plester, sekarang permen. Seperti tahu apa yang akan terjadi." Lanjut Sakura.
Haru berdeham sebelum berbicara, "Benar. Aku ini cenayang. Selama ada aku kau akan baik-baik saja." Pede Haru.
Sakura tertawa lepas. Di detik itu mata Haru enggan berkedip. Seolah bisa merekam senyuman dan suara tawa yang indah itu ia terdiam tanpa suara. Memfokuskan semua indranya pada gadis yang berada di hadapannya.
Keajaiban dunia ke-10 benar ada. Ucapan Sakura malam itu membuktikannya. Masih tidak percaya kalau gadis cantik yang tengah tertawa itu memiliki perasaan yang sama dengannya.
Di saat yang sama suara kecil di lubuk Sakura berkata, 'Benar. Selama ada dia, aku akan baik-baik saja.'
"Sakura, kecantikanmu bertambah berkali-kali lipat ya di pagi hari seperti ini." Ucap Haru begitu saja.
"Seperti biasa, Haru ini pandai berkata manis ya."
"Tapi aku serius!"
"Iya, iya. Terima kasih. Permennya enak sekali!"
"Ya kan? Aku akan membawakannya untukmu lagi setelah ini."
"Haru masih punya lagi?"
"Banyak. Jadi makanlah sampai kenyang."
"Di mengerti."
(🌸_🌸)
Sawah yang nampak terbentang luas sama seperti langit biru cerah hari ini. Berdampingan dengan kebun apel yang siap untuk di panen. Matahari yang bersinar penuh tanpa di tutup satupun awan sedikit mengurangi hawa dingin dataran tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bunga Sakura
Teen FictionKisah ini bermula saat salju yang mulai meleleh karena teriknya matahari menyambut para tumbuhan yang mulai menunjukkan ragam warnanya. Musim semi-nya datang tatkala netra hitam lekat itu memandang lurus kearahnya. Memberikan semacam aliran kejut y...