11. Laki-laki yang cantik

13 16 0
                                    

Hari ke-8

Setelah kejadian semalam, ayah Sakura semakin ketat mengawasi anak gadisnya. Hari ini ia datang ke sekolah untuk berbicara dengan guru pengawa OSIS dan wali kelas Sakura.

Meiko yang tahu akan hal itu langsung memberitahu Haru dengan heboh. Haru sedikit tersentak saat Meiko yang datang tiba-tiba memukul mejanya kencang.

"HARU AYAH SAKURA DATANG KE SEKOLAH! APA KAU BERBUAT SESUATU PADA SAKURA?!" Teriak Meiko yang melayangkan pertanyaan ambigu. Mengundang perhatian teman sekelas mereka.

Kini semua perhatian berpusat pada Haru.

Haru menggelengkan kepalanya berkali-kali tidak mengerti. "APA MAKSUDMU BERBUAT SESUATU PADA SAKURA? AKU TIDAK MELAKUKAN APA-APA."

Koji datang menghampiri untuk meramaikan drama yang tengah berlangsung. "Lalu kenapa kau terlihat panik? Lihat, kau berkeringat." Koji menunjuk jidat Haru yang memang berkeringat.

"A-APA? AKU HANYA KAGET KARENA MEIKO YANG TIBA-TIBA BERTANYA."

"Kau terbata-bata. Mencurigakan." Koji benar-benar memperkeruh suasana.

Teman sekelas mereka mulai berbisik dan melempar tatapan sinis dan jijik pada Haru. Meiko yang melihat ayah Sakura yang berjalan melewati kelas, ia langsung berlari menuju ayah Sakura, diikuti oleh Haru dan Koji.

Ayah Sakura mengantar Sakura ke depan kelas. Pupilnya sedikit melebar saat melihat tanda pengenal seorang anak laki-laki bertuliskan 'Haru Yoichi' kini tengah menatapnya ragu-ragu.

"Hallo om, apa kabar?" Sapa Meiko.

"Oh, Meiko ternyata. Sudah lama tidak bertemu. Om baik-baik saja." Jawab Ayah Sakura sambil tersenyum tipis.

Kini tatapannya beralih pada Haru. Haru terperangah, ia menundukkan kepalanya tanda hormat, ayah Sakura mengedipkan matanya sebagai balasan.

"Kalau begitu, ayah pergi dulu." Pamit Ayah Sakura yang langsung pergi.

Meiko yang masih tidak mengerti situasi langsung memegangi tangan Sakura, "Sakura ada apa? Kenapa ayahmu datang ke sekolah? Apa sesuatu terjadi?"

"Tidak ada apa-apa, kau tidak perlu khawatir." Jawab Sakura.

Haru berdecik lalu menatap Meiko horor, "Kau dan tuduhanmu yang tidak masuk akal itu. Bisa-bisanya kau menuduhku begitu saja? Meh." Kesal Haru.

Meiko menggaruk tenguknya sambil terkekeh, "Maaf Haru. Habis Ayah Sakura tidak pernah datang ke sekolah seperti ini, jadi aku kira sesuatu yang buruk terjadi. Aku benar-benar minta maaf." Meiko menyatukan kedua tangannya tanda minta maaf.

"Iya, iya." Acuh Haru.

Haru melihat Sakura yang tampak pucat. Walaupun gadis itu mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, raut wajah gadis itu justru mengatakan jika sesuatu tengah terjadi. Sesuatu yang gadis itu tidak katakan.

Setelah bel istirahat berbunyi, Haru mengajak Sakura untuk makan di atap sekolah. Cuaca yang cerah hari ini sangat cocok untuk makan di bawah langit biru.

"Sakura, apa terjadi sesuatu?" Tanya Haru langsung keintinya.

Alis Sakura terangkat, "Iya? Ah karena ayahku tadi datang ke sekolah? Itu bukan apa-apa." Gadis itu menggenggam tangan kirinya gugup.

"Kau berbohong. Katakan yang sejujurnya."

"Aku berkata jujur."

"Dan kenapa kau terus meremas tangan kirimu seperti kau menyembunyikan sesuatu?"

Sakura tertegun. Apa kebohongannya terlihat sangat jelas? Ia memang pembohong yang payah. Tidak. Itu karena Haru yang terlampau peka. Jika begini, mau tidak mau ia harus jujur bukan?

Gadis Bunga SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang