002 - Pangeran Es

3 0 0
                                    


   Langkah Shella terpaksa berhenti untuk yang ketiga kalinya sejak ia keluar dari pintu besar kelas 11 IPS 2 beberapa waktu lalu.

Menatap ketiga gadis yang berdiri malu-malu di hadapannya, Shella sedikit memiringkan kepala, meminta penjelasan tiga gadis itu meski tanpa mendengarnya pun ia sepertinya sudah tahu maksud dan tujuan mereka.

"Kak– Kak Shella... boleh titip ini buat Kak Debara, nggak?"

Gadis yang berdiri diapit kedua temannya itu memejam rapat, menyodorkan sebungkus coklat yang ditempeli post it kuning penuh tulisan rapih ke arahnya takut-takut.

Tanpa kata ia membuka kantung yang sedari tadi ditentengnya.

Kemudian dengan cepat gadis itu memasukkan coklat tadi dan mengucap terima kasih padanya sebelum berlari pergi tersenyum sumringan, meninggalkan Shella yang masih menatap punggung mereka sembari menghela napas pelan.

Diliriknya tumpukan hadiah dalam kantung yang ia genggam erat sedari tadi dengan pandangan lelah.

Berat...

Ia menghela napas pelan sebelum berbalik melanjutkan langkahnya sembari memasang earphone putih pada kedua telinganya, menolak untuk diganggu lebih lagi.

Seminggu yang lalu, pada hari Senin di tengah ramainya kantin istirahat makan siang, jumlah anggota kelompok pertemanan mereka secara resmi bertambah.

Layaknya pekerja sosial yang senang menyelamatkan hewan-hewan terlantar di pinggir jalan, Arka memungut anak kucing rupawan dan membawanya bermain bersama teman-temannya.

Lalu sosok rupawan itu dengan cepat mengundang banyak perhatian warga sekolah ke arah mereka.

'Sumpah-sumpah, anak baru MIPA 3 super ganteng deh!! Sayang sifatnya dingin banget kayak nggak bisa digapai..'

'Waaahhhh kebanggaan Eighter1 nambah lagi yaa!!'

'Anak pindahan di kelas 11 itu kayak Ice Prince ya, dingin banget. Tapi dia... kelihatan deket sama Shella, deh?'

'Itu Debara dekat sama Shella? Shella...Arcane Shella anak IPS 2?'

'Itu Shella yang cantik banget, temennya Arka kan? Kok dia bisa ngobrol santai sama Bara ya?'

Rangkulan Arka di pundak Debara yang terjadi secara terus-menerus dan obrolan tanpa henti yang dilontarkan Akash dan Sheryl pada murid pindahan itu tampaknya tidak memiliki arti sama sekali jika dibandingkan dengan sapaan tanpa ekspresi antara 'Pangeran Es' mereka dengan si tenang Shella.

Shella tidak sedang bersikap sinis terhadap orang-orang yang menggunjingnya, hanya saja...dia merasa perkataan mereka dari hari ke hari semakin melelahkan dan tidak masuk akal.

Dimulai dengan kalimat, "Debara kayaknya dekat sama Arcane Shella ya?"

Lalu berevolusi menjadi, "mereka jelas punya hubungan lebih, kan?"

Diawali oleh sebuah titipan salam.

Tak lama menjadi tumpukan surat dan puluhan bungkus makanan.

Shella mendudukkan diri tenang setelah meletakkan kantung tadi ke atas meja tempat teman-temannya duduk bersisian.

Dengan girang Albar berdiri, membuka kantung itu sambil berseru riang, "lo tadi lama karena jajanin kita ini? Wuahh, harusnya lo ngajak gue, ini keliatan lumayan berat..."

Akash yang ikut berdiri santai juga bergerak mengambil salah satu kertas surat yang terjebak di bawah bungkus permen beruang kesukaan Shella.

Mengernyit kecil, ia lalu menoleh ke arah gadis itu sebelum menyerahkan surat di tangannya pada Debara yang tertunduk fokus pada permainan kuis di layar ponselnya.

Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang