Disclamer : Masashi Kishimoto
.
.
Story au by : Aizuhime
.
.
15+
.
.
Mulmed : The Sound of Rain - BigRicePiano (aku rekomen denger ini pas lagi baca).
.
.
NHL🍁🍁🍁🍁
Menurutmu, bagaimana suara hujan itu?
Kalau menurut Hinata, suara hujan itu tak ada bedanya dengan sirine ambulan. Mencekam dan membuat hati berdesir ngilu.
Hujan, mungkin banyak orang yang menyukai kesan sejuk dan menenangkan yang selalu hujan tawarkan tiap ia menyapa dunia. Suara gemericik air, aroma segar pretikor, juga warna kelabu yang menenangkan mata, nyatanya semua unsur indah itu justru mengantarkan Hinata menuju gerbang trauma yang ia kunci rapat dalam hatinya. Kenangan hari penuh tragedi itu kembali terulang, terus mencuat mengahdirkan beragam emosi menyakitkan seperti kotak pandora yang dipaksa terbuka. Hinata selalu tenggelam dalam diamnya, serasa bagai disedot pusaran air, semakin dalam menuju dasar bumi. Kerap kali Hinata memilih bersembunyi, menghindari hujan dengan mengurung diri di tempat sepi. Memeluk tubuh ringkih nya erat, sembari menutup telinga rapat-rapat.
Hujan tadinya menjadi teman yang paling menyenangkan karena sang ayah akan mengajaknya bermain air seharian, lalu ayah akan tertawa senang melihat putri kecilnya yang menari-nari girang seperti peri air.
Tapi semua tak lagi sama, setelah hujan merenggut ibunya, kebahagiannya, senyumannya, dan Hinata benci itu.
.
.
.
.
Usianya baru genap tujuh tahun kala ia menangis dihadapan sang ibu menanyakan apa arti 'anak haram' yang biasa orang-orang sematkan dibelakang namanya? Dan yang ia dapatkan adalah peluk penuh tangis sang ibu, diiringi rentetan kata maaf tiada henti, sampai membuat hati Hinata berdesir antara takut, sedih dan kebingungan.
Hinata si anak haram. Karena tidak pernah mendapat penjelasan dari sang ibu, ia berakhir menebak-nebak bahwa semua orang mengejeknya demikian karena sang ayah yang jarang pulang ke rumah, sebab acap kali mereka mengimbuhi nya dengan kalimat pedas yang menyebutkan bahwa Hinata terlahir tanpa seorang ayah, dan ibunya adalah wanita rendahan yang melahirkan tanpa suami. Tentu ia tidak terima, dia punya ayah Hiashi yang sangat mencintainya.
Ayah Hiashi memang kerap sibuk dengan pekerjaannya di kota, tapi tak pernah lupa menjenguk Hinata ketika akhir pekan tiba. Membelikannya mainan-mainan lucu, kemudian mengajaknya bermain seharian di taman bersama Winter- anak anjing berbulu seputih salju kesayangan Hinata, hadiah terindah dari ayah Hiashi. Hinata sangat mencintai ayah, melebihi superhero di film-film yang ia kagumi. Kehadiran ayah di rumah selalu membawa keceriaan. Saat ada ayah, ibu Hikari tidak pernah menangis diam-diam di kamar mandi sembari menyalakan kran air keras-keras. Ibu sering tersenyum cantik dan Hinata sangat menyukainya.
Tetapi seiring dengan bergantinya musim, ayah mulai jarang hadir diantara mereka. Ibu selalu meminta Hinata bersabar, memaklumi kesibukan ayah yang sedang mencari uang supaya bisa membelikan Hinata banyak mainan serta makanan enak. Akhir pekannya tak lagi sama sejak itu. Tidak ada hari-hari menyenangkan bersama ayah dan Winter, yang ada hanya mata sembab ibu, juga ejekan 'anak haram' yang makin menggila. Demi ibu Hinata selalu bersabar, ia menjadi putri penurut supaya ibu tidak bersedih. Tapi bohong kalau Hinata bilang dia tidak butuh ayah, kenyataannya dia rindu berat pada ayah, hingga tanpa sadar terus menyebut nama ayah Hiashi dalam tidurnya. Dan puncaknya, dihari ulang tahunnya yang ke delapan, tanpa sengaja Hinata meminta hadiah yang akan sangat ia sesali seumur hidup. Permintaan pada sang ibu, untuk membawa ayah pulang bagaimana pun caranya. Diiringi tangisan dan kata-kata menyakitkan yang mengikis kepingan hati ibu. 'Ibu saja tidak cukup, Hinata tidak mau hidup tanpa ayah'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox & Cyborg
FanfictionDalam keluarga Uzumaki, terdapat kutukan aneh yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap hujan turun, anggota keluarga Uzumaki yang berusia 17 tahun akan berubah menjadi anak rubah selama beberapa jam. Kutukan itu harusnya menghilang begitu m...