Disclamer : Masashi Kishimoto
.
.
Story au by : Aizuhime
.
.
15+
.
.
Mulmed : Serenade - Uru
.
.
NHL🍁🍁🍁🍁
Obsidian itu menatap dengan gejolak emosi yang sulit dipahami, bahkan oleh si pemilik netra sendiri. Memperhatikan Naruto yang memeluk Hinata di ruang UKS dengan begitu posesif. Sai senang bila keberadaan gadis itu memang bisa mendatangkan petunjuk perihal kutukan Naruto. Tapi khawatir, bila keduanya melibatkan terlalu banyak emosi dalam prosesnya. Sai sangat tahu rasanya berharap tinggi lalu dihancurkan oleh kenyataan. Bagaimana jika suatu saat Hinata jatuh hati, pada Naruto yang masih menyukai Sakura? Naruto memang tak pernah terbuka mengenai perasaannya, Sai pun tidak tahu pasti soal hati pemuda itu, tapi diamnya Naruto justru membuatnya berspekulasi.
'Kenapa aku mesti peduli? Bukan urusan ku.'
Berulang kali kalimat itu melintasi benak Sai. Naruto adalah sahabatnya dari kecil, saudaranya, penyelamatnya, sebuah keharusan bagi Sai untuk lebih memikirkan soal kebaikan Naruto diatas segalanya. Sedang Hinata bukan siapa-siapa. Mestinya Sai abai soal Hinata asal mereka bisa mendapatkan titik terang mengenai kutukan Naruto. Toh selama ini, Sai sangat apatis pada hal-hal diluar tanggung jawabnya menjaga Uzumaki Naruto, berkat sang ayah selalu mendoktrinnya untuk mengutamakan keselamatan Naruto diatas segalanya.
Sai tak punya dunianya sendiri, karena waktunya selalu berputar mengikuti Naruto. Satu-satunya kebebasan yang Sai punya hanyalah ketika ia menjadi petugas perpustakaan, dimana ia bisa menghabiskan waktu bersama buku-buku kesukaannya. Di sana, Sai kerap kali sadar betapa kosong hidupnya. Semua yang ia miliki berasal dari Naruto, keluarga angkat, bahkan teman. Semua temannya adalah teman yang ia kenal dari Naruto, dan tanpa ada Naruto disekitarnya teman-teman itupun ikut hilang. Sampai Hinata datang, mereka menghabiskan sepi bersama tanpa saling mengusik. Sai mulai menaruh perhatian pada gadis itu semenjak Hinata secara diam-diam membantunya menata buku yang diacak-acak oleh siswa tak bertanggung jawab. Sai akui, meski tanpa adanya obrolan serius, keberadaan Hinata sedikit menghilangkan rasa sepi dihatinya. Sayang Sai terlalu skeptis untuk memulai suatu hubungan, banyak hal yang ia takutkan, apalagi ketika rumor buruk soal Hinata makin menggila. Dan ditengah keraguannya itu, Naruto sudah mengambil langkah lebih dulu mendekati Hinata.
"Jangan gila, Sai! Cukup pikirkan soal kutukan Naruto!" Gumam Sai marah pada dirinya sendiri. Toh tidak akan ada yang dirugikan jika Naruto dan Hinata dekat. Naruto bisa mendapat petunjuk mengenai kutukan, Hinata juga mendapat teman. Naruto orang baik, tak mungkin ia menyakiti Hinata. Rumor soal kepribadian Hinata yang berbahaya juga tidak terbukti. Kenapa jadi dia yang uring-uringan?
Sai melangkah gusar, ini semua tidak benar. Semua emosi yang ia rasa makin mirip dengan rasa cemburu. Seperti saat ia melihat Naruto yang disayang oleh sang ibu, saat ia melihat Naruto dikelilingi banyak teman tak sepertinya, Sai merasakan sakit yang sama ketika melihat Naruto bisa dekat dengan Hinata yang sejak dulu hanya bisa Sai perhatikan dari jauh.
"Sai?" Sakura yang baru datang untuk ikut menjenguk Hinata di UKS terheran-heran melihat Sai yang hanya diam di depan pintu lalu melangkah pergi. Mengurangkan niat awalnya, Sakura memilih mengikuti Sai.
.
.
.
.
Hinata tetap mengikuti langkah Naruto meski rasa takut dan khawatir terus memenuhi kepalanya sejak tadi. Tidak tahu kenapa, setelah percakapan mereka di ruang UKS, tiba-tiba saja Naruto mengajak Hinata ke hutan belakang sekolah. Bukan hanya sekedar di tepi terluarnya seperti biasanya, tapi benar-benar masuk sampai ke dalam. Jika tahu akan diajak ke tempat seperti ini, Hinata akan lebih memilih ikut Naruto menghadiri rapat OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox & Cyborg
FanfictionDalam keluarga Uzumaki, terdapat kutukan aneh yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap hujan turun, anggota keluarga Uzumaki yang berusia 17 tahun akan berubah menjadi anak rubah selama beberapa jam. Kutukan itu harusnya menghilang begitu m...