Part 16 [ Perihal Bejo ]

48.8K 3.3K 87
                                    

Happy Reading!!
Sorry for typo!!

Happy Reading!! Sorry for typo!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



°°°








Helaan napas kembali terdengar dari mulut Joe, tatapannya menatap frustasi pada sosok istrinya yang tampak tenang dan ceria menikmati makanan yang berandil besar membuat Joe hilang akal.

Jika saja Retta adalah sebuah benda, maka dia tak akan segan meremukan dan menghancurkan benda yang sudah membuatnya hilang akal itu.

"Mas, kok baksonya gak dimakan? Enak lho."

"Jangan ajak saya bicara, atau saya akan buat kamu melayang. "

"Ish ya udah sih. " Retta mencebik dan kembali menghabiskan porsi kedua bakso yang dia pesan.

"Kalau Mas gak mau makan, biar saya makan aja. Gimana? "

"Makan sana! Jangan buat saya pengen narik kamu ke kamar buat di kurung."

"Bapak nyebelin banget sih.. Saya nangis nih.. Biar Bapak jadi dibawa ke kantor polisi nya. " Ancam Retta dengan nada suara bergetar, hal itu membuat Joe melotot menatap Retta agar tak melakukan itu.

Tampaknya Joe baru sadar jika kegiatannya masih mengundang perhatian para pengunjung, alhasil Joe langsung menatap Retta dengan senyum tipisnya dan mengecup kening dan pipi Retta membuktikan bahwa mereka memang suami istri.

Sebelumnya saat tadi dia hendak di gusur ke kantor polisi, untungnya Retta langsung menjelaskan yang terjadi. Retta menjelaskan bahwa Joe adalah suaminya dan Retta juga menjelaskan bahwa dia tengah ngidam dan Joe tak mau menurutinya, tentu hal itu membuat Joe semakim di omeli semua wanita pengunjung dan menganggap bahwa dia bukanlah suami siaga dan bertanggung jawab. Jelas Joe tak terima dengan itu, tapi mau bagaimana lagi Joe tak bisa menang dari wanita yang sudah menikah.

"Kandungan kamu itu belum ada sebulan lho, baru tiga minggu. Apa lagi yang akan kamu lakukan sampai melahirkan nanti, bisa-bisa kamu sukses buat saya gila. " Ucap Joe dengan nada pelan agar tak ada yang mendengar selain Retta.

"Jangan lupa, saya hamil itu atas keinginan kamu Mas. Kata si Ibu tadi bilang, jadi laki jangan mau enaknya doang. "

"Saya tidak akan keberatan dengan itu, tapi sikap kamu yang buat saya hampir gila. "

Retta hanya cengengesan membalas ucapan Joe, dia pun menarik mangkok milik Joe yang tak tersentuh dan mulai menyantapnya setelah meraciknya sesuai seleranya.

Setelah porsi ke tiga Retta habis tak bersisa, dengan santai Retta bersendawa dengan keras. Tentu hal itu membuat Joe menatap Retta ngeri.

"Tata krama mu itu nol, ya. " Retta menatap Joe dengan senyum pasta gigi.

𝓦𝓮𝓭𝓭𝓲𝓷𝓰 𝓟𝓪𝓹𝓮𝓻 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang