Malam selasa, dengan ditemani dua cangkir kopi panas dan tidak lupa cigaret yang tergeletak dan dibiarkan terbuka, mengiringi canda tawa mereka berdua. Curahan kebahagian di hari minggu itu Ayas luapkan kepada teman baiknya.
Udin : "Ahhhh serius lo Yas, paling kamu cerita ngada-ngada ya,?"
Ayas : "Serius Din, ngapain gwa boong sama lo, apa coba untungnya,?"
Udin : "Coba besok lo buktiin, besok kan lo sudah berangkat kuliah, lo harus buktikan omongan lo."
Ayas : "Oke, besok gwa pinjem baju lo ya, biar keliatan gagah gitu."
Udin : "Siappp, Jam sembilan ya lo kerumah gwa."
Ayas : "Eang lo sudah bangun Din,?"
Udin : "Hoooo, lo belum tahu anak Bapak Toyib yang paling disiplin siapa,?"
Ayas : "Emang siapa."
Udin : "Ya adik gwa lah hahaha."
Canda gurau meluapkan keasikan tersendiri bagi dua sejoli itu. Malam yang biasanya sunyi di depan teras itu, sekarang berubah menjadi tempat keasikan bagi mereka berdua, tentunya bagi Ayas.
Pagi yang indah, suara kicauan burung tetangga berirama kesahduan, air menghujuri sekujur tubuh, sisir yang bergoyang di atas rambut menatakan rambut dengan begitu rapinya. Langkah kaki mempersilahkan Ayas untuk berjuang, akan mengais ilmu dan tentunya, mengais cerita cinta.
Ayas : "Pak do'ain anakmu ini ya."
Ayah Ayas : "La katanya jam sepuluh, ini lo baru jam sembilan."
Ayas : "Kerumah Udin dulu Pak, berangkat bareng."
Ayah Ayas : "Yaaa sana hati-hati ya."
Ayas : "Ia Pak, Assalamualaikum."
Ayah Ayas : "Waalikumsalam."
Tidak lupa, tangan yang penuh inspirasi hidup, Ayas cium dengen sepenuh hatinya. Kesuksesan perjuangan tidak luput, dari do'a orang tua, walaupun do'a ibu bagi Ayas hanya sebagai kenangan terindah, tetapi masih ada do'a dari Ayah tercinta.
Sepeda motor klasiknya tidak lupa mengiringi perjuangannya, dengan selahan manja Ayas bunyikan motor klasiknya itu, untukberangkat menjumpai karib akrabnya. Sesampainya di rumah Udin, ternyata Udin masih menikmati mimpinya.
Ibu Udin : Yas, kalau bangunin Udin jangan cukup pake nulut doang, tu air di kamar mandi ambil, terus siram kemuka Udin.
Ayas : "Siap bu."
Udin : "Udahh, gwa sudah bangun ini."
Ayas : "Guwa belum siram lo Din, palah udah bangun."
Udin : "Ahhh lo ganggu tidur gwa aja, baru jam setengah sembilan Yas."
Ayas : "Makanya, buka mata lo, udah hampir setengah sepuluh noh liat."
Udinpun berhasil Ayas bangunkan dari tidurnya.
Perjalanan mereka berdua dengan badan penuh bau wewangian, tersengat panasnya matahari, terjepit oleh padatnya lalu lintas, bau semerbak itu hanyut terbawa keringat yang mengalir di setiap sudut badan mereka. Perjalanan yang menyebalkan itu akhirnya meraka tempuh, sampailah mereka di kampus.
Ayas : "Alhamdulillah sampai."
Udin : "Duhhh apa-apaan ini Yas, katanya parfum inport kogk baunya berubah kaya gini si."
Ayas : "Lo nyadar diri napa, tadi lo bangun tidur ndak mandi dulu palah langsung sarapan, keringat lo itu seandainya diguyur sama semua parfum yang ada di toko, hehhh, masih menang bau keringat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA FATAMORGANA (Sudah Terbit)
Não FicçãoDO'A SAJAK CINTA KEPADA TAKDIR Wahai takdir. Aku tak tahu jalanku. Terimalah langkahku yang kian semakin jauh. Aku tak tahu aturan cinta. Hanya sujudku padamu. Aku mengemis serpihan cinta. Maafkan hamba yang miskin cinta. Terlalu banyak ku ulurkan...