Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, namun Jimin belum juga tidur.Terlalu cepat.
Ia biasanya tidur jam sembilan, atau paling cepatnya jam delapan malam.
"Sudah, jangan terlalu banyak mengkonsumsinya," larang Jungkook saat Jimin akan mengambil cup es krim lagi.
"Tapi-"
"Jangan jadi suami yang pembangkang, Jiminie."
Jimin berdecak kesal, lalu memilih untuk mengambil beberapa buah yang ada di dalam kulkas.
Apa yang Jimin lakukan tidak lepas dari pandangan Jungkook, pria itu benar-benar memperhatikan apa saja yang Jimin lakukan.
"Kau mau buah?" tawar Jimin yang membawa beberapa jenis buah.
"Tidak, kau saja, sayang."
Mereka berdua kembali ke ruang tengah untuk menonton, Jungkook hanya menemani Jimin ke dapur.
"Porsi makan mu seharian ini banyak, sayang. Tumben?" tanya Jungkook yang heran, heran melihat porsi makan Jimin hari ini.
Jimin menggeleng, ia juga tidak tahu.
Tangan Jungkook mengambil alih pisau yang ada di tangan Jimin, menggantikan Jimin untuk membuka kulit apel itu.
Jimin menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook, sedangkan matanya fokus ke arah TV.
"Jungkook, aku besok rasanya ingin ikut ke kantormu."
"Tidak masalah," balas Jungkook sekenanya, karena ia memang senang jika Jimin menemaninya bekerja.
"Aku tidak ingin buah. Aku ingin tidur, tapi di sofa ini saja," pinta Jimin yang membuat Jungkook menggeleng. Tidak menyetujui.
"Ayo lah, sekali ini saja." Jimin memohon agar Jungkook luluh dan menerima ajakannya.
"Tidak, Jimin. Sofanya kecil."
"Badanku kecil, kok. Badanku pasti muat."
"Lalu aku?"
"Terserah, kau mau tidur dengan ku atau tidaknya terserah."
"Kita tidur di kamar, jangan membantah kata-kata ku. Kau tau kan, sayang? Sekali tidak tetap tidak, bahkan kau menangis pun tidak akan ku turuti."
Mata Jimin berkaca-kaca kala Jungkook berkata tegas seperti itu, ia merasa ia sedang dibentak.
"Kau membentak ku?" tanya Jimin dengan suara lirih yang ditatap bingung oleh Jungkook.
"Aku tidak membentak mu, sayang. Aku hanya mengingatkan mu." Jungkook membawa Jimin ke dalam pelukannya, belum lama berada di pelukannya Jimin langsung menangis.
"Hei, ada apa?"
Jimin menggeleng, tidak menjawab. Ia merasa sedih saja jika Jungkook berbicara seperti tadi.
"Kau sudah mengantuk? Ayo kita ke kamar."
Jimin meremas kaos yang dipakai oleh Jungkook, kakinya ia kalung kan erat di pinggang Jungkook membuat Jungkook kembali duduk.
"Sekali ini saja, apa tidak bisa?" Jimin masih berusaha membujuk suaminya agar menuruti keinginannya.
Jungkook diam, tidak membalas ucapan Jimin. Jika dituruti bisa jadi kebiasaan untuk Jimin.
"Kook-ah." Jimin kembali menangis saat Jungkook hanya diam.
Tangan yang bertato di sebelah kanan itu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, dengan santainya ia memainkan ponselnya.
"Kook-ah." Jimin masih terus berusaha.
Entah apa yang terjadi, malam ini ia sangat ingin untuk tidur di sofa ini.
Jungkook menghela nafasnya kasar, meletakkan ponselnya di atas meja lalu menurunkan Jimin di atas sofa itu.
Setelah itu, Jungkook pergi sembari membawa ponselnya. Meninggalkan Jimin yang terisak kecil.
Apa Jungkook marah?
'Dia marah? Terserah!'
Jimin mengambil bantal sofa itu untuk menjadi bantalannya. Ia yakin Jungkook pasti kembali sebentar lagi.
Jimin lebih memilih untuk berbaring sembari menunggu Jungkook kembali.
Menit menit telah berlalu, namun Jungkook belum juga kembali. Hatinya mengatakan bahwa Jungkook benar-benar marah kepadanya.
Jungkook tidak suka istri pembangkang.
Padahal Jimin berharap tadinya Jungkook kembali dan memeluknya untuk tidur.
Ia tidak bisa tidur tanpa dipeluk Jungkook.
Terlalu bergantung dengan Jungkook membuat ia selalu bisa jika ada Jungkook.
Jimin semakin tidak semangat kala Jungkook tidak ada juga tanda-tanda akan kembali.
Jimin menaiki tangga sendirian, mengarah ke kamar mereka.
Dengan kesal, Jimin membanting pintu yang membuat Jungkook yang sedang bekerja terlonjak kaget.
"Ya! Kau meninggalkanku sendirian!" kesal Jimin diselingi emosi dengan muka yang memerah dan mata yang berkaca-kaca.
Jungkook berdiri menghampiri Jimin yang sedang dalam mode marah.
Aneh bagi Jungkook, karena tidak biasanya Jiminnya seperti ini. Benar-benar bukan Jimin yang seperti biasanya.
"Kau tidak mencintaiku lagi?!"
Jungkook menatap bingung Jimin saat mendengar pertanyaan Jimin yang mengarah kemana-mana.
"What did you say?" tanya Jungkook masih dengan nada kalem.
Jimin tidak menjawab, melainkan menangis dengan tangan yang bergetar ia menutup wajahnya.
Jungkook merasa kasihan dengan Jimin, ia jarang bahkan nyaris tidak pernah membuat Jimin menangis.
Tapi kali ini ia membuat Jimin menangis karena hal sepele. Suami macam apa ia?
Jungkook memeluk Jimin yang masih saja setia menangis dengan wajahnya yang ditutup.
Dengan penuh rasa sayang, Jungkook mengecup kening Jimin yang basah karena keringat.
Jimin mendadak pingsan dalam pelukannya membuatnya benar-benar panik bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMINIE
FanfictionArea 21+ 🔞BxB 🔞Mpreg 🔞 Homophobia menjauh! #1 BTS dari 132 cerita