Jungkook masih setia memegang tangan Jimin, Jimin nya masih terlelap. Sedangkan dokter sedang memeriksanya."Sulit untuk dipercaya, tapi ini benar-benar terjadi."
Jungkook tidak menyela, ia fokus mendengarkan. Tangannya sesekali mengusap kepala Jimin.
"Jimin hamil." Mata Jungkook membola, terlalu kaget dengan apa yang ia dengar.
Jungkook menggeleng, ia belum sepenuhnya percaya.
"Bisa diulang?" pinta Jungkook yang membuat sang dokter tersenyum.
"Jimin hamil. Hanya ada beberapa persen pria di dunia yang bisa hamil, dan Jimin lah salah satu dari beberapa persen itu."
Jungkook tidak bisa menahan senyumnya lagi, ia benar-benar senang mendengar kabar itu.
"Tapi ...."
Senyum Jungkook memudar ketika mendengar kata tapi, sang dokter juga tampak lesu.
" .... kehamilan ini rentan mengalami keguguran jika kandungan tidak dijaga dengan baik."
"Maka dari itu, usahakan mood-nya untuk selalu bagus, makannya terjaga dan banyak untuk makan sayur dan buah. Jangan membiarkan ia mengerjakan hal-hal berat yang berbahaya."
Jungkook menghela nafas, setiap hal pasti ada konsekuensinya.
--
Setelah beberapa menit kepergian sang dokter, Jungkook langsung menaiki kasur dengan pelan.
Ia telah melupakan rasa kesalnya terhadap Jimin tentang hal yang tadi.
Ternyata Jimin berbeda karena ada anak mereka yang sedang Jimin kandung.
Bisa dikatakan ngidam.
Jungkook terlalu larut dalam bermenung, membuat ia tak sadar jika Jimin sudah bangun dan sedang memperhatikannya.
"Jungkook-ah," panggil Jimin dengan suara kecil nan lembut.
Benar-benar enak untuk didengar.
Jungkook tersentak langsung menatap Jimin yang sedang menatapnya.
"Ada yang sakit? Apa yang kau butuhkan?"
Jimin menggeleng, ia tidak merasakan sakit apa-apa dan ia juga tidak menginginkan sesuatu. Ia hanya ingin dipeluk Jungkook.
"Jawab! Jangan membuatku khawatir," desak Jungkook dengan tak sabaran.
"Tidak ada, sayang. Aku hanya ingin dipeluk."
Jungkook langsung memeluk Jimin yang tampak lemas.
"Kau ingin makan sesuatu?"
"Aku kenapa?" Jimin bertanya balik membuat Jungkook tersenyum.
Ia bahagia dan khawatir dalam waktu yang bersamaan saat ini.
"Kau hamil," gumam Jungkook yang membuat Jimin melepaskan pelukannya.
"Jangan bercanda, Kookie! Aku tidak suka." Jimin beranjak duduk yang diikuti oleh Jungkook.
"Aku tidak bercanda, sayang. Aku sama seperti mu yang awalnya tidak percaya. Baiklah, baiklah ... besok kita USG."
Jimin hanya mampu mengangguk, ia terlalu kaget.
"Aku harus ke supermarket, kau ikut?" tanya Jungkook yang sudah berdiri.
"Ikut!" balas Jimin dengan semangat, ia sudah sangat lama tidak berbelanja.
"Sebentar."
Jungkook membuka almari dan memilih pakaian yang akan dikenakan oleh Jimin, ia harus memilih pakaian yang benar-benar aman untuk Jimin.
"Ganti dengan ini," suruh Jungkook seraya memberikan satu helai sweater dengan kain yang tebal dan hangat, dan juga satu celana panjang yang tebal.
"Supermarket tidak jauh, Kook-ah." Jimin masih membiarkan tangan Jungkook menggantung di udara.
"Fine, tidak usah ikut. Di rumah saja."
"Iya, iya. Aku ikut." Jimin langsung mengambil pakaian yang dipilihkan oleh Jimin.
"Ganti di sini saja," suruh Jungkook yang langsung diangguki oleh Jimin.
Sedangkan Jungkook mengambil sweater untuknya.
"Besok kita pindah ke kamar bawah. Kalau udah sampai di supermarket jangan banyak gerak, kalau bisa tungguin aku di mobil aja." Jungkook terus mengoceh selama menuruni tangga.
Tangannya memegang tangan Jimin, takut Jimin terjatuh.
Jimin sama sekali tidak membantah ucapan Jungkook, Jungkook melakukan itu karena ia tidak ingin Jimin lelah.
Jimin juga sadar, bahwa Jungkook semakin posesif dengannya.
"Eomma dan Appa kita sudah tau?" tanya Jimin, bermaksud juga dengan orang tuanya.
"Belum, besok kita kasih tahu."
Jungkook membuka pintu keluar yang besar itu. Untung belum jam sepuluh malam, jadi perumahan elit ini tidak terlalu sepi.
Jungkook membukakan pintu mobil untuk Jimin, lalu ikut masuk duduk di samping Jimin.
Ia memastikan Jimin telah memasang sabuk pengamannya dengan benar.
"Kookie, aku merasa sesak. Tidak pakai ini tidak apa-apa, kan? Lagian tempatnya juga dekat."
Jungkook diam, tidak membalas.
Jimin menatap malas Jungkook yang lagi-lagi tidak menyetujuinya.
-
Jimin menatap Jungkook yang sedang memilih-milih susu hamil. Ia pikir Jungkook akan membeli apa sampai-sampai harus dibeli malam ini juga.
"Kau mau yang mana?" tanya Jungkook pada Jimin yang masih setia memeluk lengannya.
"Yang coklat mungkin lebih enak." Jimin sendiri juga bingung sebenarnya dia suka yang mana.
"Lelah?" tanya Jungkook saat Jimin menggoyangkan lengannya.
"Ingin beli cemilan?" tawar Jungkook yang diangguki cepat oleh Jimin.
Jungkook mendorong troli belanjaan dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan Jimin.
"Mie? Aku bilang cemilan, bukan mie," ujar Jungkook saat Jimin mengajaknya ke rak mie.
Baiklah, tidak ada pilihan lain selain menurut.
![](https://img.wattpad.com/cover/295146586-288-k505757.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JIMINIE
FanfictionArea 21+ 🔞BxB 🔞Mpreg 🔞 Homophobia menjauh! #1 BTS dari 132 cerita