Epilog

769 82 12
                                    

Alur cerita ini terjadi setelah Kisaki dan Hanma bicara di rumah sakit. (Chapter "Mengikat dan Melepas" book Finale)

***
**
*

Cipratan darah membasahi wajah tampannya, erangan kesakitan bak melodi peneman waktu kerjanya. Manik hazelnya ia edarkan ke segala arah, bau darah dan besi berkarat mendominasi masuk menusuk hidung. Buku-buku tangannya terluka karena sangat menikmati pukulan barusan.

Hanma berdiri tegak, ia beranjak meninggalkan mayat targetnya begitu saja. Rasa pusing menghantam kepalanya, tak biasanya ia begini, mungkin karena beberapa hari ini ia belum menyempatkan tidur cukup dan tidak makan dari kemarin.

"Kenapa bos?" tanya Choji saat merasa ada yang tak beres dengan si atasan.

"Tak apa, kita kembali saja"

"Bagaimana dengan mayat ini?"

"Aku akan menyuruh yang lain saja, sekarang kau antar aku pulang" wajahnya tampak pucat. Choji yakin bahwa si atasan dalam kondisi yang tidak baik, kalau tidak mana mungkin Hanma menyudahi pekerjaan seperti ini.

Setelah Choji mengantar Hanma pulang, si jangkung langsung masuk ke kamar tanpa mengatakan apapun. Ia membaringkan tubuhnya di kasur besar miliknya, matanya memejam dan mulai masuk ke alam mimpi untuk menghilangkan rasa pusingnya.

Dua jam berlalu, kelopak mata Hanma terangkat, matanya mengerjap kala aroma sup hangat menyapa indra penciumannya. Kini ia bertanya-tanya siapa yang memasak di apartemennya?

Tangan seseorang mengambil handuk hangat yang diletakkan di dahinya. Matanya membelalak saat melihat Kisaki sedang merawatnya.

"Oh, sudah bangun. Aku akan siapkan makanan" tangan bertato itu menghalangi Kisaki untuk pergi. Iris dari balik kacamata itu melirik Hanma datar.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Kau buta?"

"Tidak, maksudku ..."

"Lepaskan tanganku, aku mau ambil makanan dulu" Kisaki beranjak menuju dapur meninggalkan si pemilik apartemen sendirian.

Hanma tidak mengerti, padahal seingatnya Kisaki masih di rawat di rumah sakit. Percakapan mereka juga berakhir saling mengutarakan perasaan, setelah itu tak ada yang terjadi. Hanma pulang dan Kisaki tetap tinggal di rumah sakit.

Pria itu kembali membawa nampan berisi makanan dan teh hangat. Kisaki meletakkan di meja lalu membawa semangkuk bubur dan segelas teh.

"Pegang ini" Hanma duduk dan menerima teh yang Kisaki berikan.

"Bagaimana kau bisa tau apartemenku?" tanya Hanma linglung, ia masih tak menduga Kisaki akan datang.

"Aku kenal siapa bawahanmu, jangan bodoh. Cukup ayahmu yang mati karena kebodohan" sindiran Kisaki menciptakan senyuman tipis di bibir Hanma.

"Kenapa kau tidak makan dan terus bekerja? Aku tau kau gila tapi bisakah kau juga memperhatikan kesehatanmu?"

"Hoo, sekarang kau peduli padaku?"

Kisaki memicing ke arahnya. Wajah menjengkelkan Hanma membuatnya geram. Terlalu tenang dan tak merasa bersalah.

"Ini cuma rasa terima kasihku" gumam Kisaki pelan.

"Hanya terima kasih? Tidak lebih hmh!" belum selesai berbicara mulut Hanma sudah disumpali bubur agar tak bersuara lagi.

"Bisa diam? Aku harus mempertaruhkan harga diri untuk kemari" gerutu Kisaki.

Finale : Freedom [Hankisa] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang