Saudara

537 75 7
                                    

Sepasang kaki melangkah tergesa-gesa menyusuri lorong sekolah, ekor matanya melirik ke segala arah, napas tersegal-sengal dan jemari yang tak bisa diam. Perasaan gelisah meraung dalam diri, rasa mengganjal tak bisa hilang sejak sang ayah memberikan kabar buruk pagi tadi.

Hanma benci keputusan ayahnya.

Langkah cepat berubah jadi larian kecil kala sosok yang ia cari baru saja lewat. Beberapa buku ditangan sudah menjelaskan jikalau pemuda itu baru keluar dari perpustakaan.

Tanpa persetujuan menarik Kisaki dari sana, kaki jenjangnya berjalan menuju tempat sepi untuk membicarakan hal penting.

Mereka tiba di jalan kecil di penuhi rerumputan yang berada di samping gedung kelas. Iris hazel Hanma menatap penuh tanda tanya, segelintir rasa khawatir menjalar di benaknya.

"Kau sudah tau?" ucapnya tanpa basa-basi.

Kisaki melirik Hanma malas, ia membenarkan kacamata lalu menghela napas. "Kau belum bicara, apa yang mau kuketahui?" ketus si pendek.

"Ayahku dan ibumu akan menikah!"

"Lantas?" Hanma terperangah, sikap Kisaki begitu tenang berbanding terbalik dengan dirinya sekarang.

"Aku tidak setuju" Hanma menggeleng ragu.

"Seharusnya aku yang bilang begitu" Kisaki sama sekali tak goyah dengan berita yang Hanma berikan.

Hanma tidak mau itu terjadi, jika ayahnya menikah dengan ibu Kisaki maka mereka akan jadi saudara. Hanma menyukai Kisaki dari awal, tidak mungkin ia membiarkan begitu saja.

"Tapi menurutku itu tidak buruk"

"Kau gila?! Kita akan jadi saudara! Aku tidak mau itu terjadi" bukannya takut karena bentakan Hanma, Kisaki malah tertawa.

"Kau yang gila, membunuh ibu dan kakaknya sendiri, aku tau ayahmu selalu menyembunyikan kebusukanmu, dan sekarang ibuku memanfaatkan kesempatan ini. Dia menuruti keinginan ibuku untuk menikah"

"Aneh bukan? Ayahku yang sudah memperkosa kakakmu, dan kau juga sudah melakukannya padaku. Sekarang kita akan jadi saudara, apa yang lebih gila dari ini?" Kisaki tertawa remeh, raut wajah yang sulit Hanma tebak, ia tertawa tapi kesedihannya juga dapat Hanma rasakan.

Hanma bungkam. Ia tidak pernah tahu jika Kisaki akan mengambil tindakan seperti ini.

"Ayahmu kuat, tapi bodoh karena cinta" cibir Kisaki.

"Apa yang kau inginkan?" ujar Hanma lirih.

"Tidak ada" Kisaki berbalik, ia sudah muak dengan pria jangkung itu.

"Apa ayahmu tau tentang ini?"

"Tidak, dia tidak pernah tau"

"Tunggu" Hanma menahan pergelangan tangan Kisaki, napasnya memburu, ia begitu kesal karena mendengar perkataan Kisaki barusan.

"Kau mau balas dendam?" Kisaki tertawa kecil, kedua alisnya terangkat, menatap remeh Hanma.

"Aku punya cara sendiri untuk keluar dari masalahku, lepaskan tanganku" keluh Kisaki.

"Aku menyukaimu, aku tidak mau kita jadi saudara" ungkap Hanma.

"Omong kosong"

"Jujur, aku mencintaimu" Kisaki menepis kuat lengan Hanma hingga buku-bukunya jatuh ke tanah. Ia menatap Hanma nyalang, raut mukanya berubah marah, tangannya ia kepal kuat.

"Jangan membuatku muntah, aku sudah muak dengan omong kosong ini"

"Tapi-"

"Tapi apa?! Kau sudah merenggut semuanya, kita juga belum kenal lama, jangan berkata hal gila. Kau seorang psikopat yang menambah rasa sakitku, kau cuma orang yang menjadikanku target balas dendam" iris dari balik kacamata itu menatap marah, Hanma tidak bisa lagi berkata.

Finale : Freedom [Hankisa] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang