Rintik hujan membasahi kemeja putih yang Hanma kenakan, langit keabuan menemaninya menghabiskan waktu untuk memukuli beberapa orang yang tak ia suka. Angin dingin menerpa kulit putih dan surai dwi warnanya, duduk santai di rerumputan tanpa ada niat berteduh. Luka lebam di bibirnya terasa ngilu, terkadang ia mengecap rasa asin dan manis akibat darah yang mengalir keluar.
Hanma menghentakkan kaki berulang kali, perasaan bosan menghampiri dirinya seperti biasa. Sehabis bermain dan memukuli selalu tak pernah puas dengan tindakannya.
Suara langkah kaki terdengar samar lantaran hujan, ia tiba lalu mendekati Hanma dari belakang, wajah datar dan tatapan dinginnya menatap Hanma. Dari raut wajahnya saja sudah terlihat jelas tidak ada niat ingin berbagi payung, ia cuma diam tanpa mengatakan apapun.
"Bodoh" Hanma berbalik, adik kelasnya ini sama sekali tak merasa segan atau takut di dekatnya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Kau mencemaskanku?" Kisaki memicing, percaya diri sekali pemuda jangkung di depannya.
"Bagaimana? Sudah selesai?" tanya Kisaki malas. Hanma terkekeh kecil, ia bangkit menghampiri Kisaki, kemudian menunduk untuk menatap iris keabuan kesukaannya.
"Mereka sudah tidak bisa bergerak lagi mungkin ada tulang yang patah, tapi aku tak peduli. Bisa ku pastikan mereka tak akan menggangumu lagi" Hanma menyeringai kecil, kemudian berujar.
"Sekarang aku minta bagianku"
Tangan kiri Hanma bergerak membuka kacamata Kisaki, sedangkan tangan kanannya menarik tengkuk si pria yang lebih pendek, matanya terpejam kala bibir mereka bertemu. Awalnya ciuman itu tak menuntut, namun lambat laun Hanma memanggut dan memperdalam ciumannya. Tangan besarnya menahan pinggang Kisaki yang berusaha melangkah mundur, Hanma memasukkan lidahnya ke dalam mulut Kisaki, mengabsen giginya dan menghisap lidah si pria yang lebih pendek.
Payung yang menjadi tempat berteduh jatuh ke tanah basah lantaran tangan Kisaki yang meremat baju kemeja Hanma. Puas dengan bayarannya Hanma menyudahi ciuman mereka. Bibirnya menyeringai tipis sembari mengusap bibir Kisaki lembut.
"Ciuman di bawah hujan tidak buruk" ujarnya. Kisaki membuang muka, mengambil payungnya lalu memakai kembali kacamata yang semula direbut Hanma.
"Kau memang aneh" ucapnya tak acuh.
"Sudahlah ayo pulang, nanti kakakmu cemas"
"Kau mencemaskan kakakku? Bagaimana denganku?"
Kisaki memilih tak menghiraukan perkataan Hanma, ia pergi meninggalkan pria jangkung dengan senyum bodoh itu. Tapi tak lama Hanma mengekori pemuda itu sambil terkekeh kecil.
"Ayo berbagi payung" pinta Hanma. Kisaki menoleh, ia menggeleng cepat tanpa mengatakan apapun, dari gerak geriknya saja sudah ketahuan tak mau menuruti.
"Kalau aku demam siapa yang menjagamu?"
"Tidak perlu" sela Kisaki cepat.
"Kau tidak merindukanku saat aku tak ada?"
"Tidak"
"Bagaimana jika aku mati karena sakit? Kau akan kasihan padaku?"
"Tidak"
Penolakan bertubi-tubi itu sama sekali tak melunturkan niatnya untuk mengganggu Kisaki. Sebenarnya Kisaki sudah sangat jengkel dengan Hanma, tapi dirinya bisa apa jika sudah terikat dengan anjing liar seperti Hanma.
Hanma menghentikan langkahnya, sebuah ide jahil baru saja muncul di kepalanya.
"Argh kepalaku" keluhnya tiba-tiba. Kisaki berbalik, ia mendekat dan memastikan kondisi Hanma dari dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finale : Freedom [Hankisa] ✔
Fanfic[Tamat] Book kedua dari book berjudul "Finale" Prekuel dari cerita Hanma dan Kisaki, pertanyaan tentang kedekatan dan kisah kelam keduanya. Awal pertemuan sang malaikat maut dengan seorang pemuda licik yang tak pernah ia duga. Hanma mengajukan dir...