Sudah hampir satu bulan Andera menikah bersama Edgar, tapi rasanya sama saja dengan tidak menikah. Sudah hampir satu bulan ini juga Andera tidak bertemu dengan Edgar, pertama dan terakhir bertemu hanya di hari pernikahan mereka saja.
Andera masih tetap tinggal pada sebuah rumah yang tidak begitu jauh dari rumah utama milik Edgar. Dia tidak pernah memasuki rumah utama itu karena Edgar tidak mengijinkannya.
Andera sedikit bosan karena setiap harinya dia tidak melakukan apa-apa. Pagi, siang dan malam akan ada yang mengantarkan makanan kepadanya, dan sesekali pelayan mengambil pakaian kotornya. Hanya itu saja interaksi bersama orang lain.
Walaupun Andera tidak pernah lagi di siksa seperti dia tinggal dengan tantenya tapi saat ini dia merasa sangat kesepian dan tidak ada yang bisa di lakukan. Dia akan berdiam diri di dalam rumah karena pelayanan tidak mengijinkannya keluar dari rumah.
Tapi saat ini Andera berniat akan berjalan-jalan di depan rumah, dia akan menghitung langkah secara bolak balik supaya dia ingat.
Setelah memantapkan hati dia benar-benar keluar dari rumah tersebut. Dia melangkah menuju depan dan mengingat-ingat supaya dia tidak lupa jalan pulang. Sungguh berjalan dalam keadaan buta itu sangat sulit.
Setelah beberapa langkah berjalan ke arah depan dia segera berbalik menuju pintu dan tersenyum ketika dia meraba pintu 'syukur dia tidak salah arah'. Kemudian dengan semangat dia kembali berjalan ke depan lagi beberapa langkah yang lebih jauh dari sebelumnya. Lalu setelah agak jauh dia kembali menuju pintu.
Dia melakukan hal itu berkali-kali sehingga saat ini dia dikejutkan oleh suara seseorang.
"Apa yang kau lakukan disini sialan!" bentak suara pria yang Andera yakini adalah suara Edgar. Suara itu terdengar sangat marah dan detik berikutnya Andera merasa dirinya didorong dengan kuat sehingga pantatnya menghantam tanah.
"Siapa yang mengizinkan mu berkeliaran di sekitar sini? Balik sana!"
Andera terkesiap mendengar suara yang dipenuhi amarah yang menggelegar itu, dengan cepat Andera berdiri kemudian berbalik meninggalkan Edgar. Beberapa kali dia tersandung entah menghantam apa sehingga pahanya terasa sangat perih. Tapi Andera mengabaikan rasa perih pada pahanya itu, dia tetap berjalan lurus ke belakang sambil mengimbangi jalannya supaya tidak salah arah.
Setelah berjalan agak jauh barulah Andera menghela nafas lega, 'tadi itu sangat mengerikan' monolognya dengan dirinya sendiri. Tapi ada yang aneh dengan jalannya karena dia tidak sampai-sampai ke rumahnya. Padahal dia sudah yakin bahwa dia berjalan lurus.
Andera meraba-raba dengan tongkatnya bagian depannya tapi dia tidak menemukan apa-apa, kemudian dia mencoba berjalan lagi tapi semakin lama dia semakin merasa aneh karena hembusan angin terasa sangat sejuk dan terdapat suara air.
'Apakah aku salah jalan?'
Andera mulai panik dan sedikit memukul-mukulkan tongkatnya ke arah depan. Detik berikutnya dia baru menyadari bahwa dia sedang ada di danau. Dengan cepat dia berjalan ke arah belakang tapi pijakannya terlalu di pinggir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDERA AND THE KING OF MAFIA (Straight) End
DiversosJangan kaget bagi pembaca humu, ini adalah book straight. *** Andera Carlos merupakan gadis cantik yang sangat menarik, tapi dia memiliki sebuah kekurangan. Kedua matanya tidak dapat berfungsi lagi sejak berumur sebelas tahun karena sebuah tragedi k...