Di sebuah istana yang sangat megah, terdapat puluhan bahkan ribuan peri karena di malam yang indah ini adalah malam yang sangat istimewa.
Sebuah perayaan pesta ulang tahun anak dari Raja Fyneen dan Ratu Gendis yang bernama,
Bintang Gladisya Fyneen Aarav.
Putri satu-satu nya di keluarga Fyneen dan penerus terakhir di keluarga Aarav.
Kerajaan Roshan yang sudah ada sejak berabad-abad lamanya. Roshan adalah cahaya terang yang diartikan ke dalam bahasa Sansekerta. Di bawah pengaruh kerajaan Roshan, rakyat-rakyat selalu aman dan damai.
Aarav adalah seseorang yang pertama kalinya menjadi Raja di kerajaan Roshan. Dengan segala cara ia mendapat kan kerajaan Roshan dan akhirnya kerajaan tersebut sudah berpihak di tangannya. Kini kerajaan Roshan sudah berada ditangan penerus ke-enam, Fyneen.
Fyneen, Ayahanda dari Bintang yang akan melepaskan jabatannya ketika Bintang sudah memiliki pasangan hidupnya.
Di malam ini, dari keturunan pertama keluarga Aarav hingga terakhir, berkumpul dengan perasaan antara sedih dan bahagia.
Bagaimana tidak? Malam ini, penerus ke-tujuh genap berusia tujuh belas tahun yang artinya ia akan turun ke bumi sesuai dengan ramalan ketika ia lahir.
Warna rembulan purnama yang sangat cerah terkesan indah di mata para peri. Semua pakaian yang mereka kenakan tersorot sempurna dibawah bulan purnama tersebut. Namun itu semua percuma.
"Selamat ulang tahun Putri Ayahanda." ucap Fyneen seraya memeluk tubuh putri semata wayang nya.
Dengan senang hati Bintang membalas pelukan dari Ayahanda nya. "Terima kasih Ayahanda." Bintang memberikan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.
Gendis mengambil alih pelukan tersebut kemudian mencium pipi Bintang dengan gemas. "Anak Ibunda, selamat berusia tujuh belas tahun."
Bintang tersenyum hangat kemudian menaruh kepalanya di ceruk leher Ibunda. "Terima kasih Ibunda, Bintang juga tidak menyangka sudah berusia tujuh belas tahun."
"Hey, apakah harus berpelukan terus? Lihatlah sudah pukul sebelas malam." sahut Aarav seraya terkekeh. Walaupun sudah memiliki keturunan tujuh, Aarav tetap terlihat tampan dan gagah. Apa lagi matanya yang berwarna biru muda, yang membuat kadar ketampanan nya berkali lipat. Dan yang menurunkan mata biru mudanya hanyalah Bintang. Keturunan yang lainnya tak ada selama sekali yang memiliki mata berwarna biru muda, kebanyakan dari mereka mata berwarna coklat muda dan hitam pekat.
"Kakek dari kakek dari kakek dari kakek dari kakek nya Bintang, apakah ada hal yang perlu di bicarakan?" semua atensi mata menatap kearahnya, terutama Aarav yang menatap Bintang dengan sendu.
"Ada." hanya jawaban padat yang keluar dari mulut Aarav. Ia tidak sanggup jika Bintang meninggalkan kerajaan ini dan turun ke bumi. Namun, ramalan tetap lah ramalan.
Bintang memiringkan kepalanya dengan mata yang mengerjap beberapa kali, "apa itu? Bintang boleh tahu?"
Di keluarga Aarav, jika ada hal yang penting maka akan di bicarakan kepada orang yang di percaya saja. Mereka tak sembarang orang jika ingin menceritakan sesuatu. Mau itu hal sepele maupun hal yang sangat besar, tetap tidak boleh.
Aarav mengangguk 'kan kepalanya. Memang seharusnya Bintang tahu mengenai ramalan tentang dirinya sendiri. Apa lagi ini menyakut paut 'kan dirinya dan dirinya lah yang akan menjalankan kehidupannya nanti.
Bintang yang mendengar itu seketika sangat bergembira. "Ayo ceritakan, Bintang tidak sabar mendengarnya!" seru Bintang penuh tak sabar.
Gendis memeluk lengan suami nya, "aku takut jika Bintang benar-benar akan meninggalkan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
FantasyBintang Gladisya Fyneen Aarav. Ia bukan manusia melainkan seorang peri baik yang di lahirkan di sebuah istana. Bukan di bumi mau pun di planet lain. Ia tinggal di sebuah dunia lain yang biasa kita kenal dengan dunia kayangan. Seperti sebuah dongeng...