Meninggalkan, lagi.

1 1 0
                                    

Kini aku berada diambang kebimbangan untuk menentukan pilihan.

Melanjutkan hubungan yang baru tumbuh sejengkal tangan, atau melepaskan dengan potensi mengundang kebencian.

Aku kalap tak tahu harus berbuat apa, aku bingung harus bagaimana.

Pikiran yang mestinya memberikan penerangan malah dengan sialan menampilkan siaran-siaran ingatan, episode-episode kenangan yang kini menambah beban keresahan di kejiwaan.

Teringat bagaimana dulu aku meninggalkanmu disaat selangkah lagi menggapai puncak. Menanggalkanmu menunggal dihamparan harapan yang kutebang habis dengan hama kekecewaan.

Kamu yang menyaksikan aku merayakan puncak dengan puan lainnya bergandengan berpegangan tangan.

Kamu yang akhirnya harus rela menjatuhkan diri pada jurang berdasarkan duri dan belati yang memporakporandakan hati.

Kamu yang mulai menepi saat tak ada lagi sapa yang kuberi, saat tak ada lagi perhatian yang berlari menghampiri.

Kamu yang mengirim voice notes lagu yura,

Terakhir kutatap mata indahmu dibawah bintang-bintang
Terlelap hatiku antara cinta dan rahasia

Kucinta padamu namun kau milik sahabatku dilema hatiku andai kubisa berkata sejujurnya

Jangan kau pilih dia pilihlah aku yang mampu mencintaimu lebih dari dia

Bukan ku ingin merebutmu dari sahabatku

Namun kau tau cinta tak bisa
tak bisa kau salahkan

Lalu dengan tega aku membalasnya dengan lagu fatin

Ada banyak cara tuhan menyatukan cinta mungkin engkau adalah salah satunya

Namun engkau datang disaat yang tidak tepat,

Cintaku telah dimiliki

Inilah akhir yang harus kuakhiri sebelum cintamu semakin dalam

Maafkan diriku memilih setia, walaupun ku tahu cintamu lebih besar darinya

Seribu kali logikaku untuk menolak tapi ku tak bisa bohongi hati kecilku

Bila saja diriku ini masih sendiri

Pasti ku kan memilih kan memilihmu

Malam yang mungkin terasa amat sangat menyeramkan untukku untukmu.

Dan kini haruskah itu terjadi lagi?.

Ketika aku mulai kembali, ketika kamu mulai menerima lagi.

Entah bagaimana sistemnya, selalu saja ada alasan kuat untuk aku denganmu selesai sebelum memulai.

Ada saja faktor penyebab yang harus membuat semua ini terhenti tanpa terakhiri.

Ada saja dalil yang memaksa untuk menyerah sebelum melangkah.

Dalam tekanan aku memutuskan mengambil pilihan melepaskan.

Walau berat dengan keadaan yang baru saja bersih dari karat, walau konsekuensi tinggi kembali dibenci.

Tapi mau bagaimana lagi?.

Jika mempertahankan hanya akan meruntuhkan pertahanan, jika melanjutkan hanya akan merumitkan kelanjutan.

Aku lebih memilih jalan merindukan ketimbang arah yang membosankan.

Tak mendosa kukira aku tak bisa, dengan ini ku tak ingin dia terbawa-bawa.

Tidak ada jalan lain tidak ada cara lain.

Aku sudah memulai menapaki jalan memperbaiki diri, aku tak bisa berhenti hanya sampai disini.

Perjalanan masih jauh, perjalanan masih panjang. Meski terlampau banyak keluh, pantang untukku mengulang larang.

Yang aku tahu aku akan baik-baik saja dijalan ini. Mau mati atau perkara hati, ada jaminan tersendiri.

Aku hanya berharap walaupun kamu membenci aku saat ini juga, tapi semoga kamu tak membenci jalan yang kuarungi tanpa sengaja.

Semoga kamu pun ikut melangkah dijalan yang penuh berkah. Agar aku tak perlu bersusah payah mencari kembali siapa yang akan kubersamai meniti segala arah.

Perempuan keji untuk laki-laki keji, laki-laki keji untuk perempuan keji, perempuan baik untuk laki-laki baik, laki-laki baik untuk perempuan baik.

Itu adalah janji dari-Nya yang Maha pasti.

Jika aku memperbaiki, kamu pun juga. Tidak menutup kemungkinan untuk kita kembali bersama.

Semoga saja.

Dalam tekanan aku menentukan pilihan. Sampai-sampai berefek pada perasaan, lingkungan, pekerjaan, bahkan pencernaan.

Mengungkapkan rasa bersalahku kepadamu, memohon maaf sebesar-besarnya, mencoba menjelaskan duduk perkaranya.

Dengan kata lain itu semua kias jika aku akan meninggalkanmu. Lagi. Meski perlahan-perlahan walau pelan-pelan.

Segala permohonan tak lain dan tak bukan merupakan caraku untuk kembali berpamitan.

Sekali lagi, semoga kamu mengerti. Semoga kamu sesegera mungkin berbenah diri. Agar kemungkinan besar- kemungkinan besar terjadi. Tak terkecuali kita yang bersama lagi.

Maafkan aku. Lagi.

Laa WashalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang