6.Get sick

13.7K 1.2K 25
                                    


VOTE DULU YUK.
SELAMAT MEMBACA!

.
.
.Pino jadi sasaran Ayah, Bunda, Om dan Tante nya. Pino hanya bisa diam saat dimarahi, menunduk, karena ini memang salahnya. Bella belum lama keluar rumah sakit dan sekarang harus dirawat lagi. Belum lagi kata dokter, Bella mengalami tekanan pada psikis, dan tubuh yang kelelahan akibat terlalu diforsir. Gejala traumatis juga menjadi salah satu penyebab nya.

Pino jelas sangat merasa bersalah tentu saja. Apalagi dulu saat Bella masuk rumah sakit hingga koma, ia tidak pernah menjenguknya sama sekali, hanya mendengar kabarnya.

Dulu ia sibuk dengan teman- temannya tentu saja, baginya Bella yang pembuat masalah tidak lebih dari pengacau di hidup keluarga mereka. Belum lagi pikiran dangkal soal Ayah dan Bunda nya yang lebih menyayangi sepupunya itu. Yah, sudah terlanjur begini, mau bagaimana lagi.

Pino cuma bisa menunduk dan menggumamkan kata maaf berkali-kali. Sudah dua hari, dan Bella masih belum bangun.

Pino merasa bersalah. Apalagi Tante nya juga harus ikut dirawat karena terlalu banyak pikiran membuat tekanan darahnya naik.

Pino seharian ini cuma bisa duduk di luar kamar inap sepupunya, tidak berani masuk tapi sesekali masih melihatnya dari kaca pintu.

Klek

Pino berdiri saat melihat Om nya keluar dari ruangan Bella.

"Om... "

"Kamu pulang aja dulu deh No, udah malem, biar om yang jaga Bella. Udah dari tadi siang kamu di sini, besok sekolah kan? "Ucap Om Irvan yang melihat keponakannya tidak beranjak sama sekali sejak tadi siang.

"Nggak apa-apa kok Om, sekolah mah gampang" Pino menolak untuk pulang, Bella belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun, stabil tapi tetap bertahan dalam tidurnya. Rasa sesak akan rasa bersalah memenuhi dadanya.

Om Irvan tersenyum,
"Jangan gitulah, pulang aja dulu kamu, bersihin diri, istirahat, besok sepulang sekolah kamu bisa balik ke sini lagi, diri kamu juga penting, "

"Tapi Om... "

"Udah, pulang, istirahat" Om Irvan mendorong pelan bahu Pino sambil sesekali menepuk nya.

Pino tidak punya pilihan lain selain berjalan pelan. Ia menoleh ke belakang dan melihat bahwa Om nya tersenyum kepadanya, Pino seakan melihat Om nya menua dalam semalam, wajahnya pucat dan sayu. Makin sesak lah dada Pino, rasa bersalahnya seakan menekan dadanya, pangkal hidungnya perih, matanya memanas, Pino ingin menangis.

Ia merasa bukan Bella sepupunya yang membawa masalah, tapi dia lah yang membawa masalah ke orang lain. Bella hanya akan membawa masalah bagi dirinya sendiri, hanya ada orang tua dan guru sekolahnya mungkin yang akan kerepotan.

Tapi Pino, masalah yang dimilikinya malah menyeret orang lain, keluarganya-sepupunya mendapat masalah karenanya, karena kebodohannya, jelas. Pino merasa ia benar-benar pembawa masalah yang sesungguhnya, the real troublemaker.

Aish, Pino tidak bisa menahan air mata yang mengalir, hanya menghapusnya sambil berjalan.

Apa mungkin Mama nya saat ini menyesal telah melahirkan anak pembawa masalah seperti dirinya? Bukankah Bella lebih baik darinya, apalagi Bella perempuan, Mama nya sangat ingin anak perempuan, dan akan memilikinya kalau dia bisa.

Argh.....

Pino tolol. Stop overthinking.

Pino sangat kalut sekarang, emosi dan berbagai macam hal berseliweran di kepalanya membuatnya pusing dan sesak.

Walau salah, Pino tetap butuh pelampiasan. Awas saja para bajingan yang belum ia tangani itu, mereka akan habis malam ini.

Sambil mengusap air mata, Pino berjalan tegak menuju parkiran, mengambil motornya dan melaju, membelah udara dingin malam hari.

Extras? me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang