6. Patah Hati

7.6K 352 2
                                    

Venna POV

Cinta datang terlambat. Mungkin itu kata-kata yang pas untuk di sematkan dalam kisah percintaan gue. Gue baru menyadari perasaan itu setelah Mario menjadi milik orang lain.

Dikamar bercat biru ini gue berada sekarang. Kamar kesayangan gue. Kamar yang banyak terisi barang-barang dari Rio. Boneka panda, kotak musik, beberapa foto gue dan Rio hasil jepretan dari kamera polaroid. Arrggh..

Gue terus membolak-balikan langkah. Gue bingung. Perasaan gue saat ini tak jelas. Gue harus apa? Apa gue harus bahagia, sedih, murung atau bebas karena tak akan ada lagi Mario yang terus membuntuti gue. Mario, gue gamau kehilangan lo.. Pikir gue frustasi.

Segera gue ambil gadget bercase biru muda ini. Gue membuka kunci layar. Mengarahkan jari gue untuk mencari kontak Rio. Ketemu! Lalu setelah ini gue harus apa?

Gue men-dial nomor Rio. Ya, gue menelponnya. Entah apa yang sedang gue lakukan sekarang. Sama sekali tak peduli. Yang gue ingin hanya mengungkapkan perasaan yang menyakitkan ini.

Gue dengar Rio mengangkat panggilan ini. "Hallo."

"Hmm? Kenapa lagi?" Kata Rio acuh. "Rio.. Kita harus bicara."

"Soal apa?" Gue diam untuk beberapa saat. "Hallo."

"Um, iya.. Hallo.. Pokoknya kita harus bicara." Ucap gue gugup. "Yaudah gue kerumah lo." Berhubung ini sudah lewat jam 9 malam, maka Rio yang mengalah untuk menemui gue dirumah. Daripada di luar rumah, kan ga baik.

Rio mematikan sambungan teleponnya. Gue pun meletakkan gadget gue diatas meja belajar kembali. Gue berlari kearah jendela. Membuka sedikit hordeng. Gue harap Rio benar-benar datang.

21:30
Terdengar deru suara mesin mobil. Itu bunyi suara mesin mobil Rio. Gue segera keluar kamar pelan-pelan. Karna tak ingin membangunkan orang-orang dirumah, maka gue berjalan mengendap-endap keluar rumah untuk menemui Rio.

Gerbang rumah pun gue buka secara perlahan. Walaupun tetap menghasilkan suara. Gue lihat Rio berdiri tegap disamping mobilnya dengan memakai sweater hitam dan jeans hitamnya. "Ayo masuk."

Rio menyengritkan dahinya, "Mobil gue disini aja? Yakin aman?"

Gue mengangguk cepat, "Aman. Ada satpam kompleks, kok. Ayo, nanti Ayah sama Bunda gue tau."

Rio pun masuk ke dalam rumah dan gue ikut di belakangnya. Kami berdua memasuki kamar, ya kamar gue. Rio duduk di tepi ranjang, sementara gue berdiri di hadapannya.

"Ada apa?" Tanyanya lembut. Ini baru suara Rio yang asli.

Gue menahan air mata gue agar tidak jatuh. Rasanya aneh kalau harus menangis didepannya. "Ven?"

Tak ku mengerti mengapa begini

Waktu dulu ku tak pernah merindu

Tapi saat semuanya berubah

Kau jauh dariku

Pergi tinggalkanku

"Yo, gue harus terus terang sama lo soal perasaan gue." Rio seperti siap mendengarkan apa yang akan gue katakan. Gue menggigit bibir bawah gue dan menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. "Gue juga cinta sama lo, Yo."

Rio terperangah, ia diam. "Walaupun itu semuanya terlambat." Sambung gue sembari menitikkan air mata.

Mungkin memang ku cinta

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang