Akhirnya hari-hari menegangkan itu sudah kami lewati. Ujian Nasional. Aku senang. Semoga hasilnya juga dapat menyenangkan seperti perasaanku saat ini.
Ingat janji Vano waktu itu sebelum Ujian Nasional dilaksanakan? Vano menetapinya. Aku dan ketiga sahabatku tengah kembali berada di lobby Rumah Sakit. Keempat sekawan itu belum menunjukkan batang hidungnya. Janjiannya kan jam 10:00 pas tapi ini sudah lewat bahkan hampir jam 12:00. Kemana mereka?
"Setengah jam dari sekarang mereka belum datang. Gue cabut." Ucap Annisa malas. "Tunggu dong, pasti datang. Vano gak mungkin ingkar janji." Bela ku untuk Vano di depan sahabat-sahabatku.
"Perasaan yang bikin ulah Mario deh. Kenapa malah Vano yang bikin janji? Jangan-jangan Vano suka sama lo, Ven!" Shit. Heni asal-asalan kalau ngomong. "Hah?"
"Enggak, Nar. Bercanda. Hehe." Aku diam dan hanya mengerucutkan bibirku saja. "Nar, maaf.." Heni menarik-narik lenganku manja. Aku masih seperti itu.
Pintu lift terbuka. Kami yakin itu pasti Starlight. "Nih, nih datang nih." Annisa menebak dengan ekspresi wajah penuh harap.
Tak disangka yang keluar bukanlah keempat cowok-cowok famous itu ternyata. Tetapi seorang Nenek tua yang sedang duduk diatas kursi roda. "Ahhh.." Sorak kami kecewa
"Bisa-bisanya ngaret. 2 jam setengah nih kita tunggu. Untung kita bukan kayu, jadi gak mudah lapuk." Heni menggerutu kesal.
"Awas aja kalau ketemu." Annisa menambahi.
"Telepon Nar coba." Venna memberi jalan keluar. Segera ku ambil Iphone-ku dari dalam tas dan mendial nomor Vano. Tersambung. Namun tak ada jawaban.
"Gak diangkat." Ucapku resah. Raut wajah mereka semua terlihat kecewa.
"Tunggu aja deh." Aku memasukkan Iphone-ku ke dalam tas kembali, namun tiba-tiba getaran terasa dari Iphone itu. Aku terlonjak kaget. Vano kembali menelponku. "Siapa, Nar?"
"Vano." Kataku gugup. "Angkatlah. Tunggu apalagi?"
Aku segera mengangkat telepon dari Vano. "Eh, hallo... Lo masih disanakan? Tungguin ya. Kita masih dijalan. Macet banget nih.. Sabar, sabar yak." Suara Vano menggema.
Terdengar bunyi kerusuhan disana. "Eh, Van.. Itu yang angkat Heni ya. Sini, sini gue mau ngomong.."
"Bilang Venna gue bentar lagi sampe, Van. Buruan bilang."
"Eh kalau disana ada macan bilang suruh kandangin, Van." Haha. Suara mereka semua terdengar ke sambungan teleponku.
"Ah apaan sih, bukan.. Ini yang angkat Narra. Iya tar gue bilangin."
"Kamu dimana?" Aku menanyai keberadaan mereka. "Bentar lagi sampe, kok. Eh lo dengar kan kata teman-teman gue? Nah bilangin yak. Gue lupa tadi mereka ngomong apaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Ficțiune adolescențiSyahnarra hanyalah gadis lugu yang kerap kali terlibat ancaman dan suatu hal yang berbahaya. Dia mengagumi Stevano, teman satu sekolahnya yang juga menjadi vokalis band yang sedang digandrungi para remaja. Memiliki latar belakang keluarga yang kompl...