Ku minta Rendy datang menemuiku setelah sebelumnya aku sempat menghubungi Rendy lewat telepon, dia langsung menyetujui dan bersiap akan kemari. Hari ini pun aku terpaksa izin tidak masuk kuliah karena kondisi tubuhku yang sangat drop, Vano yang mengizinkan. Tadinya ia sempat ingin merawatku tetapi karena aku tau dia sedang ada praktikum, maka ku usahakan bersikap bahwa aku baik-baik saja agar ia tidak terlalu khawatir.
Sejak semalam kondisiku pun tak kunjung membaik. Rasa mual itu selalu datang bahkan tubuhku bertambah lemas. Jika ku ingat-ingat, sepertinya siklus menstruasiku pun belum kunjung datang. Tetapi aku tidak mau terburu-buru menyangkal bahwa aku... Apa mungkin?
"Kamu hamil." Aku tersentak begitu mendengar Rendy menyatakan kondisiku yang sebenarnya.
"Benarkah?" Kataku sedikit tak percaya akan dianugerahi karunia secepat ini.
Kepala Rendy mengangguk, lebih meyakinkan daripada sekedar berkata Ya. "Usia janin berjalan 3 minggu. Selamat sebentar lagi kamu akan menjadi seorang Ibu dan Vano seorang Ayah." Ada sedikit nada ketidaksukaan saat Rendy berkata seperti itu. Namun segera ku hiraukan mengingat bahwa saat ini di dalam perutku ada kehidupan baru yang rela aku pertaruhkan.
Senyumku mengembang, ini kabar yang sangat aku tunggu sejak awal aku percayakan semua hidupku setelah Vano menikahiku. Sesosok malaikat kecil akan melengkapi kebahagiaan rumah tangga kami nantinya. Rendy terlihat mulai sibuk dengan kertas dan bolpoinnya, menuliskan beberapa resep vitamin untukku mungkin.
Hingga ku dengar suara seseorang berteriak dari arah kamar Mamaku. Aku terperangah, itu adalah suara teriakan Oma. Apa Ibu dan anak itu sedang bertengkar?
"Ren, aku harus lihat apa yang terjadi di dalam kamar Mamaku." Bentakku setengah menjerit ketika Rendy malah berusaha mencegahku untuk mengetahui ada apa sebenarnya yang terjadi disana.
Suasana mulai riuh, pembantu rumah tangga yang dipekerjakan Oma beberapa bulan lalu mulai berteriak begitu juga Satpam dirumahku. Rasa kalut melanda perasaanku, mengatakan ada sesuatu yang terjadi mengarah pada berita buruk.
Tangan kekar Rendy tetap menghalangiku untuk bangkit dari ranjang tidur. "Biar aku saja yang memeriksa. Kamu tetap disini." Sesaat kemudian sosoknya mulai hilang dibalik ambang pintu.
Ku singkap paksa selimut yang menutupi tubuhku dengan kasar, air mata mulai berjatuhan dari tempat persembunyiannya. Dengan jalan yang tertatih-tatih, aku melangkah menuju kamar Mama. Disana rupanya suasana lebih ramai, ku lihat sosok Oma menangis membelakangiku. Semakin membuat banyak tanda tanya mengelilingi pikiran.
"Oma." Ku sentuh pundak Oma dengan lembut. Beliau yang sebentar lagi akan menjadi buyut untuk anakku menolehkan kepalanya kemudian langsung memelukku erat sambil terisak.
"Mamamu Narra." Dari balik punggung Oma, aku dapat melihat Mamaku terkapar lemah tak berdaya dengan luka sayatan dibagian lengan kanan dan kirinya, di perutnya aku dapat melihat jelas bahwa Mama baru mengalami luka tusuk dan kepalanya seperti terhantam suatu benda keras karena darah tak hentinya mengucur dari sana.
"Mama." Teriakku histeris, air mata semakin deras berjatuhan. Rendy sedang memeriksa kondisi Mamaku, Oma tetap melarangku untuk mendekati Mama saat aku meronta untuk melihat Mamaku secara dekat agar lebih jelas.
"Sayang." Kepalaku menoleh ketika mendengar suara Vano menyerukan panggilan sayangnya ke arahku. Dengan wajah yang basah, aku segera berpindah menghambur dalam pelukan Vano. Tubuhnya terasa tegang, mungkin sekarang Suamiku sedang menyaksikan kondisi ironis mertuanya. "Mama." Isakku tak tertahan lagi, ku luapkan segala emosi yang bercampur di benakku dalam pelukan Vano. Aku menyesal telah melakukan penolakan atas keinginan Mama untuk memiliki kebahagiaannya sendiri, aku menyesal selalu saja kehilangan waktu berharga saat bersamanya, sungguh keji orang yang telah melakukan hal ini pada Mamaku. Sumpah ku sematkan dalam hati, dia orang pertama yang akan aku beri hukuman yang setimpal dengan apa yang diperbuatnya oleh Mamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Teen FictionSyahnarra hanyalah gadis lugu yang kerap kali terlibat ancaman dan suatu hal yang berbahaya. Dia mengagumi Stevano, teman satu sekolahnya yang juga menjadi vokalis band yang sedang digandrungi para remaja. Memiliki latar belakang keluarga yang kompl...