JTV - That issue

494 68 5
                                    

07.00 wib.

Ping.

❤️ : aku udah dibawah.
❤️ : oke. Aku turun sekarang. Ini lagi tanggung masukin masakan ke kotak bekal. Wait me ya 🥰
❤️ : 👍🏻

Kanaya bergegas memasukkan masakan yang baru saja matang ke dalam wadah bekal makan untuk nanti siang. Pagi itu dia memasak capcay, tahu dan ayam goreng. Tak lupa sambal dan lalapannya turut di masukkan ke dalam wadah.

Ia kembali memeriksa barang bawaanya lalu segera keluar dari unit Apartemen. Wajahnya semakin merona saat tahu pria yang ia cintai sudah menjemputnya di depan lobi.

Menjalin hubungan dengan teman satu kantor memang tidak ada dalam benaknya. Semua terjadi begitu saja. Tidak terasa sudah setahun mereka menjalin kasih dan mulai memikirkan masa depan hubungan mereka kedepannya.

"Maaf jadi tunggu lama."

Adit yang tengah asik bermain game di ponselnya mengangkat kepala lalu tersenyum melihat kedatangan kekasihnya.

"Gapapa kok. Yuk berangkat. Nanti kesiangan." Adit memakaikan sebuah helm dikepala Naya. Ia mengambil tas bekal untuk makan siang mereka lalu mencantolkannya ke gantungan yang berada di motor.

Setelah Naya siap, keduanya pun segera berangkat menuju kantor. Sepeda motor matic berwarna hitam itu meluncur di jalanan yang mulai padat karena anak anak sekolah mulai kembali belajar setelah libur semester.

Dua puluh lima menit kemudian keduanya pun tiba disebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Keduanya pun berpisah dan berjanji akan kembali bertemu untuk makan siang bersama. Adit berjalan ke kantornya di bagian Marketing sedangkan Kanaya menuju kantor sekretariat.

Pagi ini Kanaya harus datang pagi dan menyiapkan semua berkas penting yang akan dibawa oleh pimpinannya dalam rapat siang ini. Hampir lima tahun bekerja sebagai sekretaris direksi membuatnya sering kerja lembur bagai kuda.

Tak jarang Kanaya sering berucap ingin resign karena sudah tidak sanggup dengan beban pekerjaan yang seolah tidak ada hentinya. Tapi lagi lagi urung ia lakukan mengingat dirinya adalah tulang punggung keluarga, dan juga usianya yang hampir kepala tiga tidak memungkinkan baginya untuk mendapat perusahaan baru yang mau menerimanya.

"Morning guys," sapa Kanaya saat memasuki ruang kerjanya. "Morning Nay," sapa teman-temannya yang lain.

"Nay, lo udah tahu kabar terbaru belum?"

"Kabar? Kabar apa?"

"Katanya kita akan kedatangan Bos baru." Viki si tukang gosip mulai beraksi. "Masa? Kok gue belum denger apa-apa sih?!" ujar Kanaya.

"Makanya gaul dong." Cibir Viki. "Dunia lo cuma sebatas si Adit, Adit dan Adit doang."

"Lah kok bawa Mas Adit segala sih. Ngga ada sambungannya kali antara ganti bos sama Mas Adit," ucapnya tak terima.

"Susah kalo ngobrol ama yang bucin parah mah."

Kanaya menggembungkan kedua pipinya. Ia tak menghiraukan ucapan Viki dan teman-teman yang lain yang mungkin sedang membicarakan dirinya. Ia memilih pergi ke pantry untuk mengisi botol minumnya dengan air putih. Kanaya kembali ke mejanya dan bersiap bertempur dengan tumpukn berkas hari ini.

Rudi menggeser kursinya ke meja Kanaya. "Elo bener bener ngga tahu Nay kalau sebentar lagi kita bakalan ganti bos?"

"Ngga. Elo ngga percaya banget sih."

"Ya heran aja. Dari banyaknya karyawan di perusahaan ini kan yang mondar mandir ngintilin pak bos itu kan elo. Masa iya Pak Bos kagak pamitan sama lo."

"Ngga ada sumpah."

JE TE VEUX (VERY VERY SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang