05. Dia anakku bukan anakmu.

23.3K 3K 314
                                    

Saat melihat pemuda itu ingin berbalik, violetta segera berbicara.

"Tidak jadi bunuh diri?"

•••

Langkah pemuda itu terhenti. Dia berbalik dan melihat sekeliling. Tatapan jatuh pada gadis yang duduk agak jauh dari tempatnya.

Gadis itu terus memainkan tusuk sate tanpa menghiraukan tatapannya. Suara berat keluar dari mulut pemuda itu.

"Apa yang kau lakukan? Kau melihat segalanya?" Alisnya berkerut tanda tak suka.

Berbeda dengan Violetta yang memutar bola mata nya malas.

"Apa matamu buta? Aku hanya menonton seseorang yang tidak jadi bunuh diri." Jelas-jelas dia tahu, dirinya sudah menyaksikannya dari awal. Tapi dia masih sempat bertanya?

Pemuda itu nampak terdiam sebentar seperti sedang berpikir, dan langsung berjalan ke arah Violetta. Dia duduk di samping Violetta. Jaraknya agak jauh dan sedikit gelap. Tapi dia bisa melihat rupa Violetta.

Gadis bersurai biru perak itu terus mengoceh meski diperhatikan. Violetta seolah tidak peduli dengan tatapan di sampingnya. "Dan untuk pertanyaan keduamu, ya. Aku melihat segalanya. "

"Lalu kenapa kau tidak berniat menolongku? Apa kau orang jahat?"

Pada pertanyaan terakhirnya, Violetta tertawa pelan. Ya, pada dasarnya dia adalah orang 'jahat'. Tidak mungkin untuk menyangkal kenyataan yang ada.

"Untuk yang pertama, kenapa aku harus menolong orang yang tidak kukenal? Lagipula aku tidak berminat mencampuri urusan orang lain. "

Pemuda itu terus memperhatikan setiap gerak geriknya dengan cermat.

"Dan untuk yang kedua... ya. Aku orang jahat. Atau mungkin tidak? Aku ini hanya ingin menjadi orang baik yang menyaksikan saat-saat terakhirmu. Jadi tolong jangan menganggapku orang jahat."

Bukankah baik untuk menonton saat-saat terakhir seseorang? Pemuda itu tersenyum mendengar setiap penuturan yang didengar dari Violetta.

Jika itu orang lain, pasti sekarang sudah menasihati dan memberinya semangat. Tapi gadis di sampingnya? Dia malah kesal seolah tidak dapat melihat tontonan menarik karena dia gagal bunuh diri.

Pemuda itu kemudian mengalihkan pandangannya ke bayangan rebulan di sungai. Sampai saat itu hanya keheningan yang menemani mereka. Keheningan canggung dari dua orang asing yang baru bertemu.

"..Kau tidak ingin mengetahui masalahku?"

"Tidak tertarik."

Diam.
Pemuda tadi kehilangan kata-katanya karena jawaban Violetta yang terkesan tidak peduli.

Hei. Dia baru saja mau bunuh diri loh? Apa gadis ini benar-benar tidak mempunyai hati nurani atau apa?

Seperti mengertiarah pikirnya, Violetta kembali menjawab. "Lagipula masalahku saja belum selesai. Dan sekarang kau ingin aku membantu masalahmu?"

"Kau bersikap seolah tahu menahu tentang masalahku, nona"

"Percaya atau tidak, aku baru mencoba menggantung diri di kamarku tadi pagi."

Mata rubynya terbuka lebar seolah tidak mengharapkan jawaban itu yang keluar dari mulutnya. Dia kemudian tanpa sengaja melihat bekas luka di lehernya. Memang benar ada luka kemerahan di leher gadis itu.

Bukan luka seperti cupang atau bekas gigitan. Itu adalah luka bekas tali yang mengikat leher dan sebuah luka sayatan di sampingnya. Jelas-jelas luka itu adalah luka gantung diri.

Dia jadi mengerti kenapa gadis ini sama sekali tidak memiliki rasa kemanusiaan atau rasa iba.

Jika gadis itu tidak menerima sesuatu yang disebut hak kemanusiaan, lalu bagaimana dia bisa memberikan pertolongan kepada orang lain?

Take Me Away From That Hell [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang