The Duke's Darkside |25|

4.9K 318 26
                                    

Semuanya tampak tidak baik-baik saja, baik seorang wanita yang tengah meringkuk layaknya janin di atas ranjang besar itu, maupun dengan keadaan kamar yang ditempatinya. Seseorang tadi merapatkan selimut putih, guna menutupi tubuh telanjangnya yang sudah sangat mengenaskan.

Air mata sudah tak bisa ia keluarkan lagi, seakan habis tak tersisa. Semalam, pria itu --siapa lagi jika bukan sang Duke, benar-benar menghabisinya. Setelah sesi pemberian hukuman pertama di atas meja kerjanya, dia kembali menghadiahi hukuman yang entah keberapa kalinya di kamar mandi dan berakhir di kamar utama yang sekarang ditempatinya.

Seorang wanita itu, Raina, mencoba bersandar di kepala ranjang. Cukup susah dilakukannya mengingat tubuhnya terasa benar-benar remuk redam. Raina tidak tahu pasti sekarang sudah pukul berapa, tapi di luar sana tampak mendung dan berkabut. Seolah menambahkan kesan pilu yang kental.

Kemudian, pria yang sudah membuatnya seperti ini, entah ada dimana. Raina tidak peduli, lebih-lebih jika dia enyah dalam hidupnya, mungkin dia akan mengadakan syukuran tujuh hari tujuh malam untuk merayakannya.

Melirik nakas di samping kirinya, dia menangkap sebuah dress floral lengkap dengan pakaian dalamnya. Tak banyak pikir, Raina langsung menyambarnya dan bergegas melangkah menuju kamar mandi.

"Awsh...." Raina meringis ngilu. Seharusnya dia menyadari jika badannya saja sudah mengenaskan, apalagi bagian intimnya.

Dengan perlahan, dia memapah kedua kakinya. Kondisinya memang bisa dikatakan menyedihkan, tapi tidak mungkin juga jika dia harus berbaring di atas ranjang dengan kondisi yang lebih menyedihkan seperti itu.

Sekarang Raina sudah berhasil, dia sudah berada di dalam kamar mandi. Wanita muda itu menatap tanpa arti refleksi dirinya. Banyak bercak kemerahan yang telah berubah keunguhan tersebar di bagian leher, dada, perut, bahkan di pangkal pahanya.

Hendak menyentuhnya, tapi diurungkan karena sebuah botol sabun mandi telah terlempar kuat mengarah ke cermin. Pecahannya pun tercecer di wastafel dan sisanya di lantai. Bukan, bukan orang lain yang melemparnya. Tapi Raina sendiri. Dia bahkan tidak sanggup melihatnya.

Tak lama setelahnya, Raina merasakan lengannya dicengkram kuat oleh sebuah tangan besar berurat, dan sedetik kemudian tubuhnya dipaksa berbalik menghadap seseorang pemilik tangan tadi. Satu kesalahannya di pagi hari ini adalah lupa mengunci pintu kamar mandi.

"Bodoh!! Kau ingin melakukan percobaan bunuh diri lagi seperti saat pertama kali aku menyetubuhimu, begitu?!"

Bentakan keras itu, Raina tahu siapa dia. Namun dirinya enggan menatap, ia memilih menundukan kepala dengan sisa pecahan cermin tadi sebagai objek pandangannya.

"Bagaimana kalau saya jawab bahwa jiwa saya sebenarnya sudah terbunuh sejak saat pertama kali Anda menyetubuhi saya?"

David menyeringai, ternyata beberapa saat tidak berada dalam kuasanya, wanita di depannya ini sudah mulai berani. Maka mari kita lihat seberapa berani dia melawan penguasa tanah Manchester.

"Kupikir jika jiwamu telah mati, maka seharusnya tak perlu repot-repot menolong karena aku akan membunuh --oh mungkin bermain-main sebentar dengan Gilbert dan Carmilla...."

Desisan itu tepat berada di telinga kanan Raina. Wanita itu menegang, karena dia sudah berjanji dalam hatinya bahwa baik Gilbert maupun Carmilla dipastikannya tidak akan terlibat.

"...karena sangat tidak mungkin aku melepaskan pengkhianat tanpa setetes darah sedikitpun."

Sontak pernyataan imbuhan barusan membuat Raina langsung mendongak, menatap dengan sorot kemarahan ke arah David. Sesuai dengan ekspektasinya, dia menyukai ini. Karena David bisa melihat tatapan ketakutan juga dibalik sorot amarah tadi.

The Duke's DarksideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang