P R O L O G U E

24.3K 1K 11
                                    

WARNING!! HANYA UNTUK 18+
BOCAH HARAP MENYINGKIR

Jangan lupa vote dan comment
Thank you so much

HAPPY READING!!

-----------


"Enghh ...."

Raina kalang kabut. Cengkramannya makin mengerat seiring semakin cepatnya tempo hujaman. Akibatnya, kemeja pria di depannya menjadi sangat lusuh.

Pria ini begitu mahir dalam hal melumat. Bahkan Raina merasa bibirnya sangat tebal dan bengkak.

Ia melepaskan lumatannya lantas berkata, "Menikmatinya, hmm?"

Hei! Yang benar saja, Raina tidak mungkin menyukai apalagi sampai menikmatinya. Tapi gadis itu tak punya keberanian untuk mengatakan hal tersebut. Dia cukup tahu, bagaimana arogannya pria itu; tak bisa menerima permintaan serta tak mau diperintah. Dan satu lagi, jangan lupakan statusnya yang luar biasa jauh dengan Raina.

Seorang duke dan rakyat jelata.

"Ahhh ... hentikan ... aahhh ... saya mohon."

Lalu sekarang, Raina tidak tahu mana yang akan dia lepaskan lebih dulu. Sebuah pegangan-ah bukan, sebuah cengkraman yang mirip cekikan di lehernya.

Atau,

Tiga jari Sang Duke yang tengah bermain di intinya.

Samar-samar, gadis itu melihat otot yang menyembul di leher pria itu. Menandakan bahwa ia terlalu bersemangat dalam kegiatannya ini.

Kalau saja ....

Kalau saja Raina tidak bersikukuh melanjutkan studi di Inggris;

Kalau saja Raina mengamini bosnya yang menawarkan tumpangan;

Kalau saja Raina tidak terlalu berterima kasih pada seseorang yang telah menolongnya di sebuah club malam,

Pasti, hidupnya akan aman. Tidak akan pernah terikat dengan Sang Duke.

Ahh, tidak-tidak.

Pertama, dia ingin merubah perekonomian keluarganya.

Kedua, dia tidak ingin merepotkan bosnya.

Ketiga, sangatlah wajar untuk berterima kasih atas bantuan yang seseorang berikan pada kita. Mengingat manusia adalah makhluk sosial, tak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain.

"Lepaskan saya, Sir," pinta Raina mengiba. Penghilatannya juga mulai mengabur karena air mata yang mulai memenuhi kantong matanya.

"Hanya aku di sini yang boleh memerintah," jawabnya dengan penuh arogan.

Tapi tak apa, jemari Sang Duke sudah tidak berada di leher Raina. Tak cukup itu saja, pria itu menghentikan permainan ketiga jarinya di pusat gadis itu. Raina bernapas lega seraya melepas cengkramannya di kemeja pria berkuasa itu.

Dengan tergesa-gesa, pria itu langsung melepas kemeja yang melekat di tubuhnya. Pakaian yang lain, sudah ia tanggalkan sejak tadi.

"Permainan belum usai, girl."

Raina terpekik ketika sebuah benda yang mengeras masuk ke dalam intinya. Kesakitan dan gairah mendominasi tubuh gadis itu.

Apalagi remasan kasar dan menggebu-gebu di payudaranya.

Suara decak yang begitu halus memenuhi ruangan itu selain napas terengah Raina.

Tangannya mulai terulur kembali menuju Sang Duke. Bukan pada pundaknya, melainkan pada lehernya.

Raina tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Pada intinya, sekuat apapun gadis itu menolak pria berkuasa di depannya itu, sekuat itu pula dia akan terbuai dalam sensasi yang diberikannya.

"Ahh ... sa-sayah tid-dak kuat. Tolongg ...."

"Apa? Aku tidak dengar?"

"Tolongg ... aahhh ... ahhh ...."

"Memohonlah seperti rakyat jelata, baby girl."

"Siirr ... please ... tuntaskan saya mohon ... saya sud-dah tidak tahan lagiih ...."

"Good!"

Tanpa babibu, Sang Duke langsung mempercepat tempo gerakannya, sampai pada saat mereka sama-sama sudah berada di puncak.

Raina merasa tubuhnya begitu lemas. Direbahkannya tubuh gadis itu di sana. Sungguh luar biasa, tadi saat mereka melakukan itu, Raina dalam posisi duduk dan Sang Duke berdiri.

Pria berkuasa itu lantas membersihkan miliknya dan milik Raina menggunakan tissue. Setelah itu, ia hanya memakai kembali celana bahan formalnya yang tergeletak di ranjang. Sedangkan untuk atasnya, ia ber-topless.

Melihat dada gadis itu yang masih kembang-kempis, dengan sigap, Sang Duke menggendongnya. Membawa Raina ke ranjang. Untuk ronde berikutnya? Entahlah.

"Nikmat, aku suka. Lain kali aku akan menyetubuhimu di sana lagi. Rasanya tidak kalah dengan di ranjang," ujarnya datar setelah menyelimuti tubuh telanjang Raina.

Sang Duke berjalan menuju pintu, hingga hilang terhalang pintu yang sudah tertutup.

Raina memegang dadanya. Masih berdebar-debar, apalagi melihat perut sixpack-nya. Padahal ia sudah melihat milik pria berkuasa itu, bahkan berkali-kali.

Ahh, gadis itu hampir lupa. Itu adalah hal tergila di hidupnya. Melakukan adegan dewasa dengan alas meja kerja Sang Duke. Pipinya bersemu merah kala mengingat itu.

The Duke's DarksideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang