tes tess ada yg masih bangun??
btw i know its too late tp gpp, Minal Aidzin Wal Faidzin semuaaa. kira-kira ada yg kangen cerita ini gaa?? atau mungkin kangen akuu xixixiiii
oiya apa kabar semuaaa?? maaf baru sempet update karena selepas lebaran aku bener-bener sibuk (bahkan sampe skrg sebenernya masih sibuk jg 😣😣 tp nyempatin buat update krn aku yakin kalian pasti kangen sama cerita ini). semoga kalian masih ingat sama alurnya T_T
so happy reading yaaa!! kalo ada typo tandain ajaa
jangan lupa follow akun akuu 😉😉
****
Pepatah pernah berkata bahwa perpisahan dan kehilangan adalah satu paket lengkap untuk menyadarkan perasaan sekaligus menjadi hukuman bagi seseorang. Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku pada David. Dirinya masih terjebak dalam kabut abu mengenai perasaannya sendiri.
Memang benar, dia merasa ada rasa yang janggal dan tak biasa ketika Raina pergi. Namun tidak semudah itu dia bisa menafsirkannya.
David kembali menyesap pelan cairan kuning yang memabukkan itu. Sesekali memandang gemerlap kota Manchester yang sudah menjadi rutinitasnya. Bahkan selama lebih dari tiga bulan ini, dirinya lebih memilih menghabiskan waktunya di penthouse ini dibandingkan di kediamannya sendiri.
Saat sibuk menikmati minumannya, tanpa sadar pikirannya melanglang buana ke masa lalu, saat pertama kali dia bertemu dengan Raina. Sudut bibirnya tertarik ke atas, bayangan ketika wanita itu tengah terkejut setengah mati saat mendapati dirinya yang hanya bertelanjang dada; sampai pada adegan dimana ia merebut paksa kehormatannya, telah tergambar jelas di memorinya.
"Raina ...." desisnya setengah menggeram. Entah bagaimana caranya, wanita itu bisa membuatnya tidak bisa berhasrat dengan perempuan lain.
Sekali lagi, ia menegaskan pada dirinya sendiri ---yang cenderung dipaksakan--- bahwa ia hanya terbiasa dengan tubuh wanita itu. Cukup begitu, tidak kurang maupun tidak lebih.
Dering ponsel membuatnya tak lagi memandang kota Manchester di bawah sana. Gelas yang sudah tidak berisi itu diletakkan asal di atas nakas. Setelahnya, kakinya memapah ke tengah kasur yang berantakan, dimana benda yang masih berdering itu tergeletak mengenaskan.
Saat ponsel sudah dalam genggamannya, ia pun menggeser fitur hijaunya ke arah kanan. "Katakan," perintahnya.
"...."
"Berhentilah bertele-tele, cepat katakan sekarang juga, sialan!"
"...."
David terdiam sesaat setelah si penelfon menyelesaikan ucapannya. Namun tangannya berototnya terlihat meremat ponsel itu, selayak ini menghancurkannya. "Are you sure?"
"Kami telah membawanya ke markas, Anda bisa melihat orang itu esok hari."
"Tidak perlu, aku akan segera ke sana dalam dua puluh menit. Ah iya, buat dia buka mulut namun jangan sampai membunuhnya."
●●●
"Kau yakin, kau baik-baik saja?"
"You should have no worry, Eliot."
"Tapi kau baru saja meringis kesakitan."
"Tak apa, bayiku sedang aktif di dalam sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Darkside
Storie d'amore‼️ FOLLOW️ DULU SEBELUM MEMBACA ‼️ [ Bukan Historical-Fiction! ] Warning 21+ ─────────── Sungguh, Raina tidak menduga jika niat baiknya untuk melanjutkan studi malah berujung petaka. Terjerembap di lingkaran menyedihkan bersama sang Duke o...