WARNING !!!
MATURE CONTENT !!!
KONTEN DEWASA !!!
🌚🌚🌚
YUK BISA YUK DI VOTE JANGAN SAMPE JADI MANUSIA YANG GK TAU DIRI, TAUNYA REBAH REBAH AJA 😌
"Sejak kapan kau pandai menggambar sketsa seperti ini?" Tanya Ruby Jane yang tengah melihat-lihat hasil sketsa gambar milik Lalisa.
Mereka sekarang berada di apartment Lalisa yang sederhana. Hanya memiliki satu kamar tidur yang merangkap menjadi ruang kerja Lalisa - menggambar sketsa.
“Sejak lama. Maybe sejak aku seusia Luca.” Jawab Lalisa.
“Jinjja-yo?! Daebak!” Ruby Jane menatap Lalisa dengan penuh kekaguman.
Lalisa menganggukkan kepalanya sambil duduk di samping Ruby Jane dan menatapnya dengan kagum juga. Tatapan Lalisa membuat detak jantung Ruby Jane semakin cepat dan membuatnya salah tingkah hingga tanpa dia sadari pipinya bersemu merah dan tidak berani menatap Lalisa karena malu. Ruby Jane menyibukkan dirinya dengan melihat-lihat ulang hasil sketsa milik Lalisa.
“Ada apa dengan rumah tanggamu, Eonnie? Kau memiliki suami tampan dan terkenal, idaman setiap wanita. Kau memiliki anak tampan yang pintar. Kau juga memiliki dua sahabat yang sangat menyayangimu. Tapi, kesedihan tidak lepas dari matamu. Apa kau tidak bahagia?!” Tanya Lalisa.
Ruby Jane menutup kumpulan sketsa milik Lalisa dan meletakkannya di tempat tidur. Lalu menatap Lalisa sambil menghela nafasnya. “Apa yang mereka katakan tentangku?!” Tanyanya.
Lalisa mengangkat kedua bahunya sambil merapikan anak rambut Ruby Jane dan menyelipkannya ke belakang telinga Ruby Jane. “Mereka hanya mengatakan, Ruby Jane butuh di dengar karena masalah rumah tangganya. Jadi aku mengiyakan saja tanpa bertanya apa pun karena Luca memintaku menggambar wajahnya.” Jawabnya.
“Dan kau membatasi pertemuan 30 menit karena menghindari kontak fisik. Ini sudah...(Ruby Jane melihat jam tangannya) hampir selesai. So...” Ruby Jane berhenti bicara karena Lalisa meletakkan jari telunjuk di bibirnya.
“Kau adalah sebuah pengecualian. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku merasakan jantungku berdetak kembali. Dan itu karenamu, Eonnie. Saat aku mengatakan aku ingin mengenalmu lebih dari sekedar klien-ku, aku benar-benar serius. Aku bahkan tidak peduli ternyata kau adalah istri dari seorang penyanyi terkenal. Aku akan menanggung konsekuensi dari perasaanku ini.” Ujar Lalisa dengan tatap mata lembut tapi tegas dan raut wajah serius.
“Kau serius padaku?” Tanya Ruby Jane yang lagi-lagi menahan tangis.
“Yaa, Eonnie.. Kenapa kau mudah sekali tersentuh? Aku tidak suka melihatmu menangis..” Ujar Lalisa yang membelai pipi Ruby Jane dengan lembut.
Ruby Jane memejamkan matanya merasakan hangatnya sentuhan Lalisa di pipinya. “Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini.” Ujarnya yang masih memejamkan matanya hingga air matanya menetes. “Bahkan, aku tidak pernah melihat ketulusan dari tatapan seseorang yang mampu membuat detak jantungku seakan berpacu dengan waktu.” Ruby Jane menatap Lalisa dengan sendu.